MATARAM – Wakil Ketua Komisi IV DPRD NTB, H Suharto menyoroti persiapan pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Nasional XXVI.
Provinsi NTB sebagai tuan rumah seharusnya sudah menuntaskan berbagai persiapan sejak jauh-jauh hari.Lambatnya progres pengerjaan proyek pembangunan venue utama MTQ menjadi sorotan utama. Hal ini tentunya jauh dari harapan dan keinginan menajdi tuan rumah terbaik. “Persiapannya sangat memalukan, lihat saja sendiri lokasi utama Islamic Center. Ini waktu sebentar lagi tapi tidak ada tanda-tanda, orang masih bekerja disana,” katanya Rabu kemarin (13/7).
Suharto juga pesimistis jika pihak pelaksana dan event organizer (EO) akan mampu menghasilkan pekerjaan yang bisa sesuai target kesempurnaan. Sebab, dengan durasi kerja yang efektif hanya sekitar 15 hari, maka kualitas pekerjaanya akan sulit bisa dipertanggungjawabkan. “Sampai sekarang, saya pantau pekerjaan fisiknya hanya dibawah 50 persen. Sekali lagi, dengan jangka waktu 15 hari, ketika pekerjaan dikebut, maka kualitasnya pasti tidak akan sempurna sesuai perencaan yang telah ditetapkan," ujarnya.
Ia mendukung langkah Gubernur yang telah mewanti-wanti pihak pelaksana dan EO MTQ tersebut untuk mempercepat tanggung jawab pelaksanaan pekerjaanya. Selanjutnya, mereka juga diwajibkan melaporkan langsung secara tertulis progres pengerjaanya setiap tiga hari sekali.
Menurut Suharto, langkah Gubernur itu layak diatensi. Mengingat, ditunjuknya NTB sebagai tuan rumah perhelatan event nasional yakni, MTQ tersebut melalui proses dan penilian panjang. Dimana, pelaksanaanya pun sudah terjadwal dengan baik. “Sekali lagi, mau tidak mau. Pihak panitia, khususnya rekanan yang dipercayakan untuk melaksanakan pengerjaan fisik harus bisa menuntaskan, jangan sampai mempermalukan nama daerah. Sukses atau tidaknya MTQ ini akan menjadi pertaruhan NTB di pentas nasional,” ucapnya.
Sampai saat ini, kata Suharto, faktor pendukung MTQ mulai baliho hingga spanduk, justru belum ada tanda-tanda kesiapan. Ini diperparah, dengan progres pembangunan proyek fisiknya. Bahkan, ia mencontohkan, di salah satu venue MTQ yakni, Ponpes Al Aziziyah Kapek, Gunungsari. Hingga kini, belum terlihat satupun atribut pendukung MTQ terpasang di ponpes tersebut. “Saat puasa lalu, saya berkunjung kesana (Ponpes Al Aziziyah) tapi, tanda atau venue terpasang berupa perbaikan lokasi sama sekali belum ada. Kecuali, hanya pamflet. Itupun hanya bisa dilihat pada malam hari. Jadi, wajar jika Pak Gubernur marah atas progres kesiapan MTQ kali ini," ujar politisi Partai Hanura tersebut.
Meskipun begitu, Suharto masih bisa optimis asalkan pihak pelaksana maupun EO yang ditunjuk selaku pemenang MTQ kali ini, melaksanakan pekerjaanya tanpa henti. Mereka harus mengejar target siang dan malam. “Pelaksananya harus berani lembur siang dan malam. Itupun pekerjanya harus ditambah jumlah personilnya. Jika tidak, saya tetap pesimis akan bisa tuntas sesuai target yang ditetapkan,” tandas Suharto. (zwr)