Dinkes NTB Bantah Kebocoran APD Penyebab Nakes Tertular Covid-19

dr Nurhandini Eka Dewi
dr Nurhandini Eka Dewi

MATARAM – Beredarnya kabar yang menuding sejumlah rumah sakit di NTB menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan tenaga kesehatan (Nakes) buatan UKM lokal yang tidak memenuhi standar nasional mengakibatkan banyak Nakes yang terpapar Covid-19 akhir-akhir.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi NTB, dr Nurhandini Eka Dewi membantah jika para Nakes menggunakan APD hasil buatan UKM lokal yang digunakan saat bertugas menangani pasien yang terpapar Covid-19 di rumah sakit.

“Salah, APD produk UKM itu belum kita pakai, karena yang dari BNPB dan Kemenkes masih banyak,” bantah dr Nurhandini Eka Dewi kepada radarlombok.co.id , Jumat (29/5).

Terkait dengan ada informasi yang mengait ngaitkan terjangkitnya tenaga medis di NTB karena kualitas APD buatan UKM lokal, tegasnya itu sama sekali tidak benar. Sebab buatan UKM pun, telah di screening dan di seleksi agar memenuhi standar karantina kesehatan.

“Jadi APD yang digunakan Nakes kita sudah memenuhi standar nasional. Setidaknya ketika mereka melayani pasien minimal pakai APD level 2 dan 3,” jelasnya.

Kadis Kesehatan dr Eka menyebutkan, jumlah Nakes yang terpapar Covid-19 di NTB yang tersebar di enam rumah sakit dan satu puskesmas di NTB sebanyak 67 orang, tiga diantaranya sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19. Mereka ini terdiri dari dokter delapan orang, perawat 54 orang, apoteker tiga orang, tenaga gizi dan radiologi masing-masing satu orang. Sementara jika dilihat dari jenis kelamin terbanyak tenaga medis perempuan dengan jumlah 38 orang dan laki-laki 29 orang.

“Kenapa lebih banyak terkena perempuan, karena memang perawat kami lebih banyak perempuan daripada laki-laki,” katanya.

Ditegaskan dr Eka, para Nakes yang sudah dinyatakan positif COVID-19, karena kontak langsung dengan pasien positif serta kontak sesama Nakes.

“Meski sudah sudah memakai alat pelindung diri (APD) dengan level II dan III masih saja tembus. Apalagi masyarakat yang tidak menggunakan APD atau tidak menerapkan protokol COVID-19,” katanya.

Ditambahkan, Direktur RSUD Provinsi NTB dr HL Hamzi Fikri juga menyampaikan hal yang sama terkait dengan APD yang digunakan para tenaga kesahatan RSUD Provinsi NTB sudah sesuai standar.

“Penggunaan APD oleh Petugas rumah sakit berdasarkan standar APD – WHO serta standar yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI,” tambahnya.

Selain itu juga, lanjutnya, sudah dilakukan evaluasi kesesuaian APD yang diterima di RS, dengan lakukan verifikasi oleh TIM PPI dan K3RS termasuk monitoring di lapangan TIM PPI. Di lapangan juga tetap melakukan monitoring dan evaluasi cara pemakaian dan pelepasan APD setelah digunakan terhadap semua petugas Isolasi .

“Baik isolasi IGD maupun rawat inap,” terangnya.

Ia juga mengatakan, untuk menekan angka penularan Covid-19 di RSUD Provinsi NTB, tentu akan melakukan berbagi upaya sehingga tidak ada lagi tenaga kesehatan yang tertular. Tentunya ada penyesuaian dan pengaturan pelayanan dan SDM. Kemudian, SDM yang terpapar di tracing kontak, yang terkonfirmasi positif di istirahatkan, yang negatif tetap bekerja seperti biasa.

“Prinsipnya pelayanan tetap berjalan dengan memaksimalkan resource yang kami miliki, perkuat pengawasan terhadap SOP dan Protokol Covid- 19,” katanya.

Sementara, Ketua DPD PPNI Kota Mataram H Zuhad yang dikonfirmasi terkait dengan banyaknya tenaga kesehatan yang positif Covid-19, mengaku merasa ikut prihatin atas apa yang menimpa para tenaga kesahatan di NTB, terutama mereka yang bertugas di rumah sakit ikut tertular Covid-19.

“Kita merasa prihatin dengan hal ini. Merasa sedihlah melihat teman-teman yang terkonfirmasi positif,” ucapnya.

Ia juga sangat menyadari disatu sisi memang ini sebuah resiko pekerjaan bagi tenaga kesehatan yang menangani pasien Covid-19. Terkait masalah APD, katanya, para tenaga kesehatan sudah menggunakan dengan lengkap sesuai ketentuan yang ada.

“Saya yakin kalau mereka bekerja dengan APD yang lengkap dengan menggunakan level III,” ungkapnya.

Mengenai adanya indikasi kebocoran APD yang menyebabkan tertularnya Nakes, katanya tidak bisa disimpulkan begitu, karena penularan tidak sajak melalui APD disatu sisi Nakes juga bergaul di tengah-tengah masyarakat.

“Jadi ngk bisa kita simpulkan karena APD, sabab kita tidak tahu tenaga kesehatan kita ini tertular dimana. Apalagi saat ini transmisi lokal yang banyak menularkan virus, tidak lagi per klaster,” jelasnya.

Maka dari itu, ia mengimbau kepada Nakes agar tetap semangat untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dengan mematuhi SOP yang sudah ada.

“Ya kita tetap himbau agar selalu berhati-hati dan tetap waspada,” tutupnya. (sal)

Komentar Anda