Desa Lingkar Bandara akan Dibangunkan Homestay

I Gusti Bagus Sugihartha
I Gusti Bagus Sugihartha.(M HAERUDDIN/RADAR LOMBOK)

PRAYA – Kunjungan Wakil Gubernur (Wagub) Provinsi NTB, Hj Sitti Rohmi Djalilah ke desa wisata lingkar Bandara Internasional Lombok (BIL) seperti Desa Penujak Kecamatan Praya Barat, Desa Tanak Awu, Desa Ketara dan Desa Sengkol Kecamatan Pujut membawa berkah tersendiri bagi desa itu.

Pasalnya, berbagai desa yang ia kunjungi diberikan program. Salah satunya program homestay untuk mendukung perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika. Desa-desa tersebut nantinya akan dibuatkan homestay. Tapi untuk jumlah homestay masing- masing desa belum bisa dipastikan.

Kepala Dinas Perkim Provinsi NTB, I Gusti Bagus Sugihartha menegaskan, untuk desa lingkar bandara memang satu kesatuan dengan desa yang berada di lingkar KEK Mandalika yang menjadi kawasan strategis pariwisata nasional. Sehingga penanganan untuk desa lingkar bandara juga melibatkan pemerintah pusat. “Homestay sudah disiapkan pada taahun 2020 ini oleh pemerintah pusat. Lokasinya sudah jelas ada di sekitar lingkar bandara tapi by name by address masih sedang dalam proses. Yang jelas kereteria yang dipastikan dapat adalah masyarakat sudah siap untuk beraktivitas dalam mengelola homestay ini,” ungkap Gusti saat mendampingi Wagub NTB, Rabu kemarin.

Masyarakat yang diberikan homestay juga adalah masyarakat yang sudah lama hidup dalam dunia pariwisata. Untuk bangunan homestay nantinya ada dua model yakni sumber dana yang berasal dari pusat akan masuk di kawasan strategis pariwisata nasional. Sementara dana dari Pemprov NTB akan masuk di kawasan strategis provinsi. “Tentunya semua itu masuk di dalam desa-desa wisata, dan model pembangunan dalam bentuk bangunan baru yang dana dari pusat. Nilainya berkisar antara Rp 80 sampai Rp 90 juta per unit. Tentunya yang bisa diberikan adalah masyarakat yang memiliki hak milik lahan sendiri, dan sudah aktif menjadi pelaku wisata,” terangnya.

Hanya saja untuk homestay ini, warga yang dapat agar diupayakan dalam bentuk kelompok. Artinya tidak menyebar satu per satu, akan tetapi ada di satu lokasi terdiri dari beberapa homestay. Sehingga ke depan di lokasi itu bisa disebut dengan kampung homestay. “Untuk lingkar bandara memang saya belum mendapat kepastian. Karena masih dievaluasi oleh pemerintah pusat berapa pastinya yang dialokasikan di desa lingkar bandara ini,” terangnya.

Gusti menegaskan, pihaknya sudah mengusulkan bangunan homestay itu ke pemerintah pusat. Sementara homestay yang ditangani Pemprov NTB masih dalam bentuk pilot project. Untuk tahun 2020 ini ada sekitar 24 unit rumah yang akan dijadikan homestay. “Yang ditangani oleh pemprov adalah daerah kawasan strategis provinsi, tapi sudah masuk menjadi desa wisata. Kemudian dari sisi penganggaran memang relatif lebih kecil dari pusat. Karena dari pemprov sekitar Rp 35 juta per unit. Tapi ini dalam bentuk renovasi bangunan,” terangnya.

Karena sifatnya rehab ini untuk wisatawan, maka rumah ini harus rapi mulai dari wisatawan masuk ke dalam rumah, ruang tamu, kamar dan lain sebagainya sudah dalam keadaan rapi dan layak untuk dijual. “Jadi yang dari pemprov untuk renovasi. Sementara yang dari pusat bangun baru, dan program ini akan berjalan secara berkesinambungan,” terangnya. (met)

Komentar Anda