Brand Wisata Halal Pada Pendakian Rinjani Jauh dari Harapan

Belum Ada Tempat Salat dan Buang Hajat

Hal sederhana namun penting tersebut, menjadi keluhan beberapa pengunjung yang niat utamanya ingin melihat kekuasaan Tuhan atau wisata religi. “Di mana kita wudlu juga ini, kalau salat bisa lah kita pikirkan. Ini arah kiblat juga gak ada,” keluh Hendra, pendaki asal Jakarta di pos II. 

Pengelola Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), lebih memberikan perhatian pada sampah dibandingkan kenyamanan utama pengunjung beribadah. Meskipun pada kenyataannya, sampah juga masih banyak disana-sini. 

Hal yang sama dikeluhkan Muhammad Zaini, pendaki lokal asal Lombok Timur. Pria yang kali kedua mendaki itu, tidak menemukan perubahan apapun paska kedatangannya tahun 2014 lalu. Zaini saat berada di pos III, kesulitan untuk salat. Padahal sumber mata air ada meski cukup jauh mundur untuk didesain bisa berwudlu. “Wudlu susah, salat Duhur sulit. Nanti di dalam tenda juga kan gak bisa. Rinjani sudah masuk Geopark Dunia, seharusnya lebih baik. Tapi gak banyak perubahan kondisi sekarang dengan 4 tahun lalu,” ungkapnya. 

Baca Juga :  Berkunjung Ke Hutan Kebun Raya Lemor Lombok

Hal yang ditemukan, justru jauh dari nuansa wisata halal. Ketika menuju pos III, kotoran manusia di mana-mana. “Memalukan sekali, masa buang hajat di rute kita jalan. Menjijikkan, tapi gak bisa kita salahkan pendaki yang usil. Karena di semua pos gak ada sama sekali tempat buang hajat,” ucapnya kesal. 

Baca Juga :  Tahun Baru, Pendakian Gunung Rinjani Ditutup Total

Rute yang cukup melelahkan menuju pos 4, sangat nikmat dengan hamparan keindaham alam. Namun, mendaki Rinjani masih sakral bagi sebagian orang. Rinjani adalah tempatnya para wali bagi keyakinan banyak masyarakat Muslim, dan tempat para dewa bagi penganut Hindu. Realitanya, wisata religi tidak tergambar sama sekali.

Komentar Anda
1
2
3