Desain Bendungan Pandandure Dipertanyakan ?

Bendungan Pandandure
Bendungan Pandandure

MATARAM – Bencana banjir bandang yang terjadi di wilayah Lombok Timur (Lotim) bagian selatan, mengundang perhatian banyak pihak. Apalagi wilayah yang terkena banjir itu merupakan titik-titik yang sebelumnya mengalami kekeringan cukup serius.

Ketua Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Provinsi NTB, Murdani menilai, bencana di Lotim merupakan banjir kiriman. Ditambah lagi dengan curah hujan tinggi saat itu. “Namaun limpahan dari kelebihan tampungan Bendungan Pandandure juga menjadi tambahan penyebab banjir bandang di Lotim,” ungkap Murdani kepada Radar Lombok, Kamis kemarin (23/11).

Baca Juga :  Paska Banjir di Lombok Timur, PLN Pastikan Pasokan Listrik Aman

Dikatakan, desain pembangunan bendungan yang telah menelan anggaran sangat besar itu harus dipertanyakan desainnya. Mengigat, sebuah bendungan besar seharusnya sudah bisa mengatasi situasi dan kondisi hujan lebat maupun potenai banjir.

Sebelum memulai pembangunan, masalah banjir sudah masuk dalam Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL). Tidak hanya soal itu saja, semua potensi penyimpangan dari sebuah proyek seharusnya sudah diperkirakan dan didesain untuk menghindari hal itu. “Beberapa potensi  penyimpangan yang mungkin terjadi, harus temuat dalam izin lingkungannya atau Amdal,” katanya.

Karena itu, WALHI menantang pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) untuk membuka kembali AMDAL yang telah disusun. Hal itu penting dilakukan untuk memahami secara mendetail dan menjadi bahan evaluasi kedepannya.

Apabila pihak BWS tidak mau mengakui Bendungan Pandandure berkontribusi dalam bencana banjir, Murdani menilai hal itu sangat wajar. Namun fakta membuktikan, banjir yang terjadi sebagian airnya dari bendungan tersebut. “Sah-sah saja dengan persepsi masing-masing, tetapi  banjir ini juga airnya sebagian dari bendungan Pandandure,” tegasnya.

Baca Juga :  Kapolri Kirim Bantuan untuk Korban Banjir Lombok Timur

Disinilah pentingnya Amdal tersebut dibuka. Mengingat di dalammnya ada desain antisipasi dari setiap kemungkinan yang terjadi, baik saat pembangunan maupun setelah beroperasi. “Jangan sampai tidak ada yang merasa bersalah, lalu tidak ada yang melakukan pembenahan. Terus kalau tahun depan banjir lagi gimana,” ujar Murdani.

Sementara Kepala BWS Provinsi NTB, Asdin Juliady yang dikonfirmasi Radar Lombok membantah keras apabila bendungan Pandandure berkontribusi atas bencana banjir yang terjadi di Lombok Timur. Menurutnya, hal itu tidak sesuai dengan fakta di lapangan.

Dituturkan, pada saat kejadian, dirinya berada di lokasi. Kondisi Pandandure waktu itu normal saja, sehingga sangat tidak logis apabila mengaitkan bencana banjir dengan bendungan. ”Mohon maaf, saya jam dua malam ada di lokasi. Kondisi Pandandure normal kok,” jawabnya.

Masalah banjir, lanjutnya, tidak ada kaitannya dengan sistem Pandandure. Mengingat, banjir disebabkan oleh sungai yang berbeda alirannya. “Dan kondisi sekarang Pandandure aman-aman saja, karena seluruh bendungan saya kuras airnya,” ucap Asdin.

Baca Juga :  Korban Banjir Kabupaten Lombok Timur Merasa “Dicuekin”

Pihaknya telah menguras air hingga 1 meter di bawah ambang spillwy (pelimpah-red). Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi ketika hujan besar datang lagi. “Jadi bendungan bisa tetap menampung air lagi,” tandasnya. (zwr)

Komentar Anda