Infeksi Nosokomial adalah infeksi yang terjadi atau didapatkan oleh pasien di rumah sakit. Yang awalnya pasien masuk tidak terinfeksi tetapi menjadi infeksi setelah dirawat di rumah sakit. Kondisi ini masih ditemukan di rumah sakit-rumah sampai saat ini.
ZULFAHMI-MATARAM
Dalam rangka menurunkan angka kejadian infeksi Nosokomial di RSUD Kota Mataram dokter dan pegawai yang bekerja di RSUD Kota Mataram , terus berusaha untuk menemukan berbagai acara. Salah satunya melakukan inovasi untuk bisa dengan mudah menekan terjadianya infeksi nosokomial yang banyak ditemukan setelah pasien dirawat di rumah sakit.
Berbagai inovasi yang coba dilakukan salah satunya dengan membuat program yang disebut dengan Kursi Cita (Kursus Singkat Cuci Tangan). Iya inilah inovasi yang dimunculkan oleh dr Emirald Isfihan Kepala Bidang Pelayanan dan Medik di RSUD Kota Mataram. Program Kursi Cinta yang ia cetuskan ini kini sedang diajukan untuk bisa diterapkan di RSUD Kota Mataram.” Ini proposal inovasi pelayanan yang akan diterapkan di RSUD Kota Mataram,” kata dr Emir kepada Radar Lombok Kamis kemarin (19/1).
Dipaparkan, infeksi Nosokomial adalah infeksi yang terjadi atau didapatkan oleh pasien di rumah sakit. Yang awalnya pasien masuk tidak infeksi tapi menjadi infeksi setelah dirawat di rumah sakit. Hal ini diakibatkan karena pencemaran atau penularan infeksi dari pasien lain, keluarga pasien, pengunjung rumah sakit atau pun dari petugas rumah sakit yang melayani pasien tersebut. Untuk menghindari agar pasien tidak terpapar atau terinfeksi, maka sesuai standar WHO diterapkan namanya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
[postingan number=3 tag=”features”]
Salah satu cara untuk pencegahan dan pengendalian infeksi tersebut dengan membiasakan diri mencuci tangan. Menurutnya, mencuci tangan adalah metode yang paling efektif untuk mencegah infeksi. “ Kemarin sudah diujicobakan untuk melihat respon masyarakat dan pengunjung di RSUD Kota Mataram,” jelasnya.
Ia menambahkan Kursi Cinta ini adalah program inovasi di RSUD Kota Mataram yang tujuannya untuk memberikan edukasi cara mencuci tangan yang baik dan benar namun dikemas dengan cara berbeda dengan fasilitas alat pijat yang sudah disiapkan oleh pihak rumah sakit. Edukasi kepada masyarakat ini dirasakan oleh dr Emir perlu untuk diberikan kepada masyarakat. Sampai saat ini budaya cuci tangan masih menjadi masalah hampir di seluruh rumah sakit untuk diterapkan secara maksimal.
Mencuci tangan tidak hanya ditujukan pada petugas rumah sakit, tetapi juga harusnya diterapkan oleh keluarga pasien maupun pengunjung rumah sakit. sesuai dengan standar WHO, mencuci tangan merupakan standar utama dalam upaya penerapan PPI rumah sakit. “ Cuci tangan merupakan metode yang efektif untuk meneka angka kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit,” tegasnya.
Selama ini rumah sakit mengalami kesulitan meningkatkan kesedaran masyarakat untuk melakukan cuci tangan. Kesulitan yang dialami rumah sakit terjadi karena kurangnya pemahaman dan kepedulian antara petugas rumah sakit dan keluarga pasien serta pengunjung. “ Atas dasar permasalahan tersebut, saya berinisiatif melakukan inovasi cara yang lebih menarik untuk mensosialisasikan dan membudayakan cuci tangan di rumah sakit,” jelasnya.
Untuk menjalankank inovasi ini pihaknya membutuhkan beberapa fasilitas kursi pijak dilengkapi alat cuci pijat hand rub. Tekniknya dalam waktu beberapa menit, nantinya akan ada petugas dari rumah sakit memberikan kursus singkat cara mencuci tangan kepada masyarakat di RSUD kota Mataram. Setelah kursus selesai masyarakat akan diberikan tanda bahwa dirinya sudah mengikuti kursus cuci tangan.
Diharapkan melalui metode ini, petugas rumah sakit berperan sebagai pelaksana dan instruktur bagi keluarga pasien dan pengunjung. Dengan berperan ganda, maka petugas rumah sakit dapat lebih paham dan peduli dalam menerapkan budaya cuci tangan.
Bagi keluarga pasien dan pengunjung, kursus singkat ini akan dapat memberikan pemahaman dan rasa aman terhadap perawatan pasien dalam pencegahan infeksi. Selain itu, akan tercipta suasana nyaman dan keakraban antara petugas rumah sakit dengan keluarga pasien dan pengunjung.” Fasilitas kursi pijat dapat dimanfaatkan untuk relaksasi petugas dan pengunjung rumah sakit,” tutup Emir.(*)