Clean Up Rinjani, Dispar NTB Lepas 50 Pendaki

Clean Up Rinjani, Dispar NTB Lepas 50 Pendaki
CLEAN UP RINJANI: Kepala Dispar NTB, HL Moh. Faozal, ketika melepas 50 pendaki dari komunitas pencinta alam Sabda Alam Masbagik, Lotim, untuk melakukan clean up (aksi bersih) sampah di Gunung Rinjani, Minggu (14/5). (IRMA FOR RADAR LOMBOK)

LOTIM—Permasalahan sampah, khususnya sampah plastik, kaleng, maupun botol kaca, di kawasan Gunung Rinjani, kini menjadi perhatian serius seluruh pihak. Tidak terkecuali Dinas Pariwisata (Dispar) NTB, yang tak henti berusaha mengedukasi para pendaki, porter, guide, dan lainnya. Termasuk Dispar NTB juga gencar menginisiasi clean up (aksi bersih) Gunung Rinjani secara berkala sepanjang jalur pendakian, dan beberapa titik pemberhentian (pos), maupun camping ground di Danau Segara Anak.

Seperti pada Minggu pagi kemarin (14/5), sekitar 50 pendaki yang tergabung dalam komunitas pencinta alam Sabda Alam Masbagik, Lombok Timur, dilepas mendaki oleh Kepala Dinas Pariwisata NTB, HL Moh. Faozal, untuk melakukan aksi bersih di Gunung Rinjani, selama dua hari (14-15 Mei).

“Potensi Gunung Rinjani yang sangat indah dan menjadi favorit kunjungan para wisatawan ini, akan sayang sekali kalau rusak image-nya, hanya karena persoalan ketidaksadaran para pendaki yang membuang sampah sembarangan,” kata Faozal, sesaat sebelum melepas para pendaki di pintu pendakian Gunung Rinjani jalur Sembalun.

Diakui Faozal, aksi memungut sampah sepanjang jalur pendakian, pos-pos, maupun camping ground di Danau Segara Anak, mungkin solusi yang bersifat sementara saja. Yang paling penting, bagaimana menyadarkan dan mengedukasi para pendaki, agar mereka tidak membuang sampah semabarangan.

“Termasuk membuat kebijakan atau aturan yang tegas dan harus dipatuhi para pendaki yang hendak mendaki Gunung Rinjani, tak terkecuali siapapun juga. Mulai dari wisatawan, porter, guide, masyarakat, pencinta alam, dan lainnya, semua barang yang berpotensi menjadi sampah harus didata secara ketat sebelum mendaki, dan akan diperiksa setelah mereka kembali,” tandas Faozal.

Baca Juga :  Tujuh Desa Diaudit Khusus

Tentu saja kalau ada yang melanggar, maka mereka juga akan dikenakan sanksi tegas. “Seperti aturan yang mulai diterapkan saat ini, para pendaki sebelum mendaki Rinjani mereka diwajibkan menitipkan sejumlah uang untuk deposit. Jika kembali nanti pendaki itu sampahnya tidak lengkap seperti data sebelum keberangkatan, maka uang depositnya itu akan disita. Sebaliknya kalau lengkap, maka akan dikembalikan utuh,” tegas Faozal.

Apalagi Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) juga akan memberlakukan kebijakan mendaki dengan cara mendaftar online. “Artinya, jauh hari pendaki Gunung Rinjani itu harus mendaftar lebih dahulu. Kalau dinilai telah memenuhi syarat-syarat, maka akan diperbolehkan mendaki. Namun sebaliknya kalau tidak, seperti misalnya pendaki itu mungkin pernah di black list oleh pengelola taman nasional lain, tentu tidak diijinkan mendaki,” ucap Faozal.

Hal itu dilakukan sambung Faozal, agar petugas bisa memantau aktifitas para pendaki Rinjani. Mengingat daya dukung dan kemampuan tampung Gunung Rinjani tentu terbatas. Sehingga kalau ada pendaki berlebihan, dikhawatirkan justeru dapat merusak ekosistem Gunung Rinjani itu sendiri.

Baca Juga :  Pemkab Didorong Prioritaskan Sumur Bor

Diketahui, setiap hari ada ratusan orang yang mendaki Gunung Rinjani, dengan berbagai kepentingan. “Mungkin tidak masalah kalau para pendaki itu sadar lingkungan, dan tidak membuang atau meninggalkan sampah di Gunung Rinjani. Tetapi yang tidak sadar lingkungan, dan membuang sampahnya sembarangan, ini yang bakal menjadi masalah,” ulas Faozal.

Karena itu lanjutnya, melalui kegiatan clean up seperti ini, paling tidak dapat mengurangi volume sampah di Gunung Rinjani. Sekaligus menjadi ajang untuk sosisalisai, dan edukasi (pembelajaran) kepada para pendaki untuk sadar lingkungan, dengan cara tiudak membuang sampah di Gunung Rinjani.

Sebagai salah satu ikon obyek wisata NTB yang telah mendunia tandas Faozal, permasalahan sampah Gunung Rinjani seharusnya sudah tuntas. Mengingat ceceran sampah itu justeru akan membuat para wisatawan menjadi tidak nyaman, dan otomatis ketika kembali ke daerah atau negara asal, mereka membawa cerita yang tidak berkesan.

“Terlebih Gunung Rinjani saat ini telah menyandang status sebagai Geopark Nasional, dan kini sedang harap-harap cemas menunggu keputusan lembaga internasional (PBB) untuk masuk dalam jaringan Unesco Global Geopark,” pungkas Faozal, seraya menyampaikan ucapan terima kasih kepada komunitas pencinta alam Sabda Alam, yang telah peduli terhadap kebersihan dan kelestarian Gunung Rinjani. (gt)

Komentar Anda