PRAYA— Para driver lingkar bandara didampingi berbagai lembaga yang tergabung dalam koalisi masyarakat peduli transportasi lokal Lombok Tengah melakukan aksi protes kepada pihak PT Angkasa Pura terkait beroperasinya perusahaan Grab dan Gojek dengan menggunakan counter di Bandara Internasional Lombok (BIL).
Selain itu, mereka juga menyayangkan kebijakan pihak Angkasa Pura yang menambah perusahaan baru seperti Bluebird di bandara, karena keberadaannya dianggap sangat mempengaruhi para pengusaha atau driver yang berada di lingkar bandara. Keberadaan perusahaan baru ini dianggap akan menggerus perusahaan lokal.
Koordinator hearing, Muhammad Zaini menegaskan bahwa apa yang mereka lakukan ini untuk memberikan peringatan kepada perusahaan Grab dan Gojek agar tidak beroperasi dengan menggunakan counter, artinya mereka boleh saja tetap beroperasi secara online tapi tidak secara turun langsung.
“Pihak PT Angkas Pura kita minta juga untuk tidak menambah perusahaan baru seperti Bluebird karena hal itu akan berpengaruh besar kepada para penguasaha atau para driver-driver yang ada di lingkar bandara. Karena kapasitas yang ada saat ini belum begitu normal,” ungkap Zaini saat berdiskusi dengan pihak PT Angkasa Pura di depan BIL, Kamis (16/1).
Ia menegaskan dengan kondisi penumpang yang masih sedikit dan ditambah dengan adanya penguasaha jasa transportasi yang baru maka dianggap akan menggerus transportasi lokal yang ada di lingkar bandara. “Intinya bubarkan jasa angkutan berbasis sistem counter online di dalam bandara,” tegasnya.
Hal yang sama disampaikan oleh sopir lainnya yakni Basir.
Pihaknya menegaskan bahwa saat ini dengan adanya perusahana baru yang masuk di bandara membuat sopir lama akan tergerus. Yang mereka sesalkan bahwa para sopir lama ini harus masuk menjadi mitra. “Kita cari makan di bandara, kembalikan marwah sopir lokal dan mengembalikan hak- hak driver menggunakan counter biasa,”tegasnya.
Pihaknya juga berharap kebijakan PT Angkasa Pura untuk dapat memberikan perhatian khusus terhadap jasa tarif parkir di bandara khususnya bagi masyarakat yang menyediakan jasa angkutan, mengingat keberadaan mereka di bandara untuk mencari rizki demi menunjang perekonomian keluarga.
“Mohon kiranya para driver lokal yang menjalankan usaha jasa transportasi diberikan atensi khusus, mengingat hal ini menyangkut perekonomian dan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar. Jangan sampai ada asumsi bahwa kemasyhuran bandara yang megah dan mewah justru tidak memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar,” ucapnya.
Menanggapi hal itu, General Manager BIL Singgih Riwahono menegaskan bahwa untuk jasa transportasi di bandara pihaknya mengaku sudah bermitra. Di satu sisi, diakui semua bandara dituntut untuk bagaimana mengeluarkan kebijakan agar para pengunjung bandara mendapatkan pelayanan yang bagus.“Maka dalam hal ini yang kami lakukan dalam hal transportasi kita gunakan sistem onlaine.
Karena bisa dibayangkan ketika ada penumpang bandara tengah malam butuh jasa transportasi, kemudian ditawari kendaraan untuk mengantar apakah itu ada jaminan. Sehingga hal ini membuat kami membuat kebijakan untuk menggunakan jasa transportasi dengan berbagai mitra ini,” tegasnya.(met)