Buntung, Perajin Gerabah di Lombok Tengah Pilih Jadi Pemulung

Usaha Mati Suri, Pemda Bangkitkan Lagi

Perajin Gerabah di Lombok Tengah Pilih Jadi Pemulung
DISKUSI: Para perajin dan pengusaha gerabah saat berdiskusi menjalin mitra dengan pemilik hotel dan homestay yang difasilitasi Disperindag Lombok Tengah. (M Haeruddin/Radar Lombok)

PRAYA – Merosotnya usaha gerabah kembali memantik semangat Pemkab Lombok Tengah, untuk membangkitkan usaha kerajinan itu.

Upaya ini tercermin dalam pertemuan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Lombok Tengah dengan pengusaha gerabah dan hotel di aula kantor bupati, Kamis kemarin (16/10). Dalam pertemuan itu terungkap, bahwa keberadaan perajin dan pengusaha gerabah semakin merosot. Jumlah pengusaha yang dulunya mencapai ratusan orang, kini hanya tersisa 40 orang.

Karenanya, Disperindag mengusulkan agar pengusaha gerabah ini menggandeng hotel dan homestay. Dengan demikian, maka keberadaan gerabah ini akan tetap eksis dengan tetap dipromosikanya oleh pihak hotel atau homestay. Baik secara langsung maupun tidak langsung kepada wisatawan. ‘’Dengan kemitraan yang coba kita bangun, diharapkan mampu membangkitkan kembali para perajin kita yang saat ini ibarat hidup segan mati tak mau,’’ cetus Kepala Disperindag Lombok Tengah H Saman.

Baca Juga :  Bibit Subsidi Bikin Petani Merugi

Dijelaskannya, upaya ini juga untuk menyongsong keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika. Jika tidak segera dibangkitkan kembali, maka tidak menutup kemungkinan perajin dan usaha gerabah akan tutup total. Di samping memang, banyak perajin dan pengusaha gerabah yang sudah beralih profesi.

Pihaknya juga berencana akan melakukan revitalisasi dengan meningkatkan daya saing industri dan perdagangan. Di era gelobalisasi saat ini, perlu juga menciptakan iklim usaha yang kondusif. ‘’Kita terus melakukan berbagai strategi agar kedepan kerajinan gerabah yang sudah terkenal di dunia ini. Bisa bangkit kembali dan ini harus menjadi tanggung jawab kita semua,” imbuhnya.

Ungkapan sama juga disampaikan Sekda Lombok Tengah HM Nursiah, tak sedikit perajin dan pengusaha gerabah beralih profesi. Ironisnya, tidak jarang para perajin memilih menjadi pemulung. Salah satu penyebabnya adalag faktor ekonomi. Para perajin bukannya mendapatkan untung dari hasil usaha dan kerajinannya, tapi malah buntung.

Keberadaan mereka kian hari terus dibabat kemajuan zaman dan teknologi. Sehingga harus ada terobosan baru dalam menciptakan iklim usaha yang sehat. ‘’Salah satunya adalah dengan revitalisasi usaha ini. Mulai dari mengembangkan produk yang berkualitas dengan memotivasi perajin dan pengusaha. Dan, dengan menggandeng pengusaha hotel dan penginapan tadi,’’ jelasnya.

Mantan Asisten III ini lantas menerangkan, dalam membangkitkan semangat perajin, maka tidak hanya memberikan modal usaha. Akan tetapi, pangsa pasar juga perlu diperhatikan. Karena selama ini banyaknya perajin yang mati suri lantaran produk mereka tidak bisa masuk pangsa pasar. ‘’Untuk itu ketersediaan pemasaran juga perlu diperhatikan agar kedepan kepastian akan hasil mereka bisa dinikmati dengan sebaik-baiknya,” katanya.

Terlebih, lanjut dia, untuk saat ini alat-alat perajin masih ada. Cuma, kurangnya motivasi membuat para perajin merasa enggan membuka kembali usahanya. Karenanya, menjadi tugas pemerintah untuk berani menjaminan eksistensi pangsa pasar ini, baik untuk saat ini maupun kedepannya. ‘’Dengan kerja sama semua elemen, termasuk pihak perhotelan dan homestay sangat-sangat kami butuhkan untuk membangkitkan kembali usaha ini,’’ harapnya.

Baca Juga :  Dewan Lombok Tengah Pertanyakan Pembagian Daging Gratis

Merosotnya usaha kerajinan gerabah ini secara teknis dijelaskan Kabid Perindustrian Diperindag Lombok Tengah, Baiq Aini Mardiana. Dia mengatakan, merosotnya usaha gerabah ini kurangnya orderan dari daerah luar. Produk lokal banyak sekali dijual di luar daerah, seperti di Bali. Tapi semenjak adanya bom Bali tahun 2002, membuat para perajin banyak gulung tikar. “Untuk itu kita bangkitkan kembali dengan melakukan mitra bersama hotel dan homestay, agar produk lokal bisa ada di masing-masing hotel,” timpalnya. (cr-met)

Komentar Anda