BPNB Bali Gelar Belajar Bersama Maestro NTB

MAESTRO: Balai Pelestarian Budaya (BPNB) Bali menggelar kegiatan belajar bersama Maestro NTB, di Aula Kantor Pelayanan Pendidikan Menengah PK-PLK ) Lotim (GAZALIE/RADAR LOMBOK)

SELONG—Balai Pelestarian Budaya (BPNB) Bali menggelar kegiatan belajar bersama Maestro NTB, bertempat di Aula Kantor Pelayanan Pendidikan Menengah PK-PLK Kabupaten Lombok Timur (Lotim), Selasa (7/3). Tema besar yang diangkat “Mengapresiasi Budaya Lokal untuk Memperkuat Jati Iati diri Bangsa.

Kegiatan ini dihadiri langsung Kepala BPNB Bali I Made Dharma Suteja bersama rombongannya, Kadis Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Lotim, Lalu Suandi, Budayawan  dan  Maestro NTB asal Desa Lenek, Aikmel, Saleh, atau yang akrab disapa Amaq Raya. Dimana sosoknya telah dikenal dan dijuluki sebagai Maestro Tari NTB. Selain itu, puluhan siswa SMA di sejumlah sekolah di Lotim ikut diundang.

“Tujuan dari kegiatan tersebut diharapkan dapat membangkitkan dan meningkatkan wawasan siswa terhadap seni budaya, menyerap pengetahuan, serta keahlian dari Maestro secara langsung,” ungkap kepala BPNB Bali, I Made Dharma Suteja.

Baca Juga :  Pengurus IKA Unram Wilayah Bali Terbentuk

[postingan number=3 tag=”lotim”]

Dikatakan, melalui kegiatan ini para pelajar bisa menghargai dan belajar bagaimana proses menjadi seorang seniman tari seperti Maestro Amaq Raya. Melalui ini, maka pelajar nantinya termotivasi untuk mengukir prestasi dibidang seni dalam membentuk karakter bangsa secara umum, seperti yang telah dilakukan sang Maestro.

“Dengan ini generasi muda mereka bisa belajar langsung, dan peduli untuk melestarikan budaya seperti Seni Tari. Dan ini bagian dari bentuk pendidikan diluar pendidikan nor formal ,” lanjut dia.

Dikatakan, Amaq Raya merupakan Maestro Tari yang dimilik NTB. Selama menggeluti Seni Tari selama puluhan tahun, sang Maestro telah menghasilkan karya Koreografi. Diantaranya Tarian Gagak Mandi seperti Kebyar Galian Lombok, Semar Geger Kembang Jagung, Pidata, hingga Gending Nyondol. “Karya-karya itu dibuat dalam rentang tahun 1957-1990-an, sebelum reformasi,” ulas dia.

Baca Juga :  Gunung Agung Bali Berstatus Siaga, Pemerintah Antisipasi BIL Terganggu

Sementara Kadis  Dikbud Lotim, Lalu Suandi, mengungkapkan, budaya itu tidak selamanya harus dipasarkan. Tapi yang paling penting, bagaimana melestarikan budaya oleh generasi penerus. Inilah yang perlu dilakukan, sehingga kelestarian budaya tersebut bisa tetap terjaga. Untuk mencapai itu, maka masyarakat adat, harus tetap memperkuat persatuan dan kesatuan.

“Dalam pengembangan dan pelestarian budaya ini, nantinya juga akan dikoordinasikan dengan Masyarakat Adat Sasak (MAS) Paer Timuq, supaya identitas diri yang sebenarnya tidak lepas ditengah perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi “singkatnya. (lie/adv)

Komentar Anda