Dosen UBK Mataram Gelar Pengabdian Masyarakat

FOTO BERSAMA :Tim Dosen saat foto bersama dengan peserta terbaik dari kegiatan pengabdian masyarakat sambil membawa kit anti Covid-19 dan buku panduan Toga. (IST/RADARLOMBOK)

MATARAM – Tim dosen Universitas Bhakti Kencana (UBK) Mataram menggelar kegiatan pengabdian masyarakat selama dua hari yang bertempat di areal kampus PSDKU Mataram dengan tetap menerapkan protokol Covid-19.

Ketua Pelaksana Pengabdian Masyarakat UBK Mataram I Gusti Agung Ayu Hari Triandini ,S.Si,. M.Biotech menyampaikan kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan kali ini menggandeng masyarakat sekitar kampus, yaitu warga Bendega khususnya kader dan kelompok remaja dengan tema kegiatan “Membangun Nalar dan Tindakan Menghadapi COVID-19 dengan pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (Toga) di Lingkungan Bendega”.

“Kegiatan kita lakukan selama dua hari. Hari pertama penyuluhan dan hari kedua pembuatan vertical garden,” kata Gusti Agung Ayu di Mataram, kemarin.

Kegiatan tersebut dilakukan beberapa hari lalu, tepatnya pada tanggal 17 Oktober 2020. Kegiatan seperti ini sudah rutin dilakukan setiap tahunnya. Kegiatan serupa tiap tahun dilakukan dengan tema berbeda-beda, tapi tetap tentang kesehatan. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat rutin di setiap tahun.

Dengan dilaksanakannya kegiatan pengabdian masyarakat, diharapkan dapat menginspirasi masyarakat untuk mengelola ruang terbuka hijau di rumahnya.

“Ya kita harapkan dengan mengikuti kegiatan ini para mitra dapat menginspirasi warga untuk mengelola ruang terbuka hijau di rumah mereka untuk dijadikan pojok TOGA (Apotek Hidup) sehingga dapat dimanfaatkan ditengah pandemi Covid-19,” harapnya.

Rangkaian kegiatan terdiri dari penyuluhan Covid-19 dan adaptasi kebiasaan baru di era new normal, pentingnya ruang terbuka hijau dan TOGA di setiap pekarangan rumah serta sosialisasi metode vertical garden sebagai solusi pengadaan pojok TOGA di setiap pekarangan rumah untuk menghadapi Covid-19.

Permasalahan yang diangkat dalam kegiatan pengabdian kepada masyakarat kali ini adalah bagaimana menentukan solusi terkait kurangnya ruang terbuka hijau. Kesan kumuh dan tidak tersedianya apotek hidup di pekarangan rumah warga Bendega di situasi pandemi Covid-19, seperti sekarang ini serta pembinaan kepada kelompok remaja peduli kesehatan dan ibu-ibu di wilayah Bendega untuk berperan dalam peningkatan kesehatan keluarga dalam rangka upaya PHC (Primary Health Care).

Ia juga menjelaskan,  teknik yang digunakan dalam mendesain apotek hidup tanaman toga yaitu dengan mengadopsi teknik vertical garden. Teknik vertical garden yaitu salah satu teknik menanam tanaman di lahan yang terbatas dengan cara menyusun rangkaian tanaman yang ditanam di atas media tanam kemudian disusun ke atas (secara vertikal).

Selain hemat ruang, teknik ini memiliki banyak keuntungan antaranya,  sebagai elemen dekorasi, mudah dipasang, dapat dipindah-pindahkan. Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat vertical garden juga relatif sederhana yaitu dengan memanfaatkan barang-barang bekas,  seperti kawat tebal, tali, botol plastik minuman, tanah, bibit tanaman.

Kemudian, ada beberapa jenis tanaman toga yang dapat dimanfaatkan sebagai pencegahan dan penanganan gejala yang berhubungan dengan Covid-19 antaranya,  kelompok rimpang-rimpangan atau empon-emponan, sirih, sambung nyawa, pecut kuda, sambiloto, jeruk dan lain-lain. Tanaman-tanaman tersebut telah diketahui khasiatnya dalam menambah imunitas dan mengurangi gejala-gejala yang ditimbulkan Covid-19 seperti radang tenggorokan, demam, flu, batuk. (sal/*)

Komentar Anda