MATARAM–Pemerintah Indonesia menanggapi serius kejadian yang menimpa JDSP (27) atau Juliana, wisatawan asal Brasil yang dilaporkan jatuh ke jurang Danau Segara Anak di Gunung Rinjani.
Selain mengerahkan tim SAR gabungan dalam proses pencarian dan evakuasi, pihak pengelola resmi menutup sementara jalur pendakian dari Pelawangan Sembalun menuju Puncak Rinjani per 24 Juni 2025.
Langkah ini diambil guna mempercepat proses evakuasi dan menjamin keselamatan tim SAR serta para pendaki lain di sekitar lokasi tragedi.
Jalur akan dibuka kembali setelah evakuasi dinyatakan selesai. Pengumuman resmi disampaikan oleh Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR).
“Penutupan ini dilakukan untuk mendukung kelancaran proses evakuasi korban di area Cemara Nunggal serta menjaga keselamatan seluruh pihak,” demikian keterangan resmi BTNGR melalui kanal informasi publik.
Langkah darurat ini terjadi di tengah gelombang seruan publik dari Brasil, yang membanjiri akun media sosial Presiden RI Prabowo Subianto. Warganet dari negeri asal korban meminta pemerintah Indonesia bergerak cepat dalam penyelamatan.
Akun Instagram seperti @mariiaceciliia15 dan @febrians_69 menyerukan agar pencarian Juliana menjadi prioritas nasional. “Dunia sedang menyaksikan! Setiap menit sangat berarti. Dia membutuhkan bantuan sekarang,” tulis salah satu komentar yang disertai tagar #JulianaNãoEstáSozinha (Juliana Tidak Sendirian).
Kepala Kantor SAR Mataram, Muhamad Hariyadi, sebelumnya mengonfirmasi bahwa JDSP telah ditemukan dalam kondisi tidak bergerak sekitar 500 meter dari titik jatuh di area Cemara Nunggal. Penemuan dilakukan Senin pagi (23/6) pukul 07.05 WITA dengan bantuan drone thermal. Namun proses evakuasi masih sangat menantang akibat medan ekstrem dan kabut tebal.
Evakuasi ini melibatkan puluhan personel dari Kantor SAR Mataram, BTNGR, TNI, Polri, BPBD, relawan, hingga porter lokal. Jalur vertikal menuju titik jatuh berada di area yang curam dan sulit dijangkau dengan metode konvensional.
Penutupan jalur pendakian Rinjani menjadi bukti bahwa kejadian ini tidak hanya berdampak kemanusiaan, tetapi juga langsung mengubah akses wisata di salah satu gunung paling populer di Indonesia. Pemerintah mengimbau seluruh pendaki dan agen perjalanan untuk mengikuti arahan resmi demi kelancaran misi penyelamatan. (RL)