Bulog Hilang, Harga Beras Makin Melonjak

Pedagang beras di pasar tradisional terpaksa menaikkan harga jual, karena beras medium langka.(RATNA / RADAR LOMBOK)

MATARAM – Harga beras medium di sejumlah pasar di Kota Mataram kembali meroket hingga mencapai Rp12 ribu per kilogram. Harga tersebut jauh lebih tinggi dari Harga Eceran Tertinggi (HET) yang baru saja dinaikkan Pemerintah seharga Rp10.900 per kilogram.

“Beras Bulog kosong di pasar sudah beberapa hari ini yang ada hanya beras premium. Makanya harga beras sekarang mahal,” kata Kepala Pasar Kebon Roek, Ampenan Malwi kepada Radar Lombok, Jumat (24/3).

Menurut Malwi, normalnya harga beras medium seharga Rp230 ribu per karung atau per 25 kilogram. Saat ini harga beras medium sudah merangkak naik menjadi Rp 275 ribu per karung atau sekitar Rp11 ribu per kilogram. Sementara harga beras premium masih bertengger di angka Rp13 ribu per kilogram.

Malwi mengatakan sudah hampir sepekan keberadaan beras Bulog lenyap di pasaran. Hal itu diduga menjadi penyebab kenaikan harga beras medium di tingkat pedagang. Pihaknya mengaku tidak tahu pasti kenapa pasokan beras Bulog tidak masuk ke pasar. Padahal saat ini sedang musim panen.

“Apa alasannya tidak tahu, sehingga beras Bulog tidak ada yang masuk ke Pasar. Sudah mau seminggu tidak ada. Masyarakat banyak mengadu minyak muncul beras malah tidak ada,” ucapnya.

Baca Juga :  Program Desa Berdaya, PLN Buka 14 Lahan Kosong Warga Poco Leok Jadi Lahan Pertanian Hortikultura

Padahal saat Ramadan beras Bulog banyak diburu masyarakat, karena harganya yang murah. Namun kondisi di lapangan justru berbeda, sehingga hal tersebut banyak dikeluhkan masyarakat.

“Kalau harga beras premium tidak bisa berubah karena beras berkelas. Yang bermasalah sekarang ini beras medium dari Bulog yang tidak ada,” terangnya.

Selain beras, beberapa bahan pokok yang juga mengalami kenaikan di pasar adalah cabai rawit tembus Rp90 ribu per kilogram untuk cabai kelas 1 dan Rp85 ribu per kilogram untuk cabai kelas dua. Selanjutnya ada komoditi telur ayam yang mencapai Rp50 ribu lebih per tray.

“Telur, cabai dan beras yang kenceng mahal harganya. Kalau ayam potong sudah kembali normal,” ujarnya.

Menanggapi hilangnya peredaran beras Bulog di pasaran, Pimpinan Wilayah Bulog NTB Abdul Muis Sayyed Ali mengatakan pihaknya akan segera melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah (Pemda) bersama Satgas Pangan untuk turun bersama-sama guna mengecek harga pangan di lapangan.

“Bulog akan mendisribusikan bila stok di masyarakat berkurang dan apabila harga tidak stabil,” katanya.

Baca Juga :  PHRI Siapkan 18.200 Kamar Hotel untuk Penonton WSBK

Muis mengklaim panen raya sudah berlangsung, ketersediaan beras di Provinsi NTB pun sangat tersedia. Demikian pula harga beras disebut-sebut sudah stabil, yakni berkisar antara Rp10 ribu hingga Rp11 ribu per kilogram. Harga Pembelian Pemerintah (HPP) dan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk gabah dan beras dilakukan oleh Perum Bulog sebagai operator. Muis menjelaskan Harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani sebesar Rp5.000 per kilogram (kg), GKP di tingkat penggilingan Rp5.100 per kilogram, Gabah Kering Giling (GKG) di penggilingan Rp6.200 per kilogram dan GKG di gudang Bulog Rp6.300 per perkilogram.

Sebelumnya HPP untuk GKP di tingkat petani adalah Rp4.200 dan Rp4.250 per kilogram di penggilingan. Sedangkan, HPP GKG dipatok Rp5.250 per kilogram di tingkat petani dan Rp 5.300 per kilogram di penggilingan. Sedangkan untuk HPP beras di gudang Bulog adalah Rp 8.300 per kilogram.

“Dengan ada kenaikan pembelian pemerintah dalam hal ini Bulog sebagai operatornya, harga beras semula Rp8.300 menjadi Rp9.950 per kilogram mendorong serapan Bulog bisa optimal,” tandasnya. (cr-rat)

Komentar Anda