Empat Kampus Sudah Kembalikan Dana Mahasiswa, Satu Masih Proses

DIKAWAL : Ombudsman RI Perwakilan NTB terus mengkawal kejelasan pengembalian dana Beasiswa yang disunat lima kampus swasta di Pulau Lombok. (NASRI/RADAR LOMBOK)

MATARAM – Ombudsman RI Perwakilan NTB berhasil membongkar pemotongan dana beasiswa yang dilakukan oleh lima kampus swasta di NTB. Dana program beasiswa tersebut diperkirakan berjumlah Rp 10 miliar dari kelima kampus swasta bersangkutan.

“Sementara ini baru 4 kampus yang sudah kembalikan hak mahasiswanya. Sekarang kita tunggu tinggal 1 kampus masih proses pengembalian,” kata Asisten Bidang Penanganan Laporan Ombudsman RI Perwakilan NTB Sahabudin, Rabu (24/11).

Dikatakannya, temuan maladministrasi pada persoalan dana program Bidikmisi ini sudah lama dibuntuti pihaknya. Diakuinya belakangan ini masih rentan terjadi maladministrasi di dunia pendidikan. Terbukti, pemotongan dana beasiswa yang diperkirakan berjumlah Rp 10 miliar ini terjadi di lima kampus swasta yang ada di Pulau Lombok.

“Ini tidak hanya terjadi di kampus swasta yanga ada di Mataram saja, tapi di kampus swasta Lombok Timur juga ada,” katanya.

Namun demikian, dari kelima kampus swasta itu, tercatat baru empat kampus yang sudah mengembalikan hak mahasiswanya. Total dana beasiswa Bidikmisi yang dikembalikan oleh keempat kampus itu berjumlah sekitar Rp 5 miliar. Masing-masing kampus mengembalikan dana beasiswa tersebut, mulai dari ratusan juta hingga miliaran rupiah.

Sementara itu, salah satu kampus yang belum mengembalikan hak mahasiswanya, pihak Ombudsman mengaku memberikan deadline hingga dua pekan kedepan. Dalam dua pekan ini, pihaknya akan terus mengawal keseriusan kampus yang bersangkutan dalam hal mengembalikan hak mahasiswanya.

Baca Juga :  Sekolah Belum Terima Blanko Ijazah

“Kita beri tenggat waktu hingga 14 hari kedepan. Pokoknya kita akan kawal sampai semua hak mahasiswanya dikembalikan dengan utuh,” lanjutnya.

Sahabudin lantas merincikan, bahwa pihak kampus sementara ini telah melakukan transfer ke 150 mahasiswa penerima Bidikmisi gempa dengan jumlah uang yang sama.

Namun, menurut Sahabudin, tersisa sekitar 40 mahasiswa yang belum diselesaikan secara administrasi.

“Yang 40 mahasiswa itu, tinggal konfirmasi administrasi saja. Kalau untuk transfer, sudah komplit ke 150 mahasiswa penerima Bidikmisi gempa 2018,” jelasnya

Adapun sejumlah mahasiswa yang sempat ditahan beasiswanya oleh salah satu kampus swasta di sekitar Kota Mataram, mengaku sangat bahagia setelah dikembalikan pihak kampus.

Diketahui, sebelumnya kampus tersebut menahan 150 beasiswa Bidikmisi mahasiswa  terdampak gempa tahun 2018 selama 7 semester. Nilai totalnya Rp 5 miliar. Namun akhirnya kampus itu mengakui dan akan mengembalikan hak beasiswa Bidikmisi itu dalam tempo 14 hari setelah dipanggil Ombudsman Perwakilan NTB, Jum’at 12 November 2021 lalu.

Pihak kampus pun mulai berangsur mulai mengembalikan beasiswa tersebut mulai Senin, 15 November 2021. Pengembalian itu disertai tanda tangan berita acara bersama mahasiswa yang bersangkutan. Setelah itu, kampus melakukan transfer total uang yang ditahan selama 7 semester, langsung ke rekening penerima Bidikmisi gempa 2018.

Salah satu mahasiswa selaku korban menerangkan, bahwa telah mendapatkan hasil transfer dari pihak kampus pada Senin, 15 November 2021.

Baca Juga :  Siswa Kurang 60 Orang, Sekolah Swasta Bakal Tidak Bisa Terima BOS

“Sudah ditransfer ke rekening oleh kampus dan buku tabungan juga sudah di tangan saya,” jelasnya

Ia pun mengungkapkan rasa bahagia tak terhingga, karena uang biaya jaminan hidup Bidikmisinya telah dikembalikan oleh kampus yang sebelumnya disandera selama 7 semester. “Tentu perasaan saya sangat senang sekali, karena dikembalikannya uang saku yang sudah ditahan dari semester 1 sampai sekarang. Tiga tahun dikuasai kampus dan sekarang sudah kembali lagi,” terang mahasiswa yang enggan disebutkan namanya itu.

Dikatakannya, uang yang diterimanya selama 7 semester itu berjumlah Rp 29,4 juta. Selanjutnya, uang beasiswa yang diterimanya akan digunakan untuk membeli kebutuhan kuliah. Seperti laptop, biaya wisuda dan bahkan ditabung sebagai modal usaha. “Uangnya saya pakai beli laptop, juga disiapkan untuk biaya wisuda dan sisanya akan ditabung untuk usaha,” paparnya.

Mahasiswa lain menyatakan hal yang sama. Menerima transfer beasiswa tersebut ibarat seperti mimpi. Apalagi semasa hidupnya tak pernah melihat uang sebanyak itu. Rencananya beasiswa itu digunakan untuk keperluan rumah dan uang saku di kampus, karena diakuinya berasal dari keluarga yang kurang mampu. “Saya dari keluarga yang kurang mampu. Jadi, semua saya pakai buat keperluan rumah dan kuliah,” tutupnya. (rie) 

Komentar Anda