Agus melihat fenomena tersebut sudah terjadi saat ini. Keberanian TGB mendeklarasikan dirinya mendukung Jokowi, tentu tidak gratis. “Boleh jadi TGB berharap mendukung Jokowi dan eksodusnya elit NW Pancor ke Nasdem, dalam rangka sukseskan TGB sebagai wakilnya Jokowi,” kata Agus.
BACA JUGA: Nasdem NTB Ajukan TGB Dampingi Jokowi
Beberapa petinggi ormas Nahdlatul Wathan (NW) yang selama ini menjadi kader Partai Demokrat tiba-tiba ikut loncat ke Partai Nasional Demokrat (Nasdem). Salah satunya, H Syamsul Luthfi yang telah menyerahkan berkasnya ke Nasdem untuk menjadi calon legislatif (Caleg) DPR-RI daerah pemilihan (dapil) Lombok.
Syamsul Luthfi merupakan kakak kandung TGB. Seorang TGB, bukan saja gubernur tetapi juga Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan (PBNW). Sementara Luthfi, selama ini masih menjabat sebagai Ketua DPC Demokrat Kabupaten Lombok Timur. Ada juga nama TGH Hasanain Juaini yang telah dipastikan bergabung ke Nasdem. Posisinya saat ini sangat strategis karena menjadi Sekjen PBNW mendampingi TGBKH M Zainul Majdi.
Bergabungnya orang nomor dua di NW tersebut, tentu saja akan membawa gerbong atau pengikutnya di bawah juga. Apabila nanti TGB tidak dipilih menjadi wakil Jokowi, setidaknya bisa dijadikan menteri. “TGB juga menargetkan jabatan politik lain seperti menteri. Ini realistis dalam politik,” ucap Agus.
Hal yang harus dipahami, terang Agus, saat ini mood elektoral masyarakat adalah memilih figur. Partai apa saja tidak menjadi begitu penting. “Maka kemana figurnya berlabuh, pemilih ikut kesana,” kata Agus.