Desa Pujak Menjelma Jadi Sentra Kerajinan Bambu

LOTENG—Banyaknya bahan baku pohon bambu di pedesaan, kalau dimanfaatkan maksimal tentu akan menghasilkan produk yang bernilai ekonomi tinggi. Sayangnya, lantaran ketiadaan skill atau kemampuan membuat barang kerajinan dari bambu, membuat bahan baku yang melimpah ini terkesan sia-sia.

Namun tidak demikian dengan masyarakat Desa Pujak, Kecamatan Mantang, Kabupaten Lombok Tengah, keberadaan bambu merupakan salah satu bagian dari mata pencaharian warga setiap hari. Dengan pohon bambu, mereka membuat berbagai macam kerajinan seperti berugak, pagar, kandang ayam dan kerajinan lainya. Seperti yang dilakukan salah satu perajin bambu, desa setempat, H. Sahdan.

Pria yang kini telah berusia hampir setengah abad (49 tahun) ini mengaku sejak dari tahun 1982 telah membuka usaha kerajinan bambu, yang didapatkan dari kebun- kebun di sekitar Lombok Tengah.

“Karyawan saya saat ini ada 8 orang. Pekerjaan ini sudah saya lakukan semenjak masih muda. Dulu awalnya sendiri, namun sekarang dibantu oleh para karyawan,” kata H. Sahdan, ketika ditemui Radar Lombok, Senin (31/10).

Baca Juga :  Kerajinan Anyaman Bambu dan Kayu Tumbuh Positif

Dari usaha pengolahan kerajinan tangan pohon bambu tersebut, H. Sahdan mengaku mampu meraup untung hingga Rp 7 juta setiap bulanya. Bahkan dia juga mampu memberikan upah 8 karyawanya hingga Rp 100 ribu setiap harinya. ” Gajinya setiap hari paling sedikit 50.000, belum dihitung bonus,” tambahnya.

Dari usahanya tersebut, selain mampu membiayai kebutuhan hidup sehari-hari, dia juga bisa menyisihkan sebagian rejeki untuk kemudian mampu melaksanakan ibadah haji. Termasuk menguliahkan anak-anaknya hingga sarjana. ”Anak saya 7 orang, tapi meninggal 1. Kini anak-anak saya sudah ada yang sarjana, bahkan mereka sudah sukses,” ucapnya bangga.

Sementara pengusaha kerajinan bambu lainnya, Muhibbuddin, mengungkapkan bahwa hasil usaha kerajinan bambu miliknya tidak hanya dipasarkan di seputaran NTB saja. Melainkan juga banyak yang telah dikirimkan hingga keluar daerah. ” Kita jual hingga ke Bali, bahkan juga sampai Flores, NTT,” ungkapnya.

Baca Juga :  Dari Sampah Menjadi Berkah

Awal dia bergelut menjadi pengusaha bambu, tak lepas dari banyaknya pohon bambu yang ada di pekarangan rumahnya yang tidak terawatt. Sementara disisi lain dia saat itu tidak memiliki pekerjaan tetap, dan saat itu dirinya masih muda.

“Hal itu yang kemudian membuat saya berpikir, bagaimana memanpaatkan tumbuhan bambu tersebut untuk dijadikan usaha. Awalnya saya hanya buat kandang untuk ayam dan pagar saja. Namun kemudian berkembang menjadi produk-produk yang lain,” jelasnya.

Ditanyakan harga jual kerajinan bambu miliknya. Kembali Muhibbuddin menyampaikan, kalau untuk kerajinan pagar biasanya dijual seharga Rp 25 ribu per lembar. Sedangkan untuk harga Berugak Bambu, per unit dijual sebesar Rp 2 juta.

“Keuntungan bervariasi, terkadang per hari kita bisa menjual hingga Rp. 5 juta. Dimana dalam setiap penjualan sebesar Rp 5 juta itu, biasanya keuntungan yang didapat cuma Rp 300 ribu,” pungkasnya. (cr-met)

Komentar Anda