MATARAM – Puluhan emak-emak komplek perumahan Pagutan Permai geram dengan langkah Pemkota Mataram yang tidak kujung merespons keluhan warga terkait depo sampah yang dinilai menjadi sumber penyakit. Puluhan ibu-ibu warga RT.15 Lingkungan Bumi Pagutan Permai Kelurahan Pagutan Barat ini meminta depo sampah ditutup total karena peruntukannya sudah disalahgunakan.
Para ibu-ibu melakukan aksi malam-malam. Mereka menuntut paksa agar depo sampah di Jalan Batu Bolong depan Pintu Gerbang Masuk Perumahan Aura Mutiara RT.15 ini ditutup. ‘’Kami sudah kesal karena selama ini tidak ada respons sama sekali dari pemerintah,’’ kata Evi Mardiana kepada Radar Lombok, Rabu (12/9).
Aksi berlangsung dari pukul 21.000 Wita sampai 23.00 Wita. Bau sampah yang menyengat membuat warga semakin resah. Hal inilah yang membuat warga RT.015 geram akan keberadaan depo sampah tesebut. Selain akses jalan terganggu, mereka juga diresahkan akan wabah penyakit setiap hari mereka terima. Lebih dari 10 warga yang terdampak DBD pada bulan Juli dan pada bulan September ini ada dua anak yang terkena DBD juga.
Selain itu, warga yang memiliki rumah persis di sebelah depo sampah tersebut terpaksa menjual rumahnya. Warga sekitarnya yang membuka usaha dagang pun sudah banyak yang berhenti jaulan karna sepinya pembeli. Mereka tidak tahan dengan bau Sampah tersebut. Sudah banyak upaya sudah dilakukan warga, mulai dari permohonan ke lurah, kepala dinas LH dan bersurat ke Wali Kota Matarm sejak 10 tahun yang lalu sampai sekarang tidak membuahkan. ‘’Janji tinggal janji. Awalnya akan direlokasi namun nyatanya sekarang depo sampah itu dibiarkan, malah tambah parah. Bukan warga Lingkungan Bumi Lagutan Permai saja yg membuang sampah di sana, namun dari kelurahan lain juga pun mengirimkan sampahnya ke depo tersebut,’’ sesal Evi.
Jika hari ini tidak ada kepastian dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram, maka warga mengancam akan menutup paksa dengan cara menembok depo sampah tersebut. setelah menyampaikan aspirasinya, warga akhirnya kembali ke rumah masing-masing malam itu.
DLH Kota Mataram merespons aksi protes dari warga Kelurahan Pagutan Barat terkait keluhan soal tumpukan sampah pada depo di wilayah tersebut. DLH memutuskan untuk menutup depo sampah di Pagutan Barat sementara waktu. Untuk solusinya, DLH menyiapkan TPS mobile dengan menyiagakan armada pengangkut sampah di depo Pagutan Barat. ‘’Sudah ada kesepakatan dengan warga tadi, tetap kami tutup depo itu. Nanti akan ada kendaraan yang mobile di sana,’’ ujar Kepala DLH Kota Mataram, H Nizar Denny Cahyadi, Kamis (12/9).
DLH juga mengakomodir jam pembuangan sampah yang diinginkan warga setempat. Menurut dia, DLH tidak masalah dengan jam pembuangan sampah yang diinginkan warga. ‘’Kami tunggu hasil rembuknya. Kami siap memfasilitasi jam berapa yang mereka sepakati,’’ katanya.
Sebelumnya, penutupan depo dilakukan karena ada pengerjaan pemasangan drainase dan pelebaran jalan di Jalan Batu Bolong oleh Dinas PUPR Kota Mataram. Penutupan agar tidak mengganggu aktivitas pengerjaan jalan. Penutupan depo masih menunggu pembebasan lahan untuk Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di Jalan Banda Seraya, Jempong diselesaikan. ‘’Nanti kita lihat perkembangannya. Kalau memang depo itu tidak dibutuhkan ya tidak digunakan lagi,’’ ungkapnya.
Sebelumnya demo soal penumpukan sampah dilakukan oleh warga Pagutan Barat, Rabu (11/9) malam. Ketua RT 15 Lingkungan Bumi Pagutan Permai, Kelurahan Pagutan Barat, Muhsin Al Hudori mengatakan, tuntutan warga awalnya karena dulunya sebelum menjadi depo, warga menyebut tempat pembuangan tersebut sebagai TPS yang hanya untuk Lingkungan Bumi Pagutan Permai saja. Setelah berubah menjadi depo, pemanfaatannya tidak hanya untuk satu lingkungan saja tetapi banyak dari kelurahan lain. Akibatnya sampah yang terbuang di depo melebihi kapasitas. ‘’Itu dulu awalnya,’’ katanya.
Untuk saat ini, penanganan sampah sebenarnya sudah lebih baik, tidak seperti sebelumnya dengan banyak sampah berserakan dan aromanya mengganggu masyarakat sekitar. ‘’Karena kan warga dari mana kami tidak tahu juga membuang sampah di sana,’’ ungkapnya.
Atas persoalan tersebut, mediasi dilakukan warga bersama lurah, Kamis (12/9). Mediasi dihadiri oleh Sekdis dan Kabid Persampahan DLH Kota Mataram, Camat Mataram dan Kepala lingkungan. Mediasi menyepakati sejumlah tuntutan warga. Yaitu warga menginginkan tidak ingin ada aktivitas atau depo sampah ditutup. Sebagai gantinya, DLH menyiapkan TPS mobile dengan menyiagakan armada pengangkut sampah di Jalan Batu Bolong. ‘’Sudah disepakati juga waktunya. Di luar waktu itu tidak ada aktivitas pembuangan,’’ terangnya.
Depo ditutup dan TPS mobile disiagakan sampai pembebasan lahan untuk TPS Banda Seraya, Jempong diselesaikan dan diaktifkan. ‘’Itu semua sudah disepakati. Ini semua kemauan masyarakat dan sudah direspon dengan baik dari DLH. Ini saja dulu tuntutan kami,’’ terangnya. (dir/gal)