Cerita Joki Cilik Mataram Menaklukan Kuda di Balapan

Meski tidak setenar balapan kuda yang ada di Bima, Tetapi di Mataram joki-joki cilik juga banyak bermunculan. Mereka berlatih secara amatir bersama teman-teman sebayanya

 


ZULFAHMI-MATARAM


 

 

Kota Mataram pernah merasakan masa kejayaan pacuan kuda pada era  tahun 1990. Saat itu, Kota Mataram memiliki lintasan balap kuda di Selagalas. Banyak pecinta olahraga ini yang rela merogok kocek dalam-dalam untuk membeli kuda pacu.

Saban hari, lomba pacuan kuda sering digelar. Lomba pacuan kuda ini tidak lepas dari peran para joki. Umumnya para joki ini anak-anak hingga remaja. Di Kota Mataram, ada kampung yang oleh para pecinta kuda pacu disebut sebagai kampung joki, yakni lingkungan Gubuk Mamben Sekarbela.

Di lingkungan ini,  anak-anak usia sekolah dasar sudah disiapkan menjadi joki cilik. Dengan sarana dan prasarana terbatas, mereka berlatih dengan teman-teman sebayanya.  Latihan pun dilakukan di pantai Tanjung Karang.

Baca Juga :  Joki Mutasi Gentayangan, Nama Bupati Diobral

Bunawan Hadi  murid  kelas VI SDN   45 Mataram berasal  mengaku sudah dua tahun menjalani  joki cilik. Selama dua tahun ia mengaku sudah empat kali turun dibalapan kuda yang digelar  di Praya Lombok Tengah. Dari empat kali turun di balapan kuda itu Bunawan hadi pernah mendapatkan juara dua.

Selama mengikuti lomba ia hanya dikasi bayaran dari Rp 50 ribu sampai  Rp 100 ribu. Kalau juara hadiahnya diambil oleh pemilik kuda, sedangkan dirinya hanya menerima upah sebagian dari hadiah yang ia terima." Paling dikasi Rp 50 ribu, sisanya diambil pemilik kuda," tutur Hadi kepada Radar Lombok kemarin.

Baca Juga :  Joki Mutasi Gentayangan, Nama Bupati Diobral

Bagi Bunawan, sebenarnya bukan upah yang membuatnya ikut lomba pacuan kuda. Menurutnya, dia menyukai pacuan kuda. Apalagi di lingkungannya banyak anak-anak sebayanya juga ikut jadi joki. " Tidak pernah takut, karena senang naik kuda," terangnya.

Bunawan sendiri tidak memiliki kuda pacu. Saat diajak teman-temannya yang memiliki kuda, baru dia ikut berlatih. Dalam sepekan, mereka berlatih tiga kali, hari Rabu, Jumat dan Minggu. " Kami sering latihan di pantai," terangnya.

Kegemaran Bunawan pada pacuan kuda justru didukung orangtuanya. Meski beberapa kali dia terjatuh saat latihan, orangtuanya memberikannya semangat agar terus berlatih. Namun aktivitasnya menjadi joki cilik tidak diketahui oleh pihak sekolah." Ibu bapak saya tahu, kalau guru tidak tahu saya jadi joki," tuturnya. (*)

Komentar Anda