Disperin NTB Dorong Kerajinan Ketak Desa Batu Mekar Naik Kelas

KERAJINAN KETAK
KUNJUNGI : Kepala Dinas Perindustrian NTB Nuryanti saat mengunjungi pasangan suami - istri perajin anyaman ketak Bina Usaha di Dusun Gubuk Baru Desa Batu Mekar, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat Selasa (12/1).

GIRI MENANG – Dinas Perindustrian Provinsi NTB menunjukkan keseriusannya dalam memajukan industri kerajinan di NTB dengan cara turun langsung melakukan pendataan kepada perajin yang memiliki produk potensial menembus pasar ekspor. Seperti mendatangi salah satu perajin anyaman ketak Bina Usaha di Dusun Gubuk Baru Desa Batu Mekar, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat Selasa (12/1).

Perajin anyaman ketak milik pasangan suami istri Sukamar dan Murenah di Dusun Gubuk Baru Desa Batu Mekar, Lingsar ini memulai usaha kerajinan anyaman ketak pada tahun 1990-an. Ketika itu, pasangan Sukamar dan Murenah, selain langsung sebagai perajin juga menjadi pengepul untuk berbagai jenis kerajinan anyaman ketak untuk kemudian dipasok ke salah satu eksportir yang berasal dari Bali.

Usaha kerajinan anyaman ketak ketika itu cukup buming dan menguntungkan bagi pasangan suami istri yang tidak lulus Sekolah Dasar (SD) tersebut.  Hanya saja, pasca Bom Bali I tahun 2002, usaha produksi dan ekspor kerajinan anyaman ketak mulai anjlok total. Usaha kerajinan anyaman ketak mulai bangkit tiga tahun belakangan ini untuk pasar ekspor yang dipasok melalui pengusaha asal Bali.  

Baca Juga :  Industrialisasi, dari NTB untuk Indonesia

Sukamar, mengaku jika usaha kerajinan anyaman ketak yang dibangun bersama istrinya itu melibatkan sedikitnya 200 perajin asal beberapa desa di Lingsar. Kerajinan anyaman ketak yang diproduksi oleh para perajin juga tergantung dari pesanan pembeli yang akan di ekspor ke sejumlah negara.

“Alhamdulillah, tiga tahun belakangan ini permintaan untuk kerajinan anyaman ketak untuk di ekspor mulai meningkat. Omet per bulan juga bisa diangka Rp 30 jutaan,” tutur Sukamar.

Murenah menambahkan, usaha kerajinan anyaman ketak yang digelutinya sejak puluhan tahun silam itu kini telah melibatkan sedikitnya 200 perajin yang tersebar di beberapa desa yang ada di wilayah Kecamatan Lingsar. Berbagai hasil kerajinan anyaman ketak didapatkan kemudian dipasok ke salah seorang eksportir asal Bali. Bahkan, awal tahun 2021 ini, dirinya mendapatkan pesanan kerajinan anyaman ketak untuk  di ekspor senilai Rp 125 juta. Untuk memenuhi permintaan tersebut, pihaknya membutuhkan waktu sekitar empat bulan untuk dikirim kepada eksportir asal Bali.

“Permintaan kerajinan anyaman ketak mulai banyak sekarang ini, termasuk untuk memenuhi pesanan untuk ekspor ke beberapa negara,” ungkapnya.

Baca Juga :  Industrialisasi, dari NTB untuk Indonesia

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian Provinsi NTB, Nuryanti menyebut usaha kerajinan anyaman ketak yang sudah lama dirintis pasangan suami istri Sukmar dan Murenah sudah semestinya naik kelas. Karena itu, pihaknya akan memberikan pendampingan, terutama mendorong peningkatan kapasitas, memperhatikan quality control dan tak kalah pentingnya adalah bisa menghadirkan produk yang memiliki ciri khas tersendiri dan tidak dimiliki perajin ketak lainnya.

“Kami nantinya akan memberikan intervensi peningkatan kapasitas SDM, permesinan dan lainnya, sehingga bisa naik kelas menjadi eksportir mandiri,” ujarnya.

Selain itu, Yanti juga meminta kepada perajin anyaman ketak pasangan suami – istri ini untuk memperhatikan quality control dari bahan baku produk yang mereka hasilkan, dengan cara mematikan bahan baku yang digunakan bisa dikendalikan tidak diperjualbelikan dalam bentuk bahan baku, tetapi dalam bentuk produk yang sudah jadi.

“Kita ingin perajin anyaman ketak ini tidak lagi memasok bahan baku mentah saja, tapi sudah dalam bentuk produk kerajinan,” harapnya. (luk)

Komentar Anda