Dukung Zero Waste, Bayar SPP dengan Sampah

Bayar SPP dengan Sampah
Lalu rusbin (JANWARI IRWAN/RADAR LOMBOK)

SELONG – Membayar iuran sekolah adalah hal yang lumrah diberikan oleh siswa pada setiap lembaga pendidikan untuk menunjang proses belajar mengajar khususnya SMA/SMK. Namun ada yang berbeda dengan yang dilakukan oleh SMKN 1 Pringgabaya, yaitu membayar uang sekolah dengan sampah.

Kepala SMKN 1 Pringgabaya Bambang Setiaji,W menjelaskan program tersebut sebagai salah satu bentuk kepedulian sekolah akan pentingnya hidup sehat dan ikut serta mensukseskan program NTB Zero Waste(Bersih dari sampah).

“Sampah yang dimaksud adalah, seperti plastik, kertas, aluminium, besi dan sejenisnya.  Untuk pembayaran angsuran SPP, setelah diakumulasi total tabungan sampah per siswa setiap bulannya,” kata Bambang, Senin kemarin (19/8).

Menurut Bambang, siswa membayar uang  SPP menggunakan sampah ini lebih kepada edukasi. Selain penyelamatan lingkungan, ada konsep menabung, yakni nabungnya sampah kembalinya uang. Mekanismenya sederhana, para siswa menyetor sampah, kemudian akan mendapatkan uang sesuai dengan nilai sampah yang disetorkan.

Baca Juga :  Gara-gara Sampah, Warga Tanjung Bersitegang

Selanjutnya, sampah akan ditimbang dan ditaksir nilainya sesuai harga di pasaran atau pengepul. Kemudian nilai uang itu yang akan dimasukan ke rekening nasabah (siswa).

“Ini akan terus berjalan sebagai salah satu bentuk kepedulian pihak sekolah akan arti pentingnya hidup bersih dan pembentukan karakter siswa mandiri cinta pada kebersihan,” jelasnya.

Selain SMKN 1 Pringgabaya yang mendukung program andalan Gubernur dan Wakil Gubernur NTB ini, juga SMAN 1 Jerowaru yang berada Lombok Timur bagian selatan ini juga sangat antusias mendukung program Zero Waste. Sejak program ini diluncurkan, SMAN 1 Jerowaru terus memberikan terobosan menyulap sampah menjadi barang berguna.

Baca Juga :  Harus Ada Terobosan Tangani Sampah

“Melihat dari banyaknya sampah di wilayah Jerowaru, terutama sampah plastik, siswa kita minta memungut sampah di jalan kemudian di sulap menjadi barang berharga,” kata Kepala SMAN 1 Jerowaru Lalu Rusbin.

Penyulapan barang tidak berguna ini dilakukan semata – mata untuk memberikan pelajaran kepada siswa, kalau sampah non organik  merupakan sampah yang memiliki nilai jual apabila diolah dengan baik.

“Alhamdulillah perlahan – lahan sampah yang ada mulai berkurang. Tinggal bagaimana menyadarkan masyarakat setempat, agar tidak membuang sampah sembarangan,” ujarnya. (wan)

Komentar Anda