MATARAM – Hari ini , Rabu (31/8) Kota Mataram merayakan hari jadinya yang ke-23 tahun.
Usia 23 tahun merupakan usia yang masih tergolong muda, namun telah mampu menorehkan kemajuan di berbagai sektor kehidupan sosial bermasyarakat. Kota Mataram sebagai ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat sudah barang tentu menjadi barometer untuk semua sektor pembangunan. Mulai dari sektor ekonomi, pendidikan, keamanan bahkan investasi di Kota Mataram beberapa tahun belakangan ini semakin tumbuh pesat.
Kota Mataram sudah mulai menjadi tujuan penanaman investasi seiring perkembangan sektor pariwisata di Provinsi NTB semakin pesat. Mataram sebagai daerah yang menjadi pusat MICE (meeting, incentive, conference exhibitions) menjadi pemikat investor untuk berlomba-lomba membangun hotel dan juga mall termasuk ritel modern yang bisa didapatkan hampir di setiap lingkungan di Kota Mataram.
Berbagai kemajuan yang dialami Kota Mataram bukan berarti tidak memiliki persoalan ataupun tantangan. Di bawah kepemimpinan pasangan H Ahyar Abduh dan H Mohan Roliskana untuk periode kedua kalinya ini, di usia Kota Mataram yang ke-23 tahun berbagai persoala mendasar masih belum sepenuhnya bisa terselesaikan.
Menurut , Hj Selly Andayani mantan Pelaksana Jabatan (Penjabat) Wali Kota Mataram ini mengakui jika Kota Mataram berkembang cukup pesat di berbagai sektor. Bahkan sebagai ibu kota Provinsi NTB, Kota Mataram pertumbuhan investasinya sangat tinggi. “Kondisi Kota Mataram sangat bagus, begitu juga pertumbuhan ekonomi juga positif,” kata Selly kepada Radar Lombok Selasa kemarin (30/8).
Berbagai pertumbuhan yang positif di Kota Mataram, sejumlah persoalan yang perlu dibenahi oleh wali kota dan wakil wali kota adalah perlunya penataan birokrasi. Selly menyebut selama enam bulan menjadi penjabat wali kota memiliki pandangan terkait berbagai tantangan yang cukup pelik di Kota Mataram, mulai dari persoalan penataan birokrasi, pengananan masalah sampah, tata ruang kota, hingga masalah perhatian terhadap pelaku usaha mikro dan kecil dan masyarakat miskin yang ada di pinggiran Kota Mataram.
Masalah penataan birokrasi, menurut Selly, di usia 23 tahun Kota Mataram ini perlu melakukan pembenahan dan penyegaran. Seperti menganti pejabat yang terlalu lama di posisi tertentu, serta memberikan kesempatan regenerasi dengan melakukan promosi kepada kalangan muda yang memiliki etos kerja keras dan energik serta sesuai kompetensi disiplin ilmu mereka.
Persoalan yang menjadi sorotan masyarakat menyangkut masalah kebersihan. Selly mengakui persoalan sampah menjadi hal yang dialami oleh hampir ibu kota provinsi di Indonesia. Namun, bukan berarti tidak ada solusi dalam penanganannya. Selly menyarankan Pemkot Mataram agar pengelolaan Tempat Penampungan Akhir (TPA) Kebon Kongok, Lombok Barat itu ditangani secara regional di bawah penanganan Pemprov NTB. Jika TPA Kebon Kongok itu ditangani secara regional dibawah Pemprov NTB, maka bantuan pengelolaan bisa di support oleh pemerintah pusat, sehingga tidak lagi seperti sekarang ini, menjadi polemik. Disaat tertentu masyarakat di kawasan TPA Kebon Kongok menutup jalan akses masuk truk pengangkut sampah.
Selain itu, pemerintah pusat dan daerah jika ditangani regional, bisa ditangani investor untuk membuat pembangkit listrik dari gas metan yang merupakan kandungan yang dihasilkan dari sampah tersebut. Pemerintah bersama investor bisa memberikan masyarakat setempat aliran listrik secara gratis. Dengan demikian, masyarakat setempat bisa merasakan perhatian dari pengguna TPA tersebut.
Untuk penataan tata ruang kota, Selly melihat sekarang ini kondisi tata ruang kota sangat parah. Pembangunan yang cukup pesat membuat tata ruang Kota Mataram menjadi tak terurus dan cenderung terabaikan. Melalui revisi Raperda RTRW Kota Mataram yang sekarang ini bisa menghasilkan tata ruang yang lebih baik. “Seharusnya pembangunan itu menyesuaikan dengan tata ruang yang ada, bukan sebaliknya tata ruang menyesuaikan dengan pembangunan,” ujarnya.
Sementara itu mengenai perekonomian di Kota Mataram, menurut Selly terus mengalami pertumbuhan yang signifikan yang didorong oleh investasi yang tinggi, sehingga bisa membuka lapangan pekerjaan dan meningatkan pendapatan masyarakat. Hanya saja, perlu diperhatikan masalah keberadaan usaha mikro dan kecil yang sekarang ini mulai terjepit dengan menjamurnya usaha ritel modern.
Bukan berarti menolak masuk ritel modern, namun Pemkot Mataram perlu memberikan perhatian terhadap sumber daya manusia (SDM) pelaku UKM sehingga mereka mampu berdaya saing, terlebih lagi dengan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pemberdayaan ekonomi masyarakat yang ada di pinggiran juga hendaknya dilibatkan langsung dalam berbagai kegiatan. Seperti banyaknya kegiatan MICE di Kota Mataram bisa melibatkan pelaku IKM yang ada di pinggiran dalam berparitisipasi sesuai dengan potensi yang ada di mereka apakah itu kerajinan, olahan pangan dan juga kesenian yang mereka miliki.
Dengan demikian, kemajuan Kota Mataram mereka bisa nikmati, tidak hanya orang tertentu dan kelas ekonomi tertentu saja yang merasakan dari kemeriahan dan kemajuan yang dicapai Kota Mataram di usia yang ke 23 tahun tahun 2016 ini.
“Pemberdayan ekonomi masyarakat pra sejahtera yang sebagian besar di pinggiran itu perlu diberdayakan,” kata Selly.
Di hari jadi Kota Mataram ke- 23 tahun, Selly tak lupa mengucapkan Selamat ulang tahun dan semakin lebih maju. Ia berharap kemajuan Kota Mataram aan terus ditingkatkan oleh pemimpin yang ada sekarang. Sehingga kesejahteraan masyarakat Kota Mataram bisa terwujud.(luk)