
DANA desa yang diterima desa dari tahun ke tahun terus meningkat. Besarnya dana desa ini disebut-sebut menjadi magnet warga mencalonkan diri jadi kepala desa.
Calon Kades Lenek Pesiraman Kecamatan Aikmel Lombok Timur Hamzan Saipul Bahri menipis tudingan pencalonanya sebagai kades karena tergiur dengan dana desa. Pencalonanya ini akunya murni karena panggilan hati ingin memajukan dan mensejahterkan desa dan masyarakatanya. Jika ada yang menilai seperti, mungkin itu calon kades yang lain. ‘’ Saya tidak pernah termotivasi karena anggaran desa besar. Saya termotivasi karena terpanggil mlihat roda pemerintahan yang ada di desa saya ini tidak begitu jalan dengan baiknya,” akunya Senin kemarin (5/12).
Baginya ketika ada masyarakat yang berharap besar ingin sebagai pemimpin di desanya, sama sekali tidak ada salahnya untuk maju mencalokan diri. Jika dirinya terpilih nanti, anggaran yang dimiliki desa sepenuhnya akan dimanfaatkan untuk memberdayakan sumber daya manusia dan mensejahterakan masyarakatanya. ‘’ Dana desa nanti saya akan gunakan untuk pemberdayaan masyarakat, caranya uang itu kita akan olah. Sejauh ini masyarakat belum mencapai kesejahteraan. Dan jika saya terpilih, saya akan transparan dan saya paparkan ke masyarakat,” tutupnya.
Lalu Samsul Jamhari calon Kepala Desa Gunung Rajak Kecamatan Sakra Barat Kabupaten Lombok Timur mengatakan, dirinya maju sebagai calon kades bukan karena kemauannya sendiri, melainkan karena desakan dari masyarakat yang tidak puas dengan pemerintahan kepala desa saat ini.
Anggaran desa yang saat ini semakin banyak dan tiap tahun bertambah, merupakan cobaan berat bagi kepala desa. Menurutnya, dengan banyaknya anggaran yang di gelontorkan oleh pemerintah maka risiko yang didapatkannya juga besar.
“Dengan dana yang ratusan juta saja, banyak kepala desa yang masuk penjara yang disebabkan dengan ketidaktransparanan kepala desa dan lemahnya pengawasan dari pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah. Sekarang itu masyarakat sudah pintar, salah sedikit saja kita sudah masuk (diberitakan) koran, apalagi kita akan makan uang masyarakat,”tegasnya.
Selain itu, banyaknya calon kepala desa karena tidak adanya biaya pendaftaran. Jadi, banyak masyarakat yang memiliki kemampuan dan pendidikan tinggi ingin melayani masyarakat.” Kalau tahun- tahun sebelumya banyak masyarakat yang ingin memimpin namun karena biaya pendafataran sehingga tidak mempunyai kemampuan mendaftarkan diri, ”ujarnya.
Salah satu calon kepala desa Desa Rensing Kecamatan Sakra Barat Lombok Timur, Rusman mengatakan keikutsertaannya di pilkades didasari dengan ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah desa saat ini. Selain itu lanjutnya, keikutsertaannya dalam pemilihan kepala desa saat ini ingin melihat desa ini transaparan dalam mengelola anggaran.
Ajang pilkades di Lobar sendiri tidak hanya diikuti oleh para senior. Tetapi juga diikuti oleh para anak muda. Salah satunya di Desa Guntur Macan Kecamatan Gunung Sari. Adalah Zaenuddin. Pria berumur 29 tahun ini juga mengungkapkan keinginannya untuk mengabdi di tengah-tengah masyarakat Guntur Macan.
Menurutnya Guntur Macan memiliki banyak potensi alam yang membutuhkan orang-orang yang memiliki kompetensi dalam pengelolaannya serta mengerti kebutuhan masyarakat. Zaenuddin sendiri merupakan mantan wartawan dan juga pekerja sosial di Kementerian Sosial. Dengan bermodal kompetensi yang ada serta apa yang ada di dirinya, Zainuddin sendiri yakin dengan pilihannya maju menjadi calon kades di Guntur Macan.
Berkaitan dengan dana desa sendiri Zainuddin mengatakan, dana yang besar diapresiasi. Karena dana desa sendiri untuk melakukan pembangunan di desa. Kades dan masyarakat harus mampu mengawal itu. “Pengawasan dari masyarakat sangat dibutuhkan. Jangan sampai setelah jadi kepala desa menjadi rakus. Ini yang saya tentang,” tegasnya.
Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) Lobar, Lalu Surapati sendiri mengatakan, tingginya animo para balon mendaftar lebih kepada kesadaran untuk ikut membangun desa seiring dengan tumbuhnya kesadaran berdemokrasi dan sumber daya manusia yang ada di desa itu sendiri. Berkaitan dengan besarnya dana desa sendiri, Surapati tidak melihat itu penyebabnya, meskipun mungkin ada. “Tetapi saya lihat, ini lebih kepada kesadaran masyarakat untuk ikut membangun desa sangat tinggi,” tandasnya. (lie/cr-wan/zul)