Bupati Pelopori Gerakan Kembali ke Khittah Pendidikan

H Najmul Akhyar (HERY MAHARDIKA/RADAR LOMBOK)

TANJUNG-Bupati Lombok Utara DR H Najmul Akhyar SH MH mempelopori ‘Gerakan Kembali ke Khittah Pendidikan’.

Program ini menjadi salah satu visi dan misi Pemkab Lombok Utara di bawah kepemimpinan Bupati DR H Najmul Akhyar SH MH dan Wakil Bupati Syarifudin SH. Salah satu yang mendasari gerakan ini adalah untuk menjawab keresahan masyarakat terhadap kemajuan dan perkembangan ilmu pendidikan dan teknologi saat ini. Di mana semua itu memerlukan perpaduan antara nilai-nilai agama dan ilmu pengetahuan. Sehingga diharapkan mampu melahirkan generasi baru yang berilmu, beriman dan berakhlak mulia demi membangun dunia pendidikan yang lebih baik. “Gerakan kembali ke khittah pendidikan salah satu visi dari Kabupaten Lombok Utara. Awal mula gerakan ini muncul, ada merasa keresahan selaku kepala daerah melihat kondisi dunia pendidikan. Arah pendidikan ini harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu menciptakan manusia yang beriman dan berakhlak mulia,” tutur bupati selaku pelopor langsung lahirnya gerakan ini kepada Radar Lombok, Selasa (7/3).

Dalam realitasnya ada beberapa hal yang perlu pembenahan seperti struktur kurikulum pendidikan. Menurut Najmul, jika melihat pelajaran agama dan pelajaran berbasis moral di setiap sekolah sangat kurang hanya 2 jam dalam seminggu. Bahkan, realitasnya di lapangan pada saat menjelang Ujian Nasional (UN). Siswa-siswi kelas 3 nyaris tidak pernah diajarkan pendidikan agama dan moral karena dianggap bukan mata pelajaran favorit dan tidak di UN-kan sehingga siswa-siswi fokus pada pelajaran yang di-UN-kan (inti) seperti Matematika, Fisika, Bahasa Inggris. “Padahal, semestinya pada saat selesai di jenjang SMA/SMK sederajat seharusnya penanaman pendidikan moral itu lebih kuat karena mereka akan terjun ke masyarakat atau melanjutkan studi ke perguruan tinggi,” imbuhnya.

Akhirnya, ia berpikir bagaimana setiap pelajaran harus ada nilai-nilai moral dalam mata pelajaran agama di sekolah-sekolah. Maka dengan lahirnya Gerakan Kembali ke Khittah Pendidikan bagaimana menginternalisasi nilai-nilai moral dalam setiap mata pelajaran yang ada. Umpamanya, siswa-siswa belajar ilmu biologi dengan teori-teori Darwin maka guru harus pandai menjelaskan dengan pendekatan keagamaan sehingga tidak sekedar berbicara teori tersebut. “Di sini lebih mengedepankan pendekatan agama,”

[postingan number=3 tag=”klu”]

Gerakan ini dimaksudkan akan ada transformasi nilai iman dan taqwa supaya selaras dengan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mengkedepankan pendidikan akhlak, mental dan spiritual melalui penanaman nilai-nilai agama dan praktek dalam perilaku sehari-hari siswa, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Gerakan ini merupakan gerakan pengembangan moral bagi peserta didik dari tingkat SD, SMP dan SMA serta untuk lembaga pendidikan agama (madrasah). “Sebab masih banyak hal-hal yang harus kita perbaiki dalam dunia pendidikan, karena  selama ini masalah moral tidak pernah dijadikan syarat dalam kelulusan siswa. Padahal ini merupakan  hal yang sanga vital dalam pribadi siswa,” tandasnya.

Baca Juga :  UIN Mataram Siapkan 3.000 Kursi Calon Maba

Untuk mendukung gerakan ini. Pihaknya sudah membuat dan menerbitkan buku panduan yang menjadi pegangan siswa untuk menjadi lembar penilaian sikap dan karakter mereka. Salah satu buku panduan seperti semacam syarat kecapakan khusus (SKK) dan syarat kecapakan umum (SKU). Buku ini sudah disebarkan ke semua sekolah baik umum maupun lembaga pendidikan agama mulai dari tingkat TK/PAUD, SMP/MTs, SMA/SMK sederajat. Di dalam format buku panduan sudah ada jadwal kegiatan pendidikan nilai-nilai agama dan berbasis moral serta muatan lokal (budaya). “Siswa-siswi langsung dibimbing guru di sekolah sesuai kegiatan pada hari tersebut. Setelah mereka mendapatkan bimbingan, siswa selanjutnya dites oleh gurunya sendiri. Nanti akan dilihat persentase nilainya dari tandatangan yang diberikan gurunya. Jika hasil ujiannya baik maka direkomendasikan akan bisa ikut ulangan. Sementara, agama Budha dan Hindu juga sudah diatur. Gerakan ini lebih ditekankan pada pendidikan moral dan mental,” terangnya.

