Dari Event Senggigi Sunset Jazz 2017

Antara Jazz, Optimisme Senggigi dan Ironi Kemiskinan

Tanah-tanah yang ada adalah harta utama yang diwariskan secara turun temurun. Uang hasil penjualan tanah tidak dipergunakan untuk hal-hal produktif. Sebagian besar mereka menggunakannya untuk berhaji. “Dulu kami punya tanah warisan sekitar 30 are disana. Tanah itu lalu kami jual dengan harga 3 juta rupiah per are. Tanah hilang, uang juga sudah habis,” ungkap Hasan, sambil menunjuk wilayah perbukitan rendah yang kini berdiri sebuah hotel berbintang. Hasan kini harus puas dengan menjadi pedagang kaki lima (PKL) yang menjual makanan dan minuman ringan bagi turis.

Baca Juga :  Perjuangan Khairul Marhanik Lepas dari Jerat Narkoba

Gegap-gempita pariwisata tidak mengubah garis hidup warga Desa Senggigi secara signifikan. Sebagian besar masyarakat setempat masih berada dalam kategori miskin. Dari sekitar 1.500 Kepala Keluarga (KK), setengah diantaranya miskin. Yang terserap ke sektor pariwisata hanya 25 persen dari total warga setempat. Yang banyak bekerja di sini justru orang luar.(*)

Komentar Anda
1
2
3
4