PRAYA – Hujan tak menentu yang turun di pertengahan musim kemarau tahun ini membuat petani tembakau di Lombok Tengah pusing tujuh keliling. Bagaimana tidak, tanaman tembakau mereka yang baru berumur beberapa bulan terancam gagal panen karena rusak akibat hujan.
Salah seorang petani tembakau asal Desa Kidang Kecamatan Praya Timur, Tarnadi menyatakan, dia bersama petani tembakau lainnya mulai menanam tembakau sekitar dua bulan lalu. Kondisi tembakau mereka awalnya sehat karena menemui musim kemarau dengan cuaca panas yang memadai. Namun, tiba-tiba saja di pertengahan musim kemarau terjadi turun hujan yang tidak disangka-sangka petani.
Praktis, tanaman tembakau petani menjadi layu. Mengingat, air berlebihan menjadi pantangan bagi tanaman tembakau. “Saya baru dua bulan menanam tembakau di sawah yang luasnya sekitar 10 are. Tapi karena beberapa hari terakhir ini terjadi hujan, membuat tanaman tembakau saya mulai lesu dan terancam gagal. Padahal sudah kita habiskan modal yang cukup besar dalam menanam ini,” ungkap Tarnadi kepada Radar Lombok, Kamis (24/6).
Tarnadi berharap, dengan adanya bencana yang melanda para petani ini membuat pemda memberikan solusi. Pasalnya, di Desa Kidang hampir seluruh sawah yang luasnya puluhan hektare sudah mulai ditanami tembakau. Namun, akibat turunnya hujan beberapa hari belakangan ini mengancam tumbung kembang tembakau petani setempat. “Kita berharap paling tidak ada asuransi yang didapatkan bagi kami para petani, karena banyak yang rusak dan kerugian sangat banyak mengingat luas lahan ada puluhan hektare. Kita berharap ada asuransi seperti asuransi petani padi atau peternak agar bisa membantu mengurangi beban para petani ini,” harapnya anggota BPD Kidang ini.
Plt Sekda Lombok Tengah, H Moh Nazili mengakui, turunnya hujan di satu sisi merugikan petani tembakau. Tapi di sisi lain, tanaman yang lain juga membutuhkan air. Sehingga pihaknya mengaku bahwa semua itu adalah bagian dari risiko sebuah proses. “Karena hujan ini tidak bisa ditolak dan hujan itu rahmat. Perubahan iklim juga tidak bisa kita prediksi, karena kalau dulu untuk saat ini (Juni, red) belum musim hujan. Kalau sudah masuk Oktober saat hujan tapi ini berubah. Perubahan ini karena kita semua juga. Hutan yang ada tidak lagi seperti hutan,” terangnya.
Maka pihaknya berharap agar para petani bisa lebih cerdas dalam membaca situasi iklim ke depannya. Artinya para petani harus memperhitungkan pola tanam dengan melihat situasi dan kondisi yang ada. “Kemungkinan petugas penyuluh kita juga tidak tanggap, mereka hanya mengandalkan pengalaman. Di satu sisi, memang prediksi alam ini sulit kita tebak,” terangnya.
Diakui, sampai dengan saat ini belum menerima laporan berapa luas lahan yang terdampak hujan yang turun deras beberapa hari terakhir ini. Terlebih ada juga para petani tembakau yang masih tahap pembibitan. “Hujan ini baru beberapa hari juga, maka petani juga perlu mendapatkan informasi prediksi- prediksi. Petani juga harus cerdas,” tegasnya. (met)