
MATARAM—Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) NTB mengadakan silaturrahmi dan koordinasi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) NTB, dalam upaya pencegahan radikalisme dan terorisme. Silaturrahmi yang diselenggarakan di kantor MUI NTB di Mataram, Senin kemarin (16/3), sekaligus untuk memperkenalkan pengurus baru FKPT NTB periode 2020-2022 yang baru dilantik dua bulan lalu.
Ketua FKPT NTB, Dr H Lalu Syafi’i mengungkapkan, FKPT dibentuk oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam upaya mencegah radikalisme dan terorisme di daerah dengan melibatkan elemen masyarakat . ‘’FKPT adalah kepanjangan tangan dari BNPT untuk menjalankan tugas dan pekerjaan yang telah dilaksanakan BNPT. Di luar tugas tersebut, kita berharap FKPT NTB bisa melaksanakan kegiatan lainnya dengan dukungan dana dari Pemda melalui APBD,’’ katanya.
Dijelaskannya, MUI sebagai bagian dari organisasi kemasyarakatan diharapkan bisa ikut membantu dalam mencegahan radikalisme di daerah NTB. ‘’Kita tahu bahwa simpul-simpul radikalisasi di daerah ini banyak diketahui oleh MUI. Dari informasi ini diharapkan kita bisa bekerjasama dalam mencegah radikalisme dan terorisme,’’ sebutnya.
Lalu Syafi’i menyebutkan NTB masih menjadi daerah zona merah perkembangan radikalisme seperti di Bima, Dompu dan Sumbawa Barat. Informasi yang ia dapat dari BNPT ada sejumlah orang dari Bima yang telah terpapar radikalisme dan terorisme. Mereka ini ada yang menjadi pelaku pengeboman, pembuat bom dan juga ada yang melakukan dakwah berbau radikal.
Lebih lanjut ia mengamukakan, langkah yang dilakukan BNPT untuk menanggulangi radikalisme dan terorisme melalui program sinerginitas yang melibatkan kementerian. Banyak hal yang dilakukan dalam program ini seperti program kontra radikalisasi, deradikalisasi dan pemenuhan sarana. Para napiter dan mereka yang terpapar dilakukan pembinaan melalui pendekatan humanis seperti memberi bantauan tempat pendidikan dan perbaikan ekonomi sosial. ‘’Kita sudah sering melakukan silaturahmi dengan MUI dan FKPT untuk mencegah radikalisasi di daerah ini,’’ katanya.
Sementara itu Ketua MUI NTB, Profesor Syaiful Muslim mengatakan bahwa MUI mendukung kerjasama dengan FKPT, Kesbangpol, aparat kepolisian dan lainnya ikut membantu menanggulangi readikalisme di daerah ini. ‘’Tugas kita adalah bagaimana melibatkan masyarakat untuk mencegah radikalisme,’’ kata mantan Ketua FKPT NTB dua periode ini.
Syaiful Muslim berharap bahwa program kerja yang dilakukan FKPT NTB tidak hanya berkisar pada program kerja yang telah dibuat BNPT, tapi bisa melaksanakan program kerja lainnya yang mendukung pencegahan radikalisme di daerah ini. Ia tidak ingin FKPT hanya sebagai pelaksana tugas BNPT dimana semuanya sudah diatur pusat.
‘’Mudah-mudahan dengan kepengurusan yang baru ini, FKPT NTB lebih nampak actionnya, tidak hanya nunut informasi dan nunut penyelesaian lembaga lain di daerah ini. Kita berharap FKPT NTB diberi kebebasan untuk melaksanakan kegiatan,’’ pintanya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Forum Kerukunan Ummat Beragama (FKUB) NTB sekaligus pengurus MUI, Drs H Syahdan Ilyas MM, menilai koordinasi yang dilakukan FKPT NTB dalam pencegahan radikalisme dan terorisme sudah cukup bagus, karena sudah melakukan koordinasi dan kerjasama dengan BNPTserta lembaga lainnya.
Menurutnya, langkah-langkah yang bisa dilaksanakan untuk mencegah radikalisme dan terorisme adalah melakukan pendekatan agama, pendekatan persuasif, pendekatan kearfian lokal, melakukan pencegahan dan terakhir melakukan tindakan represif . ‘’Kita (MUI NTB, red) telah melaksanakan dakwah dan melakukan pembinaan ummat,’’ ucapnya.
Dijelaskannya, akar dari persoalan radikalisme yaitu idiologi dan. Ia melihat soal pemahaman agama yang masih kurang bisa mendorong seseorang bertindak di luar akidah agama. Ditambah lagi kemiskinan dan ketimpangan sosial di tengah masyarakat bisa menyulut seseorang bertindak radikal.(tn)