Dua Ton Beras akan Diobral Jelang Bau Nyale

Raden Roro Sri Mulianingsih (M Haeruddin/Radar Lombok)

PRAYA Pemkab Lombok Tengah bekerja sama dengan berbagai stakeholder akan menyasar wilayah selatan di daerah tersebut untuk pasar murah. Kegiatan menjelang bau nyale ini untuk memfasilitasi warga di wilayah selatan mendapatkan beras dengan harga murah ditengah melambungnya harga beras saat ini.

Kabid Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Lombok Tengah, Raden Roro Sri Mulianingsih menyatakan, harga beras di pasaran sangat tinggi bahkan sudah mencapai Rp 17.500 per kilo untuk jenis beras medium. Beda halnya dengan beras premium bahkan bisa tembus diangka Rp 20.000 per kilo. “Makanya pada 28 Februari nanti akan ada kegiatan pasar murah sekalian menyambut bau nyale sekaligus untuk stabilisasi harga beras yang cukup tinggi. Pasar murah ini akan kita laksanakan di Bazar Mandalika Desa Kuta Kecamatan Pujut, makanya kita akan segera melakukan koordinasi dengan Pemdes setempat,” ungkap Raden Roro Sri Mulianingsih, kemarin.

Baca Juga :  Gandeng APH Tingkatan Pengawasan Pupuk Bersubsidi

Disperindag sengaja menyasar wilayah selatan karena selama ini wilayah selatan dikenal dengan wilayah pariwisata dan bukan wilayah pertanian. Tapi untuk pasar murah kali ini karena masih tahap awal maka beras yang akan disediakan hanya sekitar 2 ton saja. “Harga per pics yang isinya 5 kg sekitar Rp 52.000 sampai Rp 53.000 tapi ini masih belum pasti harganya karena kami masih koordinasi dengan dinas perdagangan Provinsi NTB dan Bulog,” terangnya.

Ke depan, sambung Raden Roro, tidak hanya melakukan pasar murah di wilayah selatan. Tapi pada awal Ramadan di Kota Praya, pihak dinas akan membuka kegiatan pasar murah selama kegiatan Khazanah Ramadan berlangsung. “Kalau saat Ramadan kita mulai habis Asar di kegiatan Khazanah Ramadan akan melakukan pasar murah,” terangnya.

Baca Juga :  Slank akan Tampil saat Event MotoGP

Nantinya di Khazanah Ramadan ini tidak hanya akan menjual beras dengan murah, akan tetapi karena berbagai organisasi perangkat daerah (OPD) juga terlibat maka berbagai kebutuhan akan disiapkan. Seperti Dinas Pertanian akan mempersiapkan berbagai hasil pertanian hingga Bank Indonesia (BI) yang akan memasarkan barang penyumbang hasil inflasi seperti cabai dan telur. “Kalau kita Disperindag akan menyediakan selain beras tapi ada gula dan minyak, kita juga menggandeng gapoktan sama usaha mikro. Yang jelas berbagai upaya terus kita lakukan untuk menekan lonjakan harga beras ini agar masyarakat bisa terbantu ditengah harga beras yang semakin tinggi ini,” tandasnya. (met)