Empat Destinasi Wisata Segera Dibuka

BAHAGIA : Para pengunjung pantai Kuta KEK Mandalika merasa bahagia di tengah ancaman virus corona, akhir pekan lalu. (AZWAR ZAMHURI/RADAR LOMBOK )
BAHAGIA : Para pengunjung pantai Kuta KEK Mandalika merasa bahagia di tengah ancaman virus corona, akhir pekan lalu. (AZWAR ZAMHURI/RADAR LOMBOK )

MATARAM – Dinas Pariwisata Provinsi NTB mulai berancang-ancang menyosong new normal. Salah satunya akan mulai membuka sejumlah destinasi wisata secara bertahap.

Untuk tahap pertama ini, Dispar NTB baru akan merekomendasikan empat destinasi wisata untuk dibuka. Yakni, kawasan tiga gili (Trawangan, Air, Meno), Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Pulau Moyo, dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika. Proses pembukaan destinasi harus memenuhi protokol kesehatan berbasis cleanliness, health, and safety (CHS) sesuai rekomendasi World Health Organization (WHO). “Sekarang sedang kita lakukan check list sesuai standar CHS. Jadi harus memenuhi aspek kebersihan, kesehatan, dan keamanan,” kata Kepala Dispar NTB, HL Moh Faozal, Senin (15/6).

Menurut Faozal, persiapan sektor pariwisata di NTB menuju menuju new normal harus dilakukan dengan hati-hati. Akan tetapi, sudah banyak destinasi wisata yang dibuka di sejumlah kabupaten/kota. Sementara belum ada rekomendasi baik dari pemprov maupun kabupaten/kota. “Selama ini yang kita pegang adalah membuka secara bertahap di empat destinasi wisata prioritas dulu,” tambah Faozal.

Faozal mengaku, kenormalan baru pariwisata NTB masih mempersiapkan kawasan tiga gili terlebih dahulu. Destinasi wisata unggulan di Kabupaten Lombok Utara (KLU) ini dipilih karena lokasinya cukup terpisah dari pulau utama. Sehinga pencegahan penularan virus corona (Covid-19) dapat dilakukan dengan lebih maksimal. “Jangan sampai kita buka tapi kita lengah. Kita berupaya semaksimal mungkin sebelum mendeklarasi membuka dan melakukan promosi, sama seperti di tiga gili ini kita harus sangat hati-hati,” terangnya.

Selain itu, pemerintah juga sudah melakukan uji swab missal dengan pool test di kawasan tiga gili. Jika ditemukan satu saja kasus positif di destinasi tersebut, maka persiapan pembukaan akan ditunda dan penanganan akan segera dilakukan. “Begitu ada kasus positif, akan lebih berat kita untuk bisa membangkitkan lagi melakukan promosi-promosi. Makanya kita harus hati-hati betul,” imbuhnya.

Baca Juga :  Evaluasi Kemendagri, Pj Gubernur Diminta Jaga Netralitas

Sekda NTB Lalu Gita Ariadi menambahkan, pengaturan destinasi wisata untuk menyambut kenormalan baru memang penting dilakukan. Terutama dengan berbagai persiapan seperti sterilisasi kawasan, baik oleh pemerintah maupun pelaku usaha. “Kita harapkan seiring dengan keberanian masyarakat untuk melakukan perjalanan. Selain gilim ada juga Gunun Rinjani dan lain sebagainya,” ujarnya.

Hal itu berhubungan erat dengan uapaya mempertahankan pendapatan daerah. Untuk itu, pembukaan destinasi wisata di setiap kabupaten/kota juga diserahkan kepada pemda setempat. Tentunya dengan syarat  memaksimalkan standard operational procedure (SOP) dan protokol kesehatan. “Silakan terserah (pemda) kabupatennya untuk pembukaan destinasi wisata. Mereka sudah komit untuk menerapkan protokol kesehatan,” serahnya.

