Desa Diminta Proaktif Tata Kawasan Wisata

Heriyanto (HERY MAHARDIKA/RADAR LOMBOK)

TANJUNG – Pemerintah desa yang memiliki objek wisata diminta proaktif untuk menata dan mempromosikannya. Jika pemerintah desa aktif, maka akan mampu menambah sumber pendapatan asli daerah (PAD)  dan pendapatan asli desa (PADes). 

Pasalnya, sumber PAD terbesar di Lombok Utara paling banyak di sektor pariwisata. Dan tahun ini memasang target sebesar Rp 135 miliar lebih. "Sekarang ini bagaimana supaya kita bisa meningkatkan PAD, maka tidak hanya kami (SKPD) melainkan Desa pun harus ikut ambil bagian,” ujar Kepala Bappeda Lombok Utara Herianto, kemarin (23/1).

Diakui, bahwa pemkab sendiri sadar betul guna memaksimalkan potensi yang ada,  maka dibutuhkan perbaikan di segala bidang. Mulai dari infrastruktur hingga penataan destinasi wisata. Jika sebelumnya Dinas Pariwisata telah mengucurkan anggaran hingga belasan miliar untuk menata sejumlah obyek di darat, kini aparatur desa pun diharapkan demikian.

Menurutnya, desa harus bisa mengelola sumber pendapatan yang ada di wilayahnya. Misalnya mata air Kakong, obyek wisata ini sangat bagus kendati infrastruktur menuju ke lokasi dianggap kurang representati. Jika desa dapat membenahi jalur menuju ke lokasi ini akan mampu menghasilkan pendapatan besar. "Seperti wisata Kakong, desa harus mampu melihat mana-mana sumber yang sekiranya memiliki potensi. Jika masih belum bagus, ya diperbaiki lah,” katanya.

Baca Juga :  Kawasan KTL Mulai Ditertibkan

[postingan number=3 tag=”wisata”]

Penataan wisata juga tidak hanya terfokus di tiga gili. Dikatakan,  selama ini destinasi yang ada di darat dianggap tidak kalah apiknya dengan pariwisata tiga gili. Sumber-sumber potensial inilah yang sejatinya harus mampu di lirik oleh desa. "Kalau pun itu (lokasi wisata) merupakan lahan milik pribadi, tentu harus di komunikasikan dengan pemiliknya. Nantinya mesti ada pembagian-pembagian entah itu masuk ke khas desa atau daerah,” jelasnya.  

Lokasi dimaksud, yaitu merujuk pada objek wisata rumah pohon Kertagangga yang berada di Kecamatan Gangga. Meskipun lahan yang dijadikan mata pencaharian oleh warga berstatus wakaf, namun masyarakat disana cukup inovatif dan mampu membangun fasilitas yang dapat di nikmati oleh wsiatawan. Semestinya, dalam kasus ini mesti ada campur tangan desa supaya dapat memaksimalkan objek tersebut. "Mungkin kalau di lokasi parkirnya itu punya orang, maka desa bisa tata benahi dulu dan tidak serta merta menarik di sana,” tegasnya.

Baca Juga :  65 Desa di Lotim Ikut Lomba Desa Wisata Indonesia

Secara terpisah, Kepala Desa Sambik Elen, Alwan Wijaya mengatakan, bahwa di desanya terdapat salah satu objek wisata yang selama ini belum banyak diketahui orang. Objek itu adalah air terjun Tiu Candi Batu. 

Dijelaskan, meskipun panorama disana sangat bagus dan mulai banyak dinikmati pengunjung, namun akses menuju lokasi sangatlah jauh dari kata layak. "Memang jalannya yang masih bagus. kita agar menata kawasan ini kedepannya sehingga banyak wsiatawan yang datang berkunjung. Kami Insyallah akan menggunakan ADD terkait pembenahannya nanti,” terangnya.

Kedepannya kalau pun penataan sudah dilakukan oleh desa, ia berharap Disbudpar mampu mengintervensi kaitan dengan promosi maupun penambahan sejumlah fasilitas supaya pengunjung yang datang merasa betah. "Insya Allah dalam waktu dekat, karena memang desa kami membutuhkan itu,” pungkasnya. (flo) 

Komentar Anda