Selain itu, pemerintah daerah membangun tempat-tempat ibadah di jenjang pendidikan secara bertahap. Jika sebagian besar siswa di satuan pendidikan itu beragama Islam maka akan dibangunkan musala. Begitu juga sebaliknya ketika agama Budha dan Hindu lebih banyak akan dibangunkan tempat ibadah mereka. Pada tahun kemarin, pemerintah daerah sudah memberikan stimulus sebesar Rp 20 juta per musala. “Dan saat ini sudah banyak sekolah-sekolah punya tempat ibadah,” ungkapnya.

Selanjutnya, pendidikan Imtaq yang rutin dilaksanakan setiap hari jumat. Saat ini harus menjadi pelajaran utama yang berkualitas dengan memberikan mata pelajaran agama. Kedepan pemerintah daerah akan mengadakan Ujian Pertama dengan materi berbasis pendidikan agama dan moral. “Banyak sekali yang ingin kami lakukan melalui gerakan ini. intinya kami ingin meluruskan arah pendidikan sesuai format nasional yaitu mendidik manusia beriman dan berakhlak mulia. Kita harapkan akan terus berkembang, dan kita akan tetap mengevaluasinya bagaimana kedepannya,” harapnya.

Baca Juga :  Hardiknas Dipusatkan di Lapangan Puyung

Ditambahkan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Lombok Utara Suhrawardi melalui Sekretaris Dinas Muhammad Najib menyatakan, Dinas Pendidikan selaku leading sektor gerakan ini telah membentuk tim pengembang Gerakan Kembali ke Khittah Pendidikan dan tengah menyusun peraturan daerah (Perda). Tim pengembang sendiri sudah bekerja dengan melahirkan buku panduan gerakan kembali ke khittah pendidikan mulai dari PAUD/TK, SMP/MTS, SMA/SMK/MA. Dan dalam program ini juga menyasar lembaga pendidikan agama (madrasah) sebagai bentuk berkeadilan. “Meskipun SMA/SMK sudah diambil alih pemprov, namun pak bupati tetap mengharapkan dan meminta ikut menerapkan gerakan tersebut,” terangnya.

Di dalam buku pendidikan sudah terjadwal apa yang menjadi kegiatan pada setiap hari mulai dari Senin-Sabtu. Kemudian, level siswa sudah menyiapkan panduan sarat-sarat kecakapan siswa, seperti berupa sikap, moral, nilai-nilai kebangsaan, nilai-nilai lokalitas/muatan lokal (budaya). Itulah diharapkan sesuai jenjang pendidikan untuk diamalkan dan guru diminta untuk mengetesnya. “Yang menerbitkan buku panduan dinas sendiri. Dan pihaknya juga tetap memantau sejauhmana penerapan gerakan kembali ke khittah pendidikan ini di masing-masing sekolah. Penyusuan buku panduan ini telah melibatkan unsur agama islam, budha, dan hindu serta unsur pendidikan,” jelasnya.

Dari hasil evaluasi ini sudah banyak sekolah yang menerapkan seperti guru menyambut siswa didepan pintu sekolah, kegiatan Imtaq sudah aktif, pakaian-pakaian seragam dan adat yang sudah diberikan jadwal. Misalkan hari Rabu memakai baju adat sesuai yang ada di Lombok Utara, sehingga secara tidak langsung telah mengajarkan nilai-nilai keragaman untuk bertoleransi. “Begitu juga bagi agama non islam diberikan bimbingan oleh-oleh guru sesuai keyakinannya. Sehingga mereka merasa sadar berasal dari berbagai suku agama yang berbeda, disana tanamkan pupuk kebersamaan bhinneka tunggal,” paparnya.

Pelaksanaan gerakan ini, pihaknya juga telah membentuk tim evaluasi dan monitoring dengan melibatkan pengawas yang akan dilakukan per semester. Sebab sebelum semester siswa-siswi harus diuji dulu gerakan tersebut. “Nanti kita akan menurunkan pengawas ke sekolah-sekolah untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan gerakan kembali ke khittah pendidikan tersebut. Dari hasil evaluasi kita akan terus meningkatkan gerakan ini,” pungkasnya. (flo)

Komentar Anda