MATARAM – Kepala Divisi Keimigrasian Kanwil Kemenkumham NTB Wishnu Daru Fadjar mengatakan, Kemenkumham NTB-Kantor Imigrasi Kelas I TPI Mataram masih mendalami ada atau tidaknya pelanggaran keimigrasian terkait keberadaan penambang warga negara (WN) asal China di wilayah Sekotong, Lombok Barat. Wishnu meminta masyarakat menunggu hasil pendalaman petugas.
Sebelumnya, pada Sabtu (10/8) malam, warga di Dusun Lendek Bare dan Dusun Batu Montor, Desa Buwun Mas, Kecamatan Sekotong, Lombok Barat membakar sejumlah camp yang diduga milik para penambang asal China itu.
Kemarahan warga dipicu penambang yang membawa alat berat berupaya menggusur makam di Desa Kadaro, Lombok Barat. Selain itu warga juga menolak warga asing mengeruk tambang emas di kawasan tersebut. “Saya sudah meminta Kepala Kantor Imigrasi Kelas I TPI Mataram untuk melakukan pendalaman terkait masalah tersebut. Kita tidak bisa gegabah mengambil kesimpulan. Kita sedang mendalami itu semua,” kata Wishnu di sela pelaksanaan Rapat Tim Pengawasan Orang Asing (Timpora) di Mataram, Rabu (14/8).
Wishnu mengatakan, untuk Kemenkumham NTB dan Kantor Imigrasi Kelas I TPI Mataram fokus terkait dengan keabsahan dokumen perjalanan (paspor) dan ada atau tidaknya pelanggaran izin tinggal keimigrasian WN China tersebut.
Merespons mengenai pembakaran camp, Wishnu menerangkan, masalah tersebut merupakan kewenangan Polres Lombok Barat dan Polda NTB.
Pihaknya akan mengintensifkan komunikasi dengan Timpora Provinsi NTB di mana di dalamnya terdapat berbagai unsur seperti TNI/Polri, BNN, DPMPTSP, Dinas Tenaga Kerja, Bea Cukai, Pajak, Dinas Pariwisata, Dinas Pendidikan, dan BIN Daerah. “Kami akan komunikasi dan koordinasi dengan para pemangku kepentingan tersebut,” imbuhnya.
Kakanwil Kemenkumham NTB Parlindungan mengatakan, pihaknya akan bersinergi dengan aparat penegak hukum (APH) di wilayah untuk merespons dinamika keamanan di NTB.
“Saya sudah menekankan, mana kala terjadi permasalahan yang terkait dengan tugas dan fungsi UPT Imigrasi dan Pemasyarakatan agar menjalin komunikasi intensif dengan para pemangku kepentingan di wilayah,” ujar Parlindungan.
Sementara itu, TNI turun membantu Kepolisian mengusut kasus pembakaran camp tambang emas ilegal itu.
Danrem 162 Wira Bhakti, Brigjen TNI Agus Bhakti mengatakan, permasalahan yang terjadi tersebut sudah dikoordinasikan dengan Polda NTB, dan Pemda Lobar.
“Tambang Sekotong yang dibakar beberapa hari lalu. Setiap kejadian menonjol pasti kita selalu berkoordinasi, bersinergi, berkolaborasi. Dalam hal ini dengan Polda NTB, Pemda dan Forkopimda dan lainnya,” kata Agus Bhakti, Rabu (14/8).
Koordinasi yang dilakukan guna mencari akar permasalahan yang terjadi. Dan mencari jalan keluar dari permasalahan yang ada. Agus belum mau membeberkan apa yang menjadi temuan dari TNI dalam permasalahan yang terjadi di tambang rakyat tersebut. “Biar satu sumber, tanyakan ke Polda NTB saja, supaya tidak simpang siur nih. Intinya ada koordinasi,” timpalnya.
Kasus ini sedang diselidiki Polres Lobar dan dibantu oleh Polda NTB. Sebelumnya, Direktur Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda NTB mengatakan, pembakaran itu diduga buntut adanya aktivitas penambangan yang dilakukan seorang WN China.
Aktivitas penambangan WN di lokasi tambang rakyat secara manual ini itu diduga ilegal. Motif kericuhan yang mengakibatkan adanya aksi pembakaran itu masih ditelusuri Kepolisian. “Dugaan sementara, karena ada ilegal mining,” katanya.
Kapolres Lobar AKBP I Komang Sarjana sebelumnya mengatakan, tindak lanjut dari aksi pembakaran itu, pihaknya sudah melakukan pengamanan di lokasi sejak Minggu (11/8). Ia pun memastikan lokasi kericuhan kini sudah dalam situasi aman dan kondusif. Kasus ini masih dalam penyelidikan.
Dari hasil cek lokasi, ada satu tempat tinggal sementara milik penambang yang ludes terbakar. “Kalau alat berat, tidak ada yang dibakar,” sebutnya.
Aksi pembakaran itu turut dibenarkan Kasatreskrim Polres Lobar Iptu Abisatya Darma Wiryatmaja. Kasus tersebut masih dalam penyelidikan. “Kalau pembakaran itu memang ada, dilakukan orang tidak dikenal. Karena kami belum bisa mengidentifikasi orang-orangnya, karena kami sampai sana sudah tidak ada orang-orang ini,” ujar Abisatya. (RL/sid)