Bupati KLU: Banjir Setiap Tahun Terjadi

BANTU WARGA: Bupati KLU, H Djohan Sjamsu saat mendatangi warga yang terdampak bencana banjir bandang di Dusun Setangi, Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, Senin (17/10). (DERY HARJAN)

TANJUNG–Bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda beberapa dusun di Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, KLU, pada Minggu lalu (16/01), butuh penanganan maksimal.

Dampak dari bencana itu cukup serius menimpa warga di empat dusun, yakni Dusun Bajur, Setangi, Malimbu dan Lendang Luar.
Bupati KLU, H Djohan Sjamsu mengatakan bahwa bencana ini harus disikapi dengan sabar. Bencana ini terjadi karena ulah manusia juga yang sering menebang pohon sembarangan di hutan. “Makanya nanti kita berencana menanam pohon keras. Itu nanti harus dipelihara oleh masyarakat untuk mencegah terjadinya bencana,” ujarnya saat mengunjungi warga terdampak di Dusun Setangi.

Bupati Djohan juga berharap masyarakat tetap waspada. Pasalnya, bencana bisa mengancam kapan saja. Terlebih di musim hujan seperti sekarang ini. “Tetap bersabar. Kami selaku pemerintah daerah bersama dengan pemerintah provinsi mencari solusi bagaimana ke depannya pembangunan infrastruktur untuk mengatasi masalah banjir dan longsor ini,” ucapnya.

Kesempatan itu, Bupati juga secara simbolis menyerahkan bantuan dari Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos PPPA) KLU, berupa beras 475 kg, tikar matras 2 paket, kidwear 2 boks, perlengkapan dapur keluarga 4 boks, terpal 2 buah dan selimut 2 buah. “Semoga ini bisa membantu,” harapnya.
Senada, Wakil Bupati KLU Danny Karter Febrianto menambahkan bahwa pihaknya akan berbuat maksimal dalam penanganan bencana banjir dan tanah longsor tersebut. “Saya mengharapkan masyarakat agar tetap waspada, karena hujan masih akan terus terjadi,” ingatnya.

Zakaria, warga Dusun Malimbu mengatakan kalau daerahnya selalu jadi langganan banjir setiap tahun. Hanya saja baru kali ini yang terparah. “Tahun kemarin juga banjir, tetapi tidak separah ini. Tinggi sekali airnya, hampir 1 meter naiknya,” ujarnya.
Banjir terjadi akibat air di sungai meluap usai hujan yang cukup deras. Dampak dari banjir tersebut, beberapa barang berharga mulai dari pakaian, peralatan dapur, hingga peralatan dia untuk mencari nafkah seperti mesin senso ikut hanyut terbawa arus. “Mungkin itu nilainya tidak seberapa, tetapi sangat berharga bagi kami,” ucapnya.
Warga lainnya di Dusun Bajur, Muhammad Husain juga mengatakan hal yang sama. Rumahnya yang paling terdampak di dusun tersebut. Sebab, lokasinya paling dekat dengan sungai. “Air masuk ke dalam rumah. Beberapa barang berharga ikut hanyut. Paling banyak itu pakaian. Termasuk pakaian sekolah anak-anak,” ungkap bapak delapan anak ini.
Selain menghanyutkan barang berharga akibat banjir tersebut juga merusak beberapa bagian rumahnya. Terutama untuk kamar mandinya. “WC tidak bisa terpakai sekarang,” bebernya.

Kondisi rumah Husain sampai saat ini belum bisa ditempati. Selain karena belum dibersihkan juga karena ia masih takut air sungai depan rumahnya meluap lagi karena hujan masih terus terjadi. Untuk sementara ia pun terpaksa mengungsi ke rumah tetangga, karena belum ada tenda pengungsi. “Kita butuh tenda sebenarnya, tetapi belum ada datang,” pasrahnya.
Kepala Desa Malaka, H. Ikhwan mengatakan bahwa banjir memang setiap tahun terjadi, dan tahun ini yang terparah. Begitu juga dengan tanah longsor, dimana tahun ini ada sekitar 40 titik longsoran. “Banjir dan longsor ini terjadi karena efek gempa tahun 2018 lalu. Jadi tanahnya masih labil,” jelasnya.
Akibat bencana banjir dan longsor, ada 473 KK atau 1.442 jiwa di empat dusun yang terdampak. Beberapa rumah warga juga rusak berat, dari sekitar 182 rumah yang dimasuki air banjir bandang. Untk itu, ia pun berharap pemerintah kabupaten hingga provinsi segera mengambil tindakan. “Saat ini warga butuh tenda pengungsian dan makanan serta minuman. Warga tidak bisa masak karena alat masak maupun bahan makanan banyak yang hanyut,” ucapnya. (der)

Komentar Anda