Diversifikasi Sorgum Menjadi Pangan Alternatif Masa Depan

Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2017 Tingkat Provinsi Nur Rahmi Yanti, berhasil mengolah sorgum menjadi berbagai produk pangan olahan dan diekspor ke sejumlah negara.

MATARAM – Nur Rahma Yanti, salah seorang pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) asal Kota Mataram, sukses membawa produk olahan sorgum NTB menyasar pasar ekspor ke sejumlah negara di dunia. Yanti yang sehari-hari menjadi penyuluh pertanian dan memiliki usaha bakery itu, kini sukses menjadikan produk olahan sorgum dan membawa NTB di kancah pasar ekspor internasional.

Produk olahan sorgum Yanti, mulai berkembang pesat setelah mendapat sentuhan dan binaan dari Astra Internasional, melalui program Satu Indonesia Award. Ketika itu, Yanti mengikuti seleksi program Satu Indonesia Award pada tahun 2017 dan berhasil meraih juara I. Dari sana, Yanti mendapatkan berkah, karena pada tahun 2018, ia menandatangani kontrak bersama Satu Indonesia Award untuk bermitra.

“Dukungan dari Astra berupa pendanaan dan pendampingan petani, seperti penyediaan benih,” ungkap Yanti.

Di Indonesia daerah penghasil sorgum tertinggi, salah satunya adalah Provinsi NTB. Namun tanaman ini belum dilirik oleh masyarakat, karena kurangnya pengetahuan. Kini sorgum semakin dikenal oleh masyarakat dan telah dimanfaatkan oleh UMKM sebagai mata pencaharian dari olahan produk berbahan dasar sorgum.

Yanti memanfaatkan tanaman sorghum untuk membantu pemberdayaan, dan kelancaran usaha masyarakat petani di desa-desa. Yanti menuturkan, bahwa awalnya fokus di Lombok Tengah dengan 2 desa. Kemudian berkembang dari 10 are menjadi 10 hektare lahan tanaman sorghum. Ketika itu, awal merintis usaha sorgum di Lombok Tengah, produk yang dihasilkan hanyalah biji produk dalam bentuk beras yang dikemas sederhana. Seiring waktu, usaha sorgum dan para petani di Lombok Tengah terus berkembang dari tahun ke tahun, hingga membuat produk olahan yang kini sudah mencapai 20 lebih produk berbahan baku sorgum.

Dengan pengembangan bisnisnya, Yanti telah membina 1.000 orang petani sorgum yang tersebar di empat kabupaten/kota di NTB, yaitu Kabupaten Bima, Kota Mataram, Kabupaten Lombok Tengah, Lombok Utara dengan produk-produk yang lebih variatif dan bernilai ekonomis. Seperti gula cair batang sorgum, kue kering yang terbuat dari sorgum, mie instan sorgum, susu sorgum, keju vegan sorgum, tempe, hingga madu yang terbuat dari batang sorgum.

Sejak dirangkul oleh Yanti, pendapatan para petani sorgum pun mengalami peningkatan. Saat ini pendapatan para petani yang dibina rata-rata sebesar Rp1,5 juta per orang, naik dari sebelumnya yang hanya sekitar Rp500 ribu per bulan. Atas upayanya tersebut, tahun 2017 Yanti mendapatkan kesempatan meraih apresiasi SATU Indonesia Awards 2017 Tingkat Provinsi dari Astra. Tidak sampai disitu, kolaborasi dilakukan dengan Astra dalam membangun Desa Sejahtera Astra (DSA) Sorghum Lombok sejak tahun 2018.

Melalui program DSA, wanita kelahiran NTB ini memulai dengan dua desa yang ada di Kabupaten Lombok Tengah dan terus memperluas DSA Sorgum Lombok sampai sekarang sudah total sebanyak 22 desa dengan garapan lahan sorgum bersama petani kurang lebih 500 Hektare.

Baca Juga :  Pangan Lokal Bisa Selamatkan Indonesia dari Ketergantungan Impor

Berbagai penghargaan telah didapat oleh DSA Sorghum Lombok, seperti KBA & DSA Innovation dan berbagai penghargaan lainnya. Saat ini produk turunan sorgum yang sudah dikembangkan DSA Sorgum Lombok memiliki 20 varian dan sudah merambah ke beberapa provinsi yang ada di Indonesia dan dipasarkan secara internasional ke Singapura, Malaysia, China, Timor Leste, Turki, Dubai hingga Belanda.

Prof H Muhammad Suwardji, selaku ahli dari Fakultas Pertanian Universitas Mataram (Unram) yang melakukan pendampingan kepada petani sorgum binaan Astra Internasional, menyebut sorgum memiliki keunggulan yang luar biasa. Tanaman sorghum merupakan produk pangan yang bebas gluten dan makanan sehat (food). Limbahnya juga bisa dimanfaatkan sebagai penghasil pakan ternak (feed), dan perasan batangnya dapat dibuat menjadi bioethanol (energy).

Menurut Prof Suwardji, potensi tanaman sorghum di lahan yang ada di Provinsi NTB sangat luar biasa. Terlebih lagi, NTB memiliki lahan kering yang sangat luas untuk pemberdayaan tanaman sorgum, yang bisa diolah menjadi berbagai produk pangan olahan memiliki kandungan gizi tinggi, serta peluang pasar ekspor yang bagus.

“Masyarakat tani di lahan kering dapat mengembangkan sorgum yang secara ekonomi sangat baik dapat dibandingkan dengan jagung. Tinggal tataniaga sorgum perlu dibenahi, sehinnga masyarakat dapat memperoleh keuntungan yang sepadan dari budidaya sorgum,” terang Prof Suardji.

