Bisa Cemburu Saat Sang Pawang Melatih Anjing Lain

ANJING PELACAK: Personel Unit Satwa atau K9 Polda NTB tengah melatih anjing pelacak Selasa kemarin (6/12). Anjing pelacak ini dilatih khusus oleh pawang (Ali Ma'shum/Radar Lombok)

Anjing adalah salah satu jenis hewan peliharaan yang digemari oleh banyak masyarakat. Selain untuk dipelihara, hewan yang satu ini juga membantu penyelidikan tindak kriminal atau kejahatan. Seperti anjing yang digunakan oleh kepolisian di unit satwa atau K9 Polda NTB.

 

 


ALI MA’SHUM—MATARAM


 

Selasa kemarin (6/12), gonggongan  anjing  terdengar keras saat koran ini  mendatangi Mako Polisi Satwa Polda NTB di Jalan Majapahit Mataram. Anjing ini dirawat khusus oleh unit satwa atau K9.  Saat ini ada delapan ekor anjing di unit satwa ini. 

Anjing ini memiliki kelebihan tersendiri dibanding anjing biasa lainnya. Anjing ini  diseleksi dan dilatih khusus untuk membantu tugas kepolisian. Anjing ini  memiliki kemampuan luar biasa seperti melacak lokasi narkotika, kriminal umum, menstrilkan bahan peledak (handak) , pembubaran massa hingga digunakan untuk membantu tim SAR.

Dari delapan ekor yang ada,  dua ekor untuk melacak narkotika, dua ekor bahan peledak, dua ekor pelacak kriminal umum (cakum) dan SAR. Semuanya  berasal dari luar negeri seperti anjing jenis Malinois dari Belgia, Labrador Retiver dari Inggris maupun jenis Sherved yang berasal dari Jerman. ‘’ Delapan anjing K9 yang kita punya ini memang berasal dari luar negeri semua dan tidak sembarang,’’ ujar Kanit Satwa Polda NTB Iptu I Komang Sudiana kepada Radar Lombok, Selasa kemarin (6/12).

Karena memiliki kemampuan yang luar biasa, anjing ini pun memiliki harga yang sangat mahal. Untuk jenis Malinois yang digunakan untuk melacak narkotika, harganya  di atas Rp 180 juta. Bahkan, anjing yang digunakan untuk SAR harganya menembus Rp 190 juta. Anjing-anjing dikirim ke Polda NTB dari Mabes Polri saat berumur 2,5 tahun. ‘’ Jadi memang sangat mahal. Ini semuanya dikirim langsung dari Mabes Polri. Kita disini hanya mengajukan dan menerima saja,’’ katanya.

Baca Juga :  Pengangguran Terbuka Berhasil Ditekan

Setelah didatangkan, anjing-anjing tidak langsung dilatih. Melainkan pawang akan menyatukan diri dengan anjing yang dilatihnya. Proses ini disebut oleh satwa dengan istilah simbiosis. “ Jadi tidak ujug-ujug langsung dilatih. Dipelajari dulu karakteristiknya. Karena anjing itu ada yang cuek, egois bahkan dipanggil saja tidak mau. Jadi dasarnya menyatukan diri dulu baru dilatih,’’ imbuhnya.     Dikatakannya, satu ekor anjing akan dilatih dan dipelihara oleh satu pawang. Pawang ini juga tidak diperbolehkan untuk melatih anjing lainnya. Karena anjing yang semula dilatihnya bisa cemburu. ‘’ Kalau pawangnya dilihat melatih anjing lain, anjing yang dilatih bisa cemburu dan marah. Kalau sudah cemburu dia bisa menyerang pawangnya,’’ ungkapnya.

Hanya pawang yang bisa mengendalikan anjing-anjing ini.  ‘’ Kalau diperintah oleh orang lain itu tidak mau. Kalau pun mau nanti dia asal-asalan saja saat diperintah. Ini tidak segampang mengoperasikan mesin atau alat. Jadi harus dipegang oleh pawangnya,’’ imbuhnya. 

Untuk makanan, anjing-anjing ini juga ada menu khususnya.  Seperti diberikan pedigree yang berbentuk butiran dicampur dengan  telor kampung. K9 ini juga diberikan susu sebagai minumannya. Selain itu, juga disediakan vitamin dan kalsium untuk menguatkan tulang. ‘’ Untuk makanan satu anjing itu dijatah Rp 45 ribu per hari. Itu sudah disediakan oleh rekanan. Kita hanya mengajukan saja makanan apa yang dibutuhkan,’’ ungkapnya.

Baca Juga :  Pertanian Holtikultura NTB Belum Sesuai Harapan

Melatih anjing ini juga ada kendalanya. Karena berasal dari luar negeri,  pada musim kemarau anjing-anjing akan mengeluarkan darah dari hidungnya (mimisan). ‘’ Kalau sudah begitu kita bawa ke dokter dan kita kompres pakai es batu,’’ terangnya.

Sudah tidak terbilang kasus yang berhasil diungkap oleh K9 ini. dimulai dari penemuan narkotika. Pembunuhan di Lombok Tengah hingga pencurian di Ampenan. ‘’ Pencurian mutiara di Ampenan contohnya. Anjing ini langsung melompat dan menyerang pelaku yang saat itu pura-pura menonton polisi yang sedang menyelidiki TKP. Itu dilakukan karena jejak dan aroma tubuh pelaku memang tercium,’’ terangnya.

Bripda Marselinus, salah seorang pawang K9 jenis Melanois mengatakan, dirinya sudah 3 tahun bersama dengan anjing yang dilatihnya. Ia juga mengakui memerlukan waktu untuk menyatukan diri. Sebelum akhirnya dilatih untuk diperintah. ‘’ Perlu saling mengenal dulu untuk menyatukan diri. Setelah itu baru dilatih. Kalau tidak begitu dia tidak akan mendengar perintah dari saya. Jadi tahapan dan kualifikasi sebelum dilatih itu ada,’’ katanya.

Menjadi personel K9 kata dia, dasarnya memang harus menyenangi binatang. Jika tidak, maka tidak akan bisa menyatukan diri dengan yang dilatih. Ia juga mengaku sangat senang menjadi anggota K9. ‘’ Senang karena ini memang hobi saya. Kalau sedih atau ada dukanya lebih baik saya tidak menjadi pawang K9,’’ ujarnya seraya terus mengelus anjing jenis Melanois seharga Rp 180 juta. (*)

Komentar Anda