Dipasok Keluar Daerah, Harga Garam Loteng Melejit

Dipasok Keluar Daerah, Harga Garam Loteng Melejit
Kamrin (M HAERUDDIN/RADAR LOMBOK)

PRAYA-Kenaikan harga garam nasional masih terus terjadi. Tak terkecuali di Kabupaten Lombok Tengah. Harganya terus melejit dan sudah tembus Rp 50 ribu per kilogram.

Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Kelautan dan Perikananan Lombok Tengah, Kamrin, faktor cuaca yang tidak mendukung belakangan ini menjadikan produksi garam berkurang. Ditambah lagi dengan stok yang dipasok ke luar daerah, sehingga membuat ketersediaan semakin menipis. ‘’Sebenarnya untuk bulan Juli saja, ada sekitar 146 ton ketersediaan garam kita di Lombok Tengah. Tapi karena dipasok keluar, jadi persediaan kita menipis. Dan, ini yang membuat harga terus melambung,’’ jelas Kamrin, kemarin (1/8).

Tutur Kamrin, saat ini banyak pembeli asal luar daerah yang sudah langsung menunggu di lokasi produksi. Sehingga garam hasil produksi lokal tak bisa beredar di daerah, melainkan di daerah luar. Hal ini tidak bisa dibendung karena harga yang ditawarkan oleh pembeli asal luar daerah juga lebih mahal jika dibandingkan dengan para pembeli lokal. “Kalau sekarang sulit kita menemukan garam yang menumpuk karena selain faktor cuaca yang tidak mendukung seperti mendung dan sering turun hujan, sehingga garam sulit jadi. Namun di satu sisi karena banyaknya masyarakat luar yang membeli sehingga kebutuhan akan garam di Lombok Tengah sendiri tidak bisa terpenuhi,” ulasnya.

Baca Juga :  Pemprov NTB Dinilai Lalai Atasi Kelangkaan Minyak Goreng

Disampaikan, saat ini harga garam di pasaran jauh dari harga semestinya. Yakni, jika sebelumnya harga garam Rp 5 ribu per kilogram dan Rp 250 ribu per karung. Namun, saat ini harga pasaran per kilogram mencapai Rp 50 ribu. Dan, lonjakan harga ini akan terus mengalami kenaikan jika cuaca tetap tidak menentu dan garam tetap dibawa keluar daerah. ”Sampai kapan pun jika kita tetap melakukan penjualan ke luar daerah, maka kebutuhan tidak bisa terpenuhi,” lanjutnya.

Baca Juga :  Eks Bangunan RSUD Lombok Utara Dirobohkan

Kamrin melanjutkan, pihaknya memberikan pengolahan garam dengan cara geoisulator. Yakni, pengolahan dengan cara singkat. Pihaknya memberikan kepada 157 orang petani dengan luas lahan 55 hektare yang tersebar di tiga desa. ‘’Cara ini mempu memproduksi garam dalam cuaca tidak menentu seperti sekarang ini. Dan kondisi stabilnya diperkirakan bulan September,’’ pungkasnya. (cr-met)

Komentar Anda