COVID-19 Memaksa Kita Harus Mulai Akrab dengan Teknologi

Oleh : I Gede Putu Aryadi Kepala Diskominfotik Provinsi NTB
Oleh : I Gede Putu Aryadi Kepala Diskominfotik Provinsi NTB

Total positip covid-19 di NTB hingga 30 Mei 2020 terkonfirmasi sebanyak 636 Orang. Namun dari jml tsb, kita patut bersyukur bahwa lebih dari 70% pasien positif dengan gejala klinis ringan, bahkan tanpa gejala (OTG) sehingga tetap tampak happy atau segar bugar.

Warga kita yg covid 19 gejala ringan ini umumnya masih dirawat di rumah sakit darurat atau ruang isolasi terpadu yg tersebar di seluruh NTB. Sedangkan kurang dari 20% dari total pasien covid 19 merupakan pasien dengan gejala klinis sedang. Dan hanya sekitar 10% lainnya tergolong pasien bergejala klinis berat. Itupun kebanyakan dari mereka memiliki komplikasi dengan penyakit penyerta (Cormobid) lainnya.

Kita juga sedikit lega dengan angka kasus kematian atau Case fatality rate dari yg terkonfirmasi positip sebanyak 636 orang tersebut, hanya tercatat 11 pasien positif meninggal dunia atau 1,7%. Sementara angka pasien yg sudah sembuh sebanyak 291 orang atau 46,5%.

Dengan melihat perkembangan ini, maka ketika kita mendengar ada warga diantara kita, keluarga, tetangga dan saudara se dusun atau dilingkungan lainnya yang positif Covid 19, selayaknyalah kita tidak panik. Apalagi paranoid dengan mengucilkan mereka sebagai aib yang harus dijauhi atau dihukum. Karena sesungguhnya tidak seorangpun diantara kita yg ingin terjangkit Covid 19.

Wabah ini justru memerlukan keperdulian dari kita dan semua warga. Karena mata rantai penyebaran virus ini hanya mungkin diatasi, jika kita semua mau dan mampu secara kompak melaksanakan sesuatu kebaikan. Yakni membiasakan diri untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, mencuci tangan dengan sabun pada setiap saat akan mengambil/melakukan sesuatu, menerapkan etika batuk/bersin, jaga jarak, baik dlm aktivitas sosial maupun ibadah, gunakan masker dan lebih baik di rumah saja, jika tidak ada kepentingan mendesak yang harus dilakukan diluar rumah.

Semua perilaku hidup tersebut, kini oleh para dokter dan petugas kesehatan kita, telah dijadikan pedoman sekaligus protokol dalam memutus mata rantai penyebaran Covid 19.

Pedoman protokol pencegahan Covid 19 tersebut, sejatinya merupakan etika yg telah menjadi kebiasaan atau ajaran dari para orang tua kita secara turun temurun. Misalnya etika batuk, etika berkomunikasi, menjaga kebersihan fisik dan mental, saling mendoakan antar sesama dengan cara mencakupkan tangan, dan aneka perilaku disiplin lainnya. Hanya saja selama ini, kita seringkali abai dg tradisi baik tersebut.

Virus corona deases (Covid) 19 ini, sesungguhnya menjadi pengingat bagi kita semua agar kita tidak lagi abai dg tradisi tradisi baik tersebut. Karena dibalik musibah ini, ia juga mengajarkan kita akan pentingnya interospeksi diri agar kita kembali kepada jati diri sebagai hamba sekaligus tunduk pada hukum alam CiptaanNya. Termasuk mewajibkan kita agar mampu berdamai atau beradaptasi dengan rantai kehidupan di bumi, menjaga hubungan baik dg mahluk-mahluk ciptaan lainnya, sebagaimana yg telah menjadi ketetapanNya.

Untuk itu, hal penting yg harus kita lakukan bersama saat ini adalah : Pertama, tetap konsisten mematuhi protokol pencegahan penyebaran Covid 19 dengan cara mulai membiasakan diri menerapkan laku hidup bersih dan sehat, disiplin dan benar-benar patuh pada moral etik sebagai gaya hidup baru untuk memutus pandemi Covid 19.

Kedua, tetap menjaga imunitas fisik dan mental dengan cara menjaga pola makan melalui asupan nutrisi, olah raga dan tidur teratur. Juga mengurangi stress, panik dan takut berlebihan. Mengembangkan pikiran positif dan spirit untuk hidup selalu optimis. Dengan cara itu, maka kita mampu mengembangkan sugesti yang kuat, sehingga tatkala terpapar Covid 19 bisa cepat pulih kembali dan sehat.

Ketiga, kita harus menyiapkan diri untuk menyongsong tatanan kehidupan baru, yg mengharuskan kita tetap produktif, tetap bekerja menunaikan segala kewajiban hidup, di tengah Pandemi Covid 19 yang belum mampu kita prediksi kapan akan berakhir?.

Sebab tanpa kerja produktif, maka aspek pemenuhan kebutuhan untuk bisa sehat lahir dan bathin, mustahil bisa tercukupi dengan baik. Barangkali itulah sebabnya seorang filsuf dan spritualist dari india mengartikan hidup sebagai sebuah kumpulan pelaksanaan kewajiban.

Untuk bisa produktif ditengah pandemi Covid 19, kita membutuhkan bantuan inovasi teknologi, dalam seluruh aktivitas sosial dan ekonomi kita. Mulai dari teknologi informasi dan komunikasi, media bisnis hingga pada aspek aktivitas budaya, wisata dan ibadah keagamaan kita.

Covid 19 ini seolah memaksa kita untuk mulai akrab dengan penggunaan teknologi. Saat ini, langkah-langkah virtualisasi pada semua sektor sdh mulai dilakukan oleh pemerintah Provinsi NTB. Misalnya rapat virtual dan juga inovasi teknologi untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi berbagai produk-produk industri lokal kita, melalui program industrialisasi dan teknologi pemasarannya.

Kedepan kunci kemajuan dan keberhasilan kita melewati masa krisis ini terletak pada inovasi dan kemampuan kita menguasai teknologi, khususnya teknologi informasi, permesinan dan teknologi tepat guna lainnya. (*)

Komentar Anda