Efisien Waktu, Biaya dan Tenaga, Kemen PUPR Bangun Rumah 3D Printing Tahun Ini

Pembangunan rumah 3D printing oleh Kemen PUPR di Yogyakarta bersama pihak ketiga. (IST/KEMEN PU PR)

MATARAM–Pernah mendengar tentang teknologi cetak tiga dimensi atau 3D printing? Kementerian PUPR tahun ini akan menerapkan teknologi itu untuk membangun rumah khusus (rusus).

Sebelumnya, pada awal 2021 Kementerian PUPR bersama mitra terkait telah menguji coba penerapan teknologi ini untuk pembangunan rumah tapak di Yogyakarta.

3D printing diyakini akan mendorong percepatan pembangunan perumahan karena lebih efisien dalam hal waktu pengerjaan, biaya, serta tenaga kerja.

Direktur Jenderal Perumahan, Iwan Suprijanto, ST. MT menyampaikan bahwa di tahun 2022 Kementerian PUPR akan menerapkan pembangunan rumah khusus dengan metode digital sebagai jawaban dari tantangan Industri 4.0.

“Di tahun 2021 Kementerian PUPR bersama mitra terkait, telah menguji coba pembangunan uji coba 3D Printing Rumah Tapak di Yogyakarta, 12-31 Januari 2021, dan pada tahun 2022 ini akan diterapkan dalam pembangunan rumah khusus,” terang Iwan.

Baca Juga :  Menteri PUPR: Infrastruktur KTT ASEAN di Labuan Bajo Selesai Awal Mei

Dalam Insdustri 4.0 di Indonesia, akan ada sekitar 23 juta pekerjaan yang ada saat ini akan digantikan otomasi pada 2030. Namun akan ada 27-46 juta pekerjaan baru dan 10 juta di antaranya adalah jenis pekerjaan yang belum pernah ada sebelumnya. Hal ini tidak berarti kehadiran AI, Drones, dan Robotics akan menggatikan peran manusia seluruhnya, justru akan menjadi tantangan agar engineer dan para pekerja konstruksi terus meningkatkan kompetensinya.

“Jika dilihat dalam data yang ada, industri konstruksi merupakan industri yang masih rendah dalam proses digitalisasinya (smart contrusction) yang disebabkan oleh beberapa faktor terutama kemampuan digital yang masih rendah,” ungkap Iwan mengenai gambaran industri konstruksi 4.0 di Indonesia.

Baca Juga :  Dukung DSP Mandalika, Tahun Ini Satker PJN 1 NTB Gelontorkan Rp 228 Miliar

Rendahnya digitalisasi dalam sektor kontruksi disebabkan salah satunya oleh kondisi kurangnya SDM tenaga Insinyur. Total tenaga kerja konstruksi di Indonesia sejumlah 8,2 juta orang, 71% di antaranya merupakan SDM unskilled labour. Indonesia berada di posisi terendah dalam pemenuhan kebutuhan Insinyur dari beberapa negara di ASEAN.

“Masa depan adalah hari ini, The Future is Today, artinya kita harus melakukan revolusi insdustri dan distrupsi sekarang, selanjutnya menjadikan koloborasi sebagai kunci, serta berinovasi atau mati,’ tutup Iwan mengutip dari Prof. Rhenald Kasali. (KEMEN PUPR/RL)

Komentar Anda