Desa Ketapang Raya Mulai Menjelma Jadi Destinasi Wisata

Ramai Pengunjung, dan Serap Banyak Tenaga Kerja

Desa Ketapang Raya Mulai Menjelma Jadi Destinasi Wisata
WISATA KULINER: Lapak-lapak penjual kuliner yang ada di pinggiran pantai Desa Ketapang Raya, setiap hari, khususnya sore hari, selalu ramai dengan pengunjung. (IRWAN/RADAR LOMBOK)

Memiliki potensi alam yang indah, atau seni budaya yang unik, kalau tidak digarap secara serius, tentu akan menjadi sia-sia. Sadar itu, masyarakat Desa Ketapang Raya mulai membangun berbagai fasilitas di desanya, untuk dijadikan objek wisata.


JANWARI IRWAN – LOTIM


TOPOGRAFI Desa Ketapang Raya, Kecamatan Keruak, Kabupaten Lombok Timur (Lotim), berada di wilayah pesisir pantai, dan berbatasan langsung dengan Kecamatan Jerowaru. Desa ini terbentuk, setelah mekar dari Desa Tanjung Luar.

Awalnya, desa dengan potensi pantai yang indah ini tidak pernah mendapat lirikan masyarakat. Bahkan karena di kawasan pantai terdapat lahan kosong yang cukup luas, pemerintah pusat pun kemudian membangun rumah nelayan di daerah ini.

Namun seiring perkembangan dan geliat kepariwisataan yang terus meningkat di NTB, tak terkecuali di Lotim yang muncul dengan berbagai macam kemasan. Memunculkan ide mantan Kepala Desa Ketapang Raya, Sayyit Zulkifli, untuk menyulap pantai yang tak terurus ini menjadi sebuah destinasi wisata yang kini banyak dikunjungi wisatawan, baik lokal, domestik maupun mancanegara.

Baca Juga :  Ada Wisata Kuliner di One Karaoke

Zulkifli sendiri baru mulai merintis desanya menjadi objek wisata, pada bulan Juli 2017 (Ramadan) lalu, yakni membuat semacam Dermaga dari bahan bambu, sebagai lokasi pengunjung untuk swafoto (selfie). Ternyata masyarakat langsung menyambut antusias.

Karena menyuguhkan pemandangan yang sangat indah dan menakjubkan, selfi diatas dermaga bambu itu pun akhirnya tersebar cepat melalui media sosial, dan mengundang rasa penasaran bagi pengunjung lainnya.

Melalui Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) sebelum dia habis masa jabatannya sebagai Kepala Desa, Zulkifli juga telah menganggarkan pembangunan tempat berteduh (Berugak). Adanya fasilitas tambahan ini, justru semakin membuat para pengunjung senang.

Kini, para pengunjung juga dimanjakan dengan banyaknya kedai yang telah berdiri, dengan desain bangunan yang unik dan klasik. Berbagai sajian kuliner pun dapat dinikmati para pengunjung ditempat ini. Sehingga hampir setiap hari objek wisata baru ini tak pernah sepi dari pengunjung. Terutama saat sore hari, selalu padat pengunjung untuk menikmati pemandangan sunshet (matahari terbenam).

Objek wisata ini dikelola penuh oleh Bumdes Ketapang Raya. Bumdes hanya membangun tempat selfie dan tempat berteduh saja. Sementara lapak-lapak kuliner dibangun sendiri oleh masyarakat. Karena lahan disiapkan desa, maka para pemilik lapak cukup menyerahkan retribusi sebesar Rp 2 ribu per hari.

Sementara untuk parkir, dikelola oleh para pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna desa setempat. Sehingga hal ini dapat menjadi lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat setempat.

“Sengaja kita desain seperti sekarang ini, karena kami sangat tertarik dengan konsep seperti Pantai Losari di Makasar, Sulawesi Selatan. Ini akan menjadi sumber Pendapatan Asli Desa (PADes),” kata Zulkifli, yang menjadi penggagas objek wisata ini.

Menurutnya, dari segi lapangan pekerjaan jelas sudah terbuka lebar. Karena banyak masyarakat desanya yang bisa mencari nafkah melalui objek wisata ini. Tidak main-main, peredaran uang dalam sehari di objek wisata ini bahkan bisa mencapai Rp 20 juta. Tentu ini menjadi angin segar bagi masyarakat setempat.

Disampaikan, masih banyak potensi yang sebenarnya dapat dikembangkan untuk menarik lebih banyak pengunjung untuk berdatangan. Seperti di sebelah barat komplek perumahan nelayan, terdapat hutan mangrove, yang kalau diberikan sentuhan, pasti akan menjadi objek wisata yang menarik.

Namun demikian, karena pihaknya masih terkendala dana, untuk sementara belum dapat mengembangkan potensi hutan mangrove tersebut, sebagai obyek wisata pendukung pantai.

Adanya berbagai objek wisata yang menarik ini, kalau telah dikembangkan maksimal, diperkirakan akan membuat Desa Ketapang Raya menjadi desa yang mandiri. Artinya, untuk membangun desa ini, kedepan tidak akan terlalu bergantung dari Alokasi Dana Desa (ADD) dan Dana Desa (DD). Karena prospeknya yang dinilai sangat menjanjikan.

Termasuk sungai yang ada didekat pantai ini, akan ditata menjadi objek wisata juga, dengan membangun sebuah jembatan dan kolam. Tembok sisi sungai akan disesuaikan dengan ketinggian air pasang, agar tidak membahayakan para pengunjung. Baru kemudian dilengkapi sarana lain seperti perahu selancar dan lainnya.

Baca Juga :  Pos Pengawasan Orang Asing Bakal Dibangun

Disampaikan Zulkifli, kalau hanya mengandalkan ADD dan DD saja, tentu laju pertumbuhan wisata di desa ini akan berjalan lamban. Meskipun infrastruktur jalan sudah bagus menuju lokasi ini, kalau tanpa campur tangan pemerintah, pengembangan wisata tentu akan membutuhkan waktu yang lama.

Kedepan, bidikan Pemerintah Desa Ketapang Raya selain akan mengembangkan wisata pantai dan wisata hutan mangrove. Potensi wisata kuliner juga akan dikembangkan secara serius, memanfaatkan keragaman hasil makanan laut (seafood). Bahkan diwacanakan juga akan dibangun rumah makan dan penginapan terapung, agar wisatawan yang datang bisa menginap.

“Makanya kami sangat mengharapkan campur tangan Pemerintah Daerah (Pemda) Lotim, maupun Provinsi. Kalau memang tidak mampu menggunakan APBD, ayo beri kami jalan ke pusat. Agar kepariwisataan di desa kami ini cepat maju,” harap Zulkifli, yang juga kembali mencalonkan diri sebagai Kades Ketapang Raya, dan kalau terpilih lagi, maka 2020 akan menjadika desanya menjadi desa yang mandiri. (*)

Komentar Anda