Menurut Faozal, jika seluruh persiapan tersebut berhasil dilakukan sesuai prosedur. Maka peningkatan ekonomi NTB diharapkan tidak terlalu terdampak pandemi Covid-19. “Kalau tidak ada itu, bagaimana sumber pendapatan akan kita dapatkan? Tidak ada sumber pendapatan, bagaimana kita bisa mendukung recovery destinasi-destinasi lainnya,” pungkasnya.

Penunjukan tiga gili sebagai salah satu destinasi wisata yang layak dibuka tidak serta merta langsung menerima tamu. Justru pelaku wisata dan masyarakat setempat diminta terlebih dahulu melengkapi standar protokol kesehatan (prokes) Covid-19. Para pelaku wisata diberikan waktu mulai dari sekarang sampai sebulan ke depan. Jika itu bisa dilakukan, maka diharapkan pertengahan Agustus sudah menerima tamu. “Jika kita melihat kondisi di lapangan masih jauh dari prokes Covid-19. Proses pembukaan gili itu masih lama karena banyak kekurangannya. Artinya, wisatawan belum bisa masuk kecuali yang sudah ada di sana sebelum covid-19,” ujar Kepala Dikes Lombok Utara, dr Lalu Bahrudin.

Bahrudin juga mengaku, kehadiran Wakil Gubernur, Sitti Rohmi Djalillah beserta jajaran sebagai langkah pembukaan masuk ke tahap sosialisasi supaya pelaku usaha dan masyarakat memenuhi standar prokes Covid-19. “Nanti setiap hotel harus ada label clean healty and safety (CHS). Kami masih menunggu label tersebut supaya terpampang di setiap hotel yang siap menerima pelayanan,” terangnya.

Baca Juga :  Jalur Pusuk Dibuka Kembali

Selain itu, jarak duduk, penggunaan masker, tempat cuci tangan, dan lainnya masih banyak belum dipenuhi. Dari sisi persiapan, pembentukan posko Covid-19 sesuatu hal yang tidak diinginkan segera mendapatkan pertolongan. Tidak hanya itu, sampai sekarang pun masyarakat gili belum berkenan mengikuti swab. “Jika semuanya itu sudah siap baru diberikan rekomendasi oleh Gugus Tugas Covid-19. Saya perkirakan pertengahan Agustus baru bisa terima tamu, karena persiapannya butuh waktu lama,” jelasnya.

Penyambutan wisatawan harus dilengkapi dengan membawa surat hasil swab baru diperbolehkan memasuki gili. Oleh karena itu, pihaknya berharap ada regulasi seperti peraturan gubernur atau peraturan bupati sebagai landasan dalam memberikan rekomendasi pembukaan pariwisata gili. “Bagaimana pada saat masuk ke gili, penyeberangan, pada saat liburan, dan pulang harus ada dalam regulasi tersebut. Semoga standar operasional pelayanan (SOP) bisa keluar dan bisa menjadi acuan bersama,” imbuhnya.

Tidak hanya itu, pihak hotel harus menyiapkan tempat karantina mandiri ketika ada wisatawan terjangkit positif Covid-19. Misalkan, dari 100 kamar tersedia separuhnya disiapkan untuk karantina mandiri tersebut. Pertanyaannya apakah pelaku wisata sanggup menyiapkan hal tersebut, nanti diberikan dengan label CHS tersebut. “Pembicaraan ke arah ini pun belum, makanya besok pagi kami turun kembali ke gili,” katanya.

Sementara itu, di Pantai Kuta KEK Mandalika sudah mulai dipadati pengunjung terutama wisatawan lokal. Para pengunjung ini adalah mereka yang rata-rata mengaku sudah jenuh tinggal di rumah. Mereka ingin menikmati suasana wisata seperti masa sebelum pandemi virus corona. ‘’Ini pertama kalinya saya ke pantai lagi setelah corona. Semoga saja tidak ada corona di pantai,” harap salah seorang pengunjung, Habib. (dev/flo/zwr)