
Jodoh memang tidak mengenal waktu dan tempat. Kalau sudah jodoh ada saja jalan dipertemukan oleh Tuhan. Hal ini yang kini dirasakan oleh pasangan pengantin Muhammad Anwir dan Johana Rebeka Katerina Veil
ZULFAHMI–MATARAM
Nyongkolan sudah menjadi tradisi budaya masyarakat Sasak. Nyaris setiap hari Minggu, ada saja rombongan Nyongkolan ditemukan di jalan-jalan. Pengantin pria dan perempuan dengan diiringi warga dengan berpakaian adat datang ke rumah orangtua pengantin perempuan.
Hari Minggu kemarin (18/9), ada pemandangan yang berbeda dari aktivitas nyongkolan warga di lingkungan Selagalas Kelurahan Selagalas Kecamatan Sandubaya Kota Mataram. Sepasang pengantinya ini berasal dari lintas negara dan suku bangsa. Mempelai perempuan Johana Rebeka Katerina Veil, 30 tahun warga negara Jerman dengan pengantin pria Muhammad Anwir,29 tahun warga lingkungan Selagalas Kota Mataram.
Selain pengantin perempuan bule, para pengirinya juga berasal para bule teman-teman Johana dan Anwir yang saat ini sedang liburan di Lombok.
Tak ayal, aktivitas Nyongkolan inipun disaksikan ratusan mata dan diikuti oleh ratusan warga. Bahkan ketika berada di jalan raya menjadi tontonan warga karena pengantin bule ini diarak keliling kampung oleh warga mulai dari Jalan Peternakan sampai ke Jalan Ahmad Yani.
Kedua pasangan ini sudah saling kenal sejak 3 tahun lalu. Saat itu, Johana sedang liburan di di Gili Trawangan sedangkan Anwir bekerja sebagai pemandu wisata (Guide).
Seiring berjalannya waktu merekapun berpacaran sampai pada akhirnya mereka berkomitmen untuk menikah. Setahun sebelum mereka memutuskan menikah, Johana yang bekerja di hotel di Swiss. memutuskan memeluk agama Islam (muallaf) untuk melancarkan hubungan mereka menjadi sepasang suami istri.
Anwir bersama kekasihnya juga pernah pergi ke Jerman untuk mempekenalkan diri kepada keluarga Johana tahun 2015 lalu. Keluarga merestui hubungan mereka. Akhirnya dua pasangan inipun disatukan dalam ikatan pernikahan dimana satu minggu yang lalu akan nikah Johana dan Anwir resmi menjadi sepasang suami istri setelah dinikahkan oleh wali hakim tanggal 11 September pekan lalu. ''Mereka dinikahkan wali hakim, karena orang tua Johana datang terlambat,'' kata Satar kerabat Anwir.
Satu minggu setelah pernikahan, sepasang pengantin ini menggelar resepsi pernikahan dan melaksanakan Nyongkolan." Mempelai perempuan sendiri yang minta Nyongkolan," tutur Ali Aswandi tetangga Anwir.
Bagi tetangga dan kerabat Anwir, Johana sudah tidak asing. Sebelum menikah, Johana sering datang ke kampung dan sering juga mengikuti kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan tradisi seperti Nyonkolan ini. " Kami sangat apresiasi ini menguhubungkan dua negara, jadi kita sangat dukung pekawinan antar bangsa," ungkap Ali yang juga seorang anggota DPRD Kota Mataram ini.
Nilai tambah yang bisa didapatkan dari perkawinan dua orang berbeda bangsa yaitu akan bisa menambah akses informasi dan tali persaudaraan antara warga Selagalas dengan keluarga pengantin wanita di Jerman.
Perjalan pernikahan kedua mempelain ini bukannya tanpa halangan. Dituturkan hampir 2 bulan setelah mereka menyatakan menikah, baru bisa melaksanakan akad nikah. Proses administrasi dan keimigrasian membuat pernikahan kedua mempelai ini membuat prosesnya lama. Bahkan keluarga Johana sempat meminta agar proses pernikahan mereka dilaksanakan di Jerman agar prosesnya cepat selesai. Tetapi semuanya bisa dilalui sehingga bisa laksanakan akad nikahnya.
Setelah prosesi upacara dan tradisi pernikahan selesai, rencana kedua mempelai akan kembali kerja ke Gili Trawangan. Istri Johana juga informasinya sudah mendapatkan tempat kerja di hotel." Mereka akan menetap di Gili (Trawangan), tidak kembali ke Jerman." tutupnya. (*)