BMKG : Waspadai Sesar Selatan

Agus Riyanto
Agus Riyanto (AZWAR ZAMHURI/RADAR LOMBOK)

MATARAM – Belakangan ini terjadi beberapa kali gempa. Meski tidak terlalu besar, gempa kecil membangkitkan trauma warga terhadap gempa besar tahun lalu. 

Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa-gempa yang terjadi beberapa waktu terakhir tidak perlu dikhawatirkan. Pasalnya, sumber gempa merupakan sesar utara yang kekuatannya sudah dipastikan tidak mengeluarkan kekuatan di atas 5,3 skala richter (SR).

“Makanya dari kemarin kan kecil-kