Di Balik Ketenaran Wisata Denda Seruni Mumbul Pringgabaya

MULAI MENGGELIAT : Objek wisata Denda Seruni Mumbul Kecamatan Pringgabaya mulai ramai pengunjung setelah sepi akibat pandemi Covid-19. (M GAZALI/RADAR LOMBOK)

Desa Seruni Mumbul Kecamatan Pringgabaya Lombok Timur makin dikenal luas berkat wisata Denda Seruni Mumbul yang telah dibangun sejak beberapa tahun lalu. Wisata ini pun tak mampu mengharumkan desa tersebut di kancah nasional. Bahkan beberapa penghargaan tingkat nasional juga telah ditoreh.
———————————————————————————————

SEJAK awal dibangun, Wisata Denda Seruni Mumbul langsung naik daun. Tempat ini menjadi salah satu objek wisata favorit yang tak pernah pernah sepi pengunjung. Kolaborasi pemerintah desa, pelaku wisata dan Pokdarwis desa setempat menjadi kunci utama sehingga tempat wisata ini diperbincangkan sampai ke tingkat nasional.
Wisata Denda Seruni Mumbul dibangun di atas rawa-rawa dengan luas sekitar 1 hektare lebih. Yang paling menarik, wisata ini juga terkenal dengan ikon menara eiffel terbuat dari kayu dan bambu yang berdiri kokoh.

Keberadaan wisata ini menjadi berkah tersendiri. Tidak hanya mengangkat nama desa namun juga menyiapkan lapangan kerja bagi masyarakat setempat. Dan wisata ini juga menjadi sumber PAD bagi desa. “Setelah kita bangun pengelolaanya langsung kita serahkan ke BUMDes,” kata Kepala Desa Seruni Mumbul, Tajuddin.

Baca Juga :  Gerabah Masih Bertahan Ditengah Himpitan Modernisasi

Sejak awal dibangun, lanjut dia, kunjungan wisatawa ke tempat itu terang dia sangat banyak. Terutama di hari libur seperti Sabtu dan Minggu. Dalam sehari penghasilan yang didapatkan dari karcis masuk bisa mencapai Rp 3 sampai 4 juta. Kalau hari biasa mendapatkan penghasilan Rp 1 juta. Dan dalam sebulan rata-rata penghasilan yang diraup mencapai Rp 25 juta lebih. “Dan ini menjadi salah satu sumber pendapatan asli desa (PADes),” lanjut dia.

Namun sejak terjadi pandemi Covid-19, sambungnya, sangat berdampak terhadap tingkat kunjungan. Bahkan sepi sama sekali ketika awal-awal terjadi pandemi. Terlebih dengan adanya kebijakan pemerintah saat itu menutup tempat wisata. Namun sekarang meski masih terjadi pandemi, perlahan kunjungan wisatawan sudah mulai ada meski tidak sebanyak sebelum pandemi. “Selama pandemi ini sehari paling kita dapat Rp 1 sampai 2 juta. Sebulan rata-rata PADes kita dapat sekitar Rp 10 juta,” ujarnya.

Baca Juga :  Suka dan Duka Guru di Pulau Maringkik, Mengajar di Tengah Ancaman Cuaca Buruk

Pendapatan dari wisata ini, terang dia, sebagiannya di sisihkan untuk kegiatan sosial di masyarakat. Seperti menyantuni anak yatim piatu, orang jompo dan miskin, termasuk disisihkan untuk membeli kain kafan ketika ada warga yang meninggal dunia. “Alhamdulillah, pendapatan kita tetap kita alokasikan untuk masyarakat. Keberadaanya mampu membangkitkan ekonomi masyarakat,” terangnya.

Wisata ini tentunya akan menjadi aset yang berharga bagi desa dan masyarakat setempat. Dan wisata telah mampu membawa Desa Seruni Mumbul menjadi salah satu desa wisata Lotim yang diperhitungkan di tingkat nasional. Bahkan desa wisata ini juga salah satu yang mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat. “Dulu siapa yang tahu Seruni Mumbul yang merupakan desa pemekaran. Tapi dengan adanya wisata ini kita bukan hanya dikenal di tingkat kabupaten, provinsi tapi juga pemerintah pusat,” tandasnya. (Gazali)

Komentar Anda