Setelah mendapat pengalaman dan pengetahuan itulah, akhirnya Ari memutuskan untuk mengundurkan diri dan membuka usaha sendiri secara mandiri. Ia selanjutnya membangun usaha industri kreatif berupa kerajinan buah kering untuk hiasan dekoratif dalam mempercantik interior rumah.
Ari memulai memulai bisnis kerajinan handycraft buah kering dan bahan alami lainnya secara mandiri pada tahun 2008. Ketika itu, Ari mengajak beberapa para pemuda di sekitar tempat tinggalnya di Petebong, Karang Rundun, Bertais untuk ikut merakit berbagai kerajinan buah kering. Untuk bahan baku produk kerajinan buah kering ini seperti padang pantai, mahoni, rotan dan kilang-kaling yang kemudian dikeringkan untuk dijadikan benda kreatif yang mempunyai nilai tambah.
Hasil kerajinannya ini lalu dipasarkan ke artshop yang ada di Kota Mataram dan Lombok Barat. Dia juga memasarkannya melalui media sosial dan sering ikut pameran. Produknya dijual mulai dari harga Rp 50 ribu hingga Rp 2,5 jutaan per item untuk properti interior.
“Modal awal saya dulu, hanya Rp 30 juta,” tuturnya.
Dari situ, kerajinan Ari mulai dikenal. Pemesanan pun mulai berdatangan. Tidak hanya dari dalam daerah tetapi juga luar daerah. ”
Kebanyakan permintaan datang dari Amerika Serikat, Israel, dan Eropa, Australia, dan Uni Emirat Arab,” jelasnya.
Produk yang diminati mulai dari hiasan, pot bunga, kursi teras, keranjang, pajangan, dan lain-lain. Ari Aditya merancang sendiri desain kerajinan buah kering dengan bantuan beberapa karyawannya. Belakangan, dia juga melibatkan warga sekitar terutama ibu-ibu. Karyawannya diminta mengajar ibu-ibu ini agar terampil.
Kini, Ari masih terus mendapat pesanan dari berbagai negara. Omzet dari permintaan luar negeri bervariasi di kisaran Rp 80 juta-150 juta per tahunnya. (*)