Cerita Pemandu Wisata Kampung Wisata Kawis Krisant Mataram

Cerita Pemandu Wisata Kampung Wisata Kawis Krisant Mataram
PENGUNJUNG : Pengunjung Kawis Krisant Lingkungan Banjar Selaparang nampak swafoto disalah satu spot d Kawis Krisant. (Zulfahmi/Radar Lombok)

Sejak  diresmikan  keberadaan kampung wisata (Kawis Krisant)  Lingkungan Banjar Selaparang Kelurahan Banjar Kecamatan Ampenan  kini menjelma menjadi destinasi baru di Kota Mataram. Keberadaan destinasi wisata di tengah kota ini menjadi jalan bagi warga sekitar terutama anak muda untuk mendapatkan pekerjaan dan mengumpulkan rupiah.


ZULFAHMI – MATARAM


Kebon Lelang, inilah nama yang lebih dikenal warga dari  Lingkungan Banjar  Selaparang  ini. Pada  bulan September 2017, kampung ini mendeklarasikan diri sebagai kampung wisata pertama di Kota Mataram.

Baca Juga :  Berkunjung ke Lombok Forgotten Children (LFC) Center Mataram

Keberadaan kampung wisata ini membawa warna baru bagi masyarakat sekitar terutama bagi para anak mudah. Pendiri Kawis Krisant, Aisyah Odist melibatkan masyarakat dan remaja sekitar untuk menjadi pemandu wisata bagi setiap tamu yang datang ke tempat ini. Pengunjung  bisa mendengarkan pemaparan  tentang kondisi kampung Kawis Krisant dari sebelum disulap sampai  kondisi sekarang ini.

Di tempat ini kurang lebih ada sekitar 9 spot lokasi yang ditawarkan kepada pengunjung. ” Ini dulu kondisi kumuh sebelum disulap, kini para tamu bisa lihat sendiri perbedaannya,” tutur salah satu pemandu wisata, Sulis, Kamis kemarin (16/11).

Sambil berjalan menyusuri trotoar perkampungan warga yang sudah dicat warna warni, gadis berusia 21 tahun  menuturkan setiap sudut dari kampung Kawis Krisant.  Satu persatu seti spot ia tunjukkan, mulai dari spot swafoto (selfie), dilanjutkan ke MCK dan fasilitas musala. Setelah itu dilanjutkan dengan taman  bunga Krisant, spot mancing, panggung hiburan dan berakhir dana taman pintar Kawis Krisant. ” Saya bersama dengan 23 teman satgas bergiliran menjadi guide bagi para tamu,” tuturnya.

Baca Juga :  Bekerja Sendirian, Kewalahan Tangani Pasien

Setiap hari mereka bekerja dan melayani setiap ada tamu yang datang. Mereka tidak bekerja secara sukarela tetapi dari pengelolaan atau oleh pendiri memberikan mereka upah dari aktivitas  yang mereka lakukan. Karena untuk bisa masuk ke Kawis Krisant ini pengelolaan sudah menjualnya dalam bentuk paket wisata. Dari setiap paket wisata yang terjual para pemandu wisata  sudah mendapatkan persentase dari para tamu yang datang.

Tidak hanya pemandu wisata, warga juga mendapatkan dampaknya. Warga   berjualan  makanan atau santapan untuk para tamu yang berkunjung. ”  Ada kegiatan bagi kami anak remaja di lingkungan ini,” ungkapnya.

Setelah hampir 2 bulan dibuka untuk umum, kini jumlah pemuda yang dilibatkan semakin banyak. Saat ini ada sekitar 45 satgas yang sudah bergabung dari yang sebelumnya hanya 23 orang. ” Jumlah satgas bertambah menjadi 45 orang,” kata Aisyah.

Tadinya para satgas berasal dari pemuda di sekitar Kawis Krisant. Setelah melihat kegiatannya positif, pemuda yang lain   ingin ikut bergabung dan saat ini jadilah mereka satgas junior.

Jumlah pengunjung ke kampung wisata ini terus bertambah. Pada bulan  Agustus ada 172 pengunjung, bulan September 355 dan pada bulan Oktober 357 pengunjung. Bagi   tamu yang datang terdapat berbagai pilihan paket  diantaranya  ada paket workshop  dan pelatihan daur ulang di sektor 2 ( bank sampah). Paket camping di sektor 3 (taman pintar) dan paket homestay ( di rumah warga).” Dari penjualan paket ini nanti guide kami berikan honor,” jelasnya.

Baca Juga :  Kisah Kades Mareje Induk Raih Penghargaan Kapolda NTB

Sekali memandu wisawatan, pemandu wisata mendapat Rp 5 ribu. Dalam satu hari mereka bisa memandu  sampai 3 kali. Setelah satu bulan, baru upah pemandu wisata diberikan. Sedangkan satgas yang tidak menjadi pemandu wisata, mereka tetap mendapatkan upah dari usaha sablon dan oleh- oleh yang dikelola.(*)

Komentar Anda