Dampak Kemenangan Donald Trump Terhadap Ekonomi Indonesia

Oleh : Nur Fadillah, Suci syafti sagita, Muhammad Raehan

illustrasi

Donald Trump Baru saja terpilih kembali menjadi Presiden Amerika Serikat 2024 setelah mengalahkan Kamala Haris dalam PILPRES AS, CAPRES dari Partai Republik ini meraih 277 dari 270 suara electoral yang dibutuhkan untuk menang. Dari peneliti senior American Enterprise Institut Zack Cooper Dampaknya terhadap Indonesia kemungkinan berdampak negative, cooper mengatakan Donald Trump bakal nerapin tarif Impor Global, Tarif ini dikhawatirkan Memberi sinyal buruk bagi negara yang ingil menjalin hubungan dagang dengan amerika termasuk Indonesia, Padahal pasar amerika serikat merupakan salah satu tujuan andalan bagi produk ekspor Indonesia seperti kepala sawit, BAN karet hingga alas kaki.

Analis pasar menyebutkan, kemenangan Trump dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk ketidakpastian kebijakan ekonomi yang diusung. Selama masa pemerintahannya sebelumnya, Trump dikenal dengan kebijakan proteksionis dan perang dagang dengan sejumlah negara, termasuk China, yang sempat mempengaruhi aliran investasi global.

Kemenangan Trump dalam pemilu kali ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor global, yang khawatir akan terjadinya ketegangan perdagangan baru serta kebijakan ekonomi yang lebih fokus pada kepentingan domestik AS. Ketidakpastian ini pun memengaruhi pasar keuangan global, yang pada ujungnya berdampak pada depresiasi mata uang negara berkembang, termasuk rupiah. Rupiah melemah secara signifikan terhadap dolar AS setelah hasil Pemilihan. Pada perdagangan awal, kurs rupiah tercatat melemah 1,2% ke level Rp 16.800 per dolar AS, dari posisi sebelumnya di Rp 16.600.

Menurut Ekonom Senior Bank Central Asia (BCA), David Susilo, “Kemenangan Trump cenderung meningkatkan volatilitas di pasar global, khususnya dalam hal kebijakan moneter dan fiskal AS. Mengingat prioritas Trump dalam kebijakan isolasionis dan proteksionis, banyak investor yang memilih mengalihkan aset mereka ke dolar, menyebabkan depresiasi sejumlah mata uang lain, termasuk rupiah.

Melemahan rupiah menjadi tantangan terhadap perekonomian Indonesia, terutama pada konteks inflasi dan defisit transaksi berjalan. Mengingat Indonesia masih bergantung pada impor barang, penurunan nilai tukar rupiah dapat memicu kenaikan harga barang-barang impor, termasuk energi dan bahan baku industri.

Selain itu, utang luar negeri Indonesia yang sebagian besar denominasi dalam dolar AS diperkirakan akan semakin memberatkan beban ekonomi, memperburuk tekanan pada stabilitas perekonomian domestik. Hal ini terkait pada besarnya utang pemerintah Indonesia yang masih banyak tercatat dalam mata uang dolar.

“Ini menjadi perhatian khusus bagi Indonesia karena melemahnya rupiah terhadap dolar berpotensi mendorong inflasi yang lebih tinggi dan menambah beban fiskal,” kata David.