Eksplorasi PT STM Masih Panjang, Produksi Ditargetkan 2030

Izzudin Mahili

MATARAM — Eksplorasi tambang tembaga dan emas yang dilakukan PT Sumbawa Timur Mining (STM) di Blok Onto, Kecamatan Hu’u, Kabupaten Dompu, masih membutuhkan waktu panjang sebelum memasuki tahap produksi.

Pihak perusahaan (PT STM) menargetkan produksi baru bisa dimulai pada 2030, yaitu setelah menyelesaikan seluruh tahapan studi kelayakan.

Saat ini, PT STM tengah berada dalam tahap pra-feasibility study (Pra-FS), yang masih membutuhkan beberapa tahun sebelum mencapai feasibility study (FS) final.

“Sekarang masih dalam tahap Pra-FS, mereka sedang menyusun dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Tidak ada pekerjaan eksplorasi lagi,” ungkap Plt Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi NTB, Izzudin Mahili, kepada Radar Lombok, Kamis kemarin (6/2).

Menurutnya, tahapan Pra-FS diperkirakan akan rampung pada 2028. Jika hasil studi menunjukkan potensi yang layak, maka produksi baru dapat dimulai pada 2030.

Namun, hingga kini pihaknya belum bisa memperkirakan berapa besar potensi cadangan tambang yang dapat dihasilkan PT STM. “Nanti hasilnya baru keluar setelah studi selesai. Itu pun kewenangannya ada di Kementerian,” jelasnya.

Baca Juga :  Siap-Siap! Balap GT World Challenge Asia Digelar di Sirkuit Mandalika

Setelah feasibility study selesai, PT STM masih harus menjalani berbagai persiapan sebelum memasuki tahap konstruksi dan produksi. Studi kelayakan ini mencakup berbagai aspek, mulai dari analisis lingkungan, dampak sosial, hingga aspek teknis operasi pertambangan.

“Semua butuh waktu, termasuk kajian dari Kementerian ESDM. Karena izin usaha pertambangan khusus (IUPK) ini ada di bawah kewenangan kementerian,” tambahnya.

Izzudin menegaskan bahwa hingga saat ini PT STM belum melakukan eksploitasi, melainkan masih sebatas kajian untuk melihat potensi tambang di kawasan tersebut. Ia mencontohkan, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN) juga membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum bisa memulai produksi tambangnya.

Terkait isu bahwa PT STM tidak memberdayakan masyarakat lokal dalam proyeknya, Izzudin membantah tudingan tersebut. Ia menjelaskan bahwa karena proyek ini masih dalam tahap studi kelayakan, kebutuhan tenaga kerja masih terbatas.

Baca Juga :  Kepala Daerah Keluhkan Ketersediaan Oksigen

“Ini masih tahap studi kelayakan, belum eksplorasi. Jadi pekerja yang dibutuhkan juga belum banyak. Jika nanti perusahaan mulai membutuhkan tenaga kerja, mereka akan merekrut. Tapi jika belum dibutuhkan, tentu jumlah pekerja juga terbatas,” katanya.

Pemerintah Provinsi NTB berharap proses produksi dapat dilakukan secepatnya agar manfaat ekonomi dari proyek tambang ini bisa segera dirasakan oleh masyarakat. Namun, ia juga menekankan bahwa keputusan akhir tetap berada di tangan pemerintah pusat dan pihak perusahaan.

Sebelum memasuki tahap Pra-FS, hasil eksplorasi awal menunjukkan bahwa potensi tambang di Hu’u cukup besar. Namun, kepastian angka cadangan mineral baru akan diketahui setelah FS selesai dilakukan.

“Tahapan ini ditentukan oleh kementerian. Perusahaan juga harus berhitung matang, karena ini investasi besar. Kalau nantinya potensi yang ditemukan kecil, tentu mereka juga akan mempertimbangkan kelanjutannya,” ujarnya. (rat)