Disdag NTB Dorong Ada Pelabuhan Ekspor

pelabuhan-ekspor
PELBUHAN : Potret progress pembangunan Pelabuhan Gili Mas yang dibangun oleh PT Pelindo III di Lembar, Lombok Barat untuk dijadikan pelabuhan ekspor dan bersandarnya kapal pesiar. (PT PELINDO III FOR RADAR LOMBOK)

MATARAM – Untuk mengembalikan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat yang sempat lesu pascagempa bumi Agustus 2018 lalu, Dinas Perdagangan (Disdag) NTB mendorong adanya pelabuhan ekspor. Pasalnya, selama ini pengusaha yang ekspor harus melalui Bali dan Pulau Jawa.

“Dengan adanya pelabuhan khusus ekspor, otomatis ekonomi NTB secara perlahan akan pulih,” kata Kepala Disdag Hj Putu Selly Andayani, Jumat kemarin (28/6).

Menurutnya, pulihnya ekonomi NTB bisa terlihat dari aktivitas ekspor yang ada. Dimana, proses pengiriman berbagai macam produk dipastikan akan cepat, sehingga, proses pengiriman yang sebelumnya memakan waktu panjang, bisa dipangkas dalam waktu singkat.

BACA JUGA: Rute Darwin-Lombok Diharapkan Terwujud

“Untuk saat ini, kita sangat membutuhkan fasilitas itu untuk mendorong ekspor NTB meningkat selain dari tambang,” katanya.

Keberadan pelabuhan ekspor ini, lanjut Selly, selain untuk membutuhkan sebuah wadah guna menampung ribuan produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) khas NTB, sembari menunggu pelabuhan Gili Mas yang digadang-gadang akan digunakan sebagai pelabuhan khusus ekspor.

“Insyaallah, jika ada trading house, ekonomi NTB bisa bisa pulih secara perlahan,” ujarnya.

Meski trading house dinilai cukup membantu pertumbuhan ekonomi NTB kedepan, keberadaan pelabuhan khusus ekspor memiliki peran besar dalam menumbuhkan ekonomi NTB.  Untuk itu, kata Selly, pemerintah pusat harus bantu NTB, jangan hanya daerah di barat saja yang dibantu.

Dikatakannya, pemerintah pusat harus bergerak memberi dorongan, khususnya dalam pengembangan ekonomi di NTB saat ini, terlebih pascagempa bumi 2018 lalu cukup terpuruk, bahkan pertumbuhan ekonomi NTB tercatat minus.

BACA JUGA: Harga Jual Ayam Masih Stabil

“Kita memang tidak bisa berharap terus dengan tambang dan harus beralih ke non tambang. Tapi posisi kita saat ini, fasilitasnya tidak ada,” bebernya.

Sementara itu, untuk mendorong ekonomi NTB pascagempa 2018 lalu harus mengurangi ketergantungan pada sektor tambang. Sebab, harga komoditas tambang tidak akan pernah stabil dan terkesan fluktuatif, serta tidak terbarukan, sehingga suatu saat akan habis. Maka dari itu, harus mempercepat akselerasi di sektor pariwisata, pertanian, perikanan dan manufaktur.

“Selain sektor pariwisata yang harus di genjot, sektor pendukung lainnya juga dapat menjadi alternatif mendorong ekonomi NTB kedepannya,” katanya. (cr-dev)

Komentar Anda