Cuaca Buruk, Penyeberangan dari Pemenang ke Bali Ditunda

PEMENANG: Akibat cuaca buruk, penyeberangan Lombok-Bali via Pelabuhan Pemenang, ditunda. Tampak para wisatawan di Pelabuhan Pemenang, Lombok Utara. (DOK/RADAR LOMBOK PELABUHAN)

MATARAM – Kementerian Perhubungan melalui Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan (KUPP) Kelas II Pemenang mengeluarkan surat edaran terkait penundaan keberangkatan kapal fast boat tujuan Bali. Keputusan ini diambil karena kondisi cuaca buruk yang berpotensi membahayakan keselamatan pelayaran.

“Berdasarkan surat dengan nomor AL.202/17/10/KUPP.PMG-2025 yang diterbitkan pada 9 Februari 2025, penundaan pelayaran berlaku mulai pukul 11.00 WITA hingga cuaca kembali normal,” ungkap Perwira Jaga Gede Damang Suriadi, Ahad (9/2).

Keputusan ini mengacu pada beberapa regulasi dan laporan cuaca. Antara lain Undang-Undang Pelayaran Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. PM. 28 Tahun 2022 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar dan Persetujuan Kegiatan Kapal di Pelabuhan. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 17 Tahun 2023 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan.

Laporan Cuaca dari BMKG Balai Besar Wilayah III Denpasar tanggal 9 Februari 2025, yang memperingatkan adanya kondisi cuaca ekstrem di Selat Lombok. Laporan Nakhoda Kapal mengenai kondisi gelombang tinggi di perairan tersebut.

Menurut Gede, keselamatan penumpang menjadi prioritas utama dalam pengambilan keputusan ini. “Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dan untuk menjaga keselamatan dan keamanan pelayaran, disampaikan kepada agen, nakhoda, pemilik/operator kapal penumpang berkecapatan tinggi atau fast boat yang berangkat dari Pelabuhan Pemenang tujuan Bali agar menunda keberangkatan kapalnya mulai tanggal 9 Februari 2025 pukul 11.00 WITA sampai dengan cuaca normal kembali,” jelasnya.

Baca Juga :  Koruptor Asrama Haji Dijebloskan ke Penjara

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan terkait potensi cuaca ekstrem dalam sepekan ke depan. Pemerintah daerah, pihak terkait, dan masyarakat diminta untuk siap siaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor.

“Kondisi ini diprakirakan berlangsung sepekan ke depan, dipicu oleh dinamika atmosfer yang mendukung peningkatan awan konvektif (penyebab hujan) dan peningkatan kecepatan angin,” ungkap Prakirawan Meteorologi ZAM Juliani Intan Sari.

Selain itu, Juliani menjelaskan bahwa aktifnya beberapa fenomena atmosfer turut berkontribusi terhadap cuaca ekstrem, seperti gelombang ekuatorial rossby dan kelvinm Monsun Asia yang membawa massa udara dingin dari Asia melewati Indonesia.

Konvergensi di wilayah NTB yang mendukung akumulasi massa udara dan pembentukan awan hujan. Siklon Tropis Taliah yang saat ini terpantau bergerak ke arah barat daya, menjauhi NTB, tetapi masih berpotensi menyebabkan gelombang tinggi. Bibit Siklon Tropis 92W yang juga berdampak pada kondisi cuaca.

Baca Juga :  Dituduh Selingkuh, Dirut RSUD NTB akan Tempuh Upaya Hukum

BMKG juga memperingatkan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, angin kencang, dan gelombang laut tinggi di beberapa wilayah, yang dapat meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi.

“Terpantau adanya gangguan tropis di Perairan Australia Utara dan Tenggara Pulau Timor, yang berpotensi meningkatkan cuaca ekstrem di NTB dan NTT,” tambah Juliani.

BMKG mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama bagi yang tinggal di daerah rawan bencana. Beberapa langkah pencegahan yang disarankan antara lain menghindari kawasan rawan longsor selama hujan berlangsung. Tidak melakukan penggalian di lereng rawan longsor dan memastikan sistem drainase berfungsi optimal.

Mewaspadai tanda-tanda tanah longsor, seperti rembesan air dari lereng, pohon yang tiba-tiba miring, serta retakan atau amblesan tanah. Memastikan sistem drainase rumah dalam kondisi baik untuk mencegah banjir.

Bagi masyarakat pesisir, nelayan, dan operator transportasi laut, agar selalu memperhatikan peringatan dini terkait cuaca ekstrem dan gelombang tinggi yang dapat membahayakan keselamatan pelayaran. “Tetap tenang dan siaga menghadapi perubahan cuaca ekstrem, serta pahami langkah evakuasi jika diperlukan,” tutup Juliani. (rat)