Prof Suwardji bersama tim dosen Fakultas Pertanian Unram melakukan riset potensi pengembangan tanaman sorgum sejak tahun 2011, mulai dari aspek hulu hilir pengembangan sorgum di NTB. Di mana, hasilnya tanaman sorgum memiliki potensi luar biasa untuk dikembangkan di NTB. Potensi tanaman sorgum di lahan kering butuh air 442 mm. Untuk produksi sorgum per hektare dikisaran 3-6 ton, produksi nira dapat sampai 20.000 liter dan produksi bagas dari batang dan daun sorgum bisa mencapai 40 ton.

Artinya, tanaman sorgum itu, mulai dari buah, batang, nira sampai daunnya memiliki manfaat untuk dikembangkan. Seperti berasnya (biji) bisa untuk makanan pengganti beras, menjadi produk pangan olahan. Batang tanaman sorgum bisa diolah menjadi bioethanol dan daun dan limbah lainnya dari sorghum bisa diolah menjadi pakan ternak.

Karena melihat potensi yang begitu besar dan peluang pasar ekspor, budidaya bibit sorgum kini mulai diperhatikan oleh banyak lembaga, seperti Kementerian Pertanian, Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), Kemendikbudristekdikti, Kementerian PUPR melalui Balai Wilayah Sungai (BWS), dan juga Pertamina. Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2023 menanam 350 hektare, Kabupaten Lombok Tengah 30 hektare, Kabupaten Lombok Utara menanam 10 hektare di Akar-Akar Kecamatan Bayan. Begitu juga di Kabupaten Bima, Sumbawa dan Sumbawa Barat, tanaman sorghum akan semakin banyak, karena peluang pasar yang semakin terbuka, temasuk pasar ekspor.

“Sorgumi ini bagus untuk dikembangkan. Karena semua yang ada pada sorgum, mulai dari biji, daun pohon itu bisa diolah menjadi produk bernilai ekonomi tinggi,” ungkap Prof Suwardji.

Baca Juga :  Kementan: Pemerintah Dukung Sarana Pengairan untuk Perluasan Budidaya Sorgum

Ia juga memberikan apresiasi kepada Astra International yang telah menginisiasi pengembangan budidaya tanaman sorgum di Provinsi NTB. Bahkan kini, produk olahan sorgum, baik itu dalam bentuk tepung dan juga produk pangan olahan berbagai jenis lainnya sudah merambah pasar ekspor melalui UMKM mitra.

“NTB ke depannya bisa menjadi sentra tanaman sorgum yang memasok kebutuhan pasar ekspor nasional,” harapnya.

Suwardji menjelaskan, sorgum adalah suatu komoditas yang luar biasa, karena zero waste. Di mana hampir semua bagiannya, baik daun, batang buah dan malaynya bisa dimanfaatkan. Sorgum juga merupakan tanaman toleran terhadap kekeringan dan tidak memerlukan banyak air selama pertumbuhannya. Sorgum bahkan dilakukan pemanenan berulang kali 3-5 kali dalam satu kali periode tanam, sehingga menjadi hal yang luar biasa untuk dikembangkan di tengah ancaman krisis pangan global, seperti sekarang yang melanda dunia, terlebih masih adanya perang Rusia – Ukraina. Selain sebagai program untuk menunjang ketahanan pangan nasional sorgum juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan diharapkan pengembangan sorgum dapat meningkatkan produktivitas lahan, diversifikasi pangan dan meningkatkan ekonomi petani, sehingga pertanian NTB dan Indonesia pada umumnya bisa maju, mandiri, modern.

Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi NTB Lalu Mirza Amir Hamzah mengatakan tanaman sorgum di Provinsi NTB terus dikembangkan bersama pemerintah kabupaten/kota di NTB. Sorgum di NTB sudah dibudidayakan sejak dahulu, namun tempat stagnan. Dan mulai dikembangkan secara serius pada tahun 2022, dengan luas tanam 24 hektare, yang dibudidayakan di Kota Bima. Selanjutnya, pada tahun 2021 angka tanam meningkat menjadi 173 hektare, dan 2023 semakin meningkat luas tanam mencapai 276 hektare yang dikembangkan di empat kabupaten, yaitu Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara dan Sumbawa Barat.

“Awalnya tanaman sorgum pada tahun 2022 itu seluas 24 hektare dengan produksi mencapai 95,02 ton. Jumlah it uterus bertambah setiap tahunnya, karena petani merasakan nilai ekonominya,” kata Lalu Mirza.

Lalu Mirza mengaku jika petani di NTB sudah merasakan dampak positif budidaya tanaman sorgum. Karena itu, petani yang tertarik budidaya tanaman sorgum semakin banyak. Di mana setiap tahunnya, luas areal tanam sorgum terus meningkat. Pada tahun 2023 ini, di NTB budidaya sorgum dikembangkan seluas 404 hektare dengan rincian, Lombok Tengah 47 hektare dengan proyeksi produksi sekitar 310, 2 ton dan Lombok Timur sekitar 357 hektare. Adapun potensi pengembangan sorgum di NTB yang sudah dibahas bersama kabupaten/kota seluas 2.870 hektare.

“Potensi pengembangan budidaya sorgum ini di NTB sangat besar. Makanya setiap tahun luas tanam sorgum ini terus bertambah. Karena pasarnya semakin terbuka, baik itu untuk dalam negeri maupun pasar ekspor,” terangnya. (luk)

Komentar Anda