Ditelepon Hendak Pulang, Bilang Terakhir Kali ke Malaysia

ISTRI KORBAN: Maesarah, Istri Baharuddin, TKI Lotim yang menjadi korban tewas peristiwa kapal karam di perairan Batam (GAZALIE/RADAR LOMBOK)

Peristiwa naas kembali menimpa Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dari Lotim. Dari 101  TKI yang menjadi korban kapal karam di perairan Batam, terdapat sejumlah TKI Lotim yang tewas dalam kejadian itu. Salah satunya Baharuddin, warga Desa Moyot, Kecamatan Sakra, Lotim.

 

 


M. GAZALI – LOTIM


 

KINI Maesarah, harus menanggung beban hidup keluarga kecilnya. Dia merupakan istri Baharuddin, 50 tahun, salah satu TKI Lotim yang menjadi korban kapal karam di perairan Batam, Rabu lalu. Kejadian ini tentu menjadi pukulan telak bagi keluarga dekatnya. Terutama istri dan buah hatinya.

Ketika mendatangi rumahnya di RT 1 Moyot, suasana duka telihat menyelimuti keluarga dekat Baharuddin. Dari raut wajah sanga istri, terlihat jelas betapa pedihnya ditinggalkan suami tercinta. Niat ingin melepas rindu  setelah sekitar dua tahun lebih ditinggal merantau sang suami, kini malah berujung duka cita.

Sambil memangku buah hatinya, Maesarah pun berusaha tegar. Dengan nada lirih, dibarengi tetesan air mata, ia menceritakan perjalanan sang suami pergi merantau ke Malaysia.

Dikatakan, Baharuddin pergi ke Malaysia sekitar tahun 2014 lalu. Saat itu ia pergi menggunakan jalur illegal alias pelancong. Selama kurang lebih dua tahun di sana, suaminya bekerja di kebun sawit di wilayah Johor Baru, Malaysia.

Selama disana, ia pun tetap rutin menjalin komunikasi dengan suaminya melalui telpon . Setiap bulan, ia tetap dikirimkan uang pesangon untuk menghidupi satu orang anaknya. Bahkan hasil jerih payah selama bekerja di Malaysia, sang suami   bisa membangunkan rumah, meski masih setengah permanen. “Perbulan dikirimkan 1 juta hingga 2 juta rupiah untuk belanja,” tuturnya.

Selama di Malaysia, suaminya tidak pernah mengeluh ataupun ada masalah. Karena sudah rindu dengan keluarga, bulan ini suaminya memutuskan  untuk pulang. Komunikasi terakhir ketika memberitau hendak pulang dalam waktu dekat ini. Bahkan Baharuddin sempat mengatakan, ini adalah terkahir kalinya dia pergi ke Malaysia. “Mungkin itu pertanda. Sebelumnya saya tidak pernah ada firasat apapun,” lanjut Maesarah.

Setelah itu tidak ada komunikasi lagi dengan Baharuddin. Beberapa hari kemudian ia mendengar kabar duka dari televisi yang memberitakan adanya kapal karam yang mengangkut TKI dari Malaysia. Dari sana Maesarah timbul perasaan khawatir, kemungkinan suaminya ikut menjadi korban kapal karam tersebut.

Ternyata kekhawatirannya itu menjadi kenyataan. Apalagi ketika ketika dia melihat pemberitaan proses evakuasi para korban di televisi. Saat proses evakuasi, dari sekian korban yang tewas, satu diantaranya adalah suaminya.

Dia mengenal betul wajah suaminya saat di bopong tim evakuasi, meski hanya melihat dari televisi. Bahkan mayat suaminya yang pertama kali ditemukan tim evakuasi dari sekian korban tewas yang ditemukan saat itu. “Wajahnya  saya kenal, nomor kantong jenazahnya 001,” sebutnya.

Sementara dinas terkait di Lotim sejauh ini belum satu pun ada  yang datang untuk memberitau secara resmi ikhwal kematian suaminya ini. Malah dirinya lebih dulu dihubungi langsung tim evakuasi dari Batam. Ia diminta untuk mengirimkan data DNA, rambutnya, dan anaknya, serta foto Baharuddin, untuk dicocokkan dengan jenazah korban. “Kalau foto sudah saya kirim melalui Medsos,” ungkapnya.

Kini dia berharap, jenazah suaminya segera bisa dipulangkan. Meski dalam kondisi tidak bernyawa, ia menginginkan agar bisa melihat jenazah suaminya untuk yang terakhir kalinya. “Harapan saya bisa segera dipulangkan, dan dimakamkan di kampung halaman,” harapnya. (*)

Komentar Anda