Dr H Djumardin Siap Bawa Unram ke Level Internasional

Dr H Djumardin ABDI ZAELANI/RADAR LOMBOK)

MATARAM – Ketua Magister Ilmu Hukum (MIH) Fakultas Hukum (FH) Universitas Mataram (Unram) Dr H Djumardin sudah ditetapkan menjadi calon Rektor Unram untuk pemilihan periode 2022-2026. Dr Djumardin berjanji membawa Unram ke Level Internasional jika nantinya di nasibkan terpilih menjadi Rektor Unram periode 2022-2026.

“Dari awal saya katakan niat maju menjadi kanidat tidak lain untuk bersama-sama memajukan Unram ke tingkat Internasional. Mudah-mudahan ada konsep saya atau gagasan saya bisa diakomodir oleh siapapun yang terpilih menjadi Rektor Unram periode 2022-2026 mendatang,” kata Dr H Djumardin kepada Radar Lombok, Rabu (15/9)

Dr Djumardi mengaku, jika dirinya maju mencalonkan diri sebagai Rektor Unram bukan semata-mata untuk terpilih. Namun paling tidak dengan kompetisi ini bisa memberi gagasan-gagasan besar supaya siapapun terpilih bisa mengadopsi gagasan tersebut dalam mengembangkan dan memajukan Unram di kancah internasional.

Menurut Djumardin, tantangan Unram terberat saat ini adalah, bahwa 2025 harus mencapai visi, yakni unggul dan mampu bersaing Internasional. Indikasi ke arah tersebut harus di topang dengan 9 standar yang diterapkan, baik dan unggul.

Untuk mencapai kearah tersebut, ada 9 standar yang diterapkan, diantaranya Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, Tata Pamong, Manajemen dan Kerja Sama, Mahasiswa, Sumber Daya Manusia (SDM), pengajaran dan pembelajaran, keuangan, aset dan fasilitas, penelitian, pelayanan umum serta luaran dan capaian.

Sementara, untuk standar sebelumnya hanya 7, diantaranya Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, tata pamong, kepemimpinan, sistem, pengelolaan dan penjaminan mutu. Selanjutnya mahasiswa dan lulusan, SDM, Kurikulum, pembelajaran dan atmosfir akademik, pembiayaan, prasarana dan sarana serta sistem informasi dan penelitian, pengabdian masyarakat dan kerja sama.

Baca Juga :  Tak Ada Kata Terlambat dalam Belajar

‘Ini berbeda jauh dengan standar sebelumnya yang hanya 7 standar. Hal ini juga pengalaman saya di MIH, sebab baru satu tahun menjabat. dari C ke B. Alhamdulillah, satu tahun kita bisa mengejar peringkat awal dan menggunakan standar 9, bukan standar 7,” bebernya.

Dijelaskannya, dirinya membentuk tim 15 orang yang bekerja siang dan malam untuk mengakomodir seluruh kehendak dari standar 9 tersebut. Namun yang paling nampak dari standar 9 tersebut, yakni ketika memprogramkan harus di eksekusi, evaluasi dan ini yang berat.

“Kita kecenderungan dari standar sebelumnya bahwa sistem perencanaan luar biasa, namun terkadang di pelaksanaanya ada yang terlaksana ada yang tidak dan terkadang juga tidak di evaluasi,” terangnya.

Misalnya, dalam MoU dengan Jepang, Belanda dan lain-lainnya. Pelaksanaanya mana, ternyata tidak mempunyai dokumennya. Jika tidak ada dokumen pelaksanaanya, maka naksah MoU itu tidak bernilai. Namun jika standar 7 dulu cukup dengan MoU tersebut sudah mempunyai nilai.

“Saya kira ini cukup berat dari standar 7 ke standar 9. Makanya kita harus merombak dari standar 7 ke standar 9,” ucapnya.

Dikatakannya, salah satu indikator yang cukup berat dalam standar 9 ini, yakni mahasiswa asing yang menuntut ilmu ke Unram. Artinya seberapa banyak mahasiswa asing yang mengenyam perkuliahan di Unram. Sebab dalam visi tersebut mampu bersaing ke tingkat nasional dan Internasional. Apa program ke arah sana.

Baca Juga :  April, Museum NTB Gelar Cerdas Cermat

“Ternayata di standar 9 itu bicara terkait seberapa banyak mahasiswa luar negeri mengenyam pendidikan di Unram. Kalau kita ke luar negeri tidak terlalu besar pengaruhnya. Hal itu yang biasa, namun bagaimana strategi agar mahasiswa asing mengenyam pendidikan di Unram,” katanya.

Oleh karena itu, poin penting dari akreditasi tersebut, bahkan gagasan besar yang ditawarkan yakni membentuk jaringan seperti laba-laba. Walaupun berada di tengah, namun semuanya mempunyai induk.

“Saya yakin seluruh dosen di Unram ini menempuh S2 maupun S3 tidak hanya di Unram. Tidak juga hanya di luar daerah, namun ada di Jepang, Inggris maupun di Malaysia. Nah, bagaimana masing-masing alumni ini berkontribusi di dalam jejaring tadi, ketika misalnya ada kebutuan Unram mahasiswa asing bisa ke sini mengenyam pendidikan. Tentu promosi lewat mereka dan kirim jejaring. Paling tidak kalau kita ikuti konsep menjaring itu semakin luas kita menjaring paling tidak ada yang tertangkap di luar negeri,” jelasnya.

“Jaring laba-laba ini diimpelentasikan dalam konsep, tadi sehingga semuanya berperan. Selama ini kita hanya menghadirkan mahasiswa dari Papua dan saat ini kita harus merembet ke Timur Leste jika mengejar standar mahasiswa asing,” tandasnya. (adi)

Komentar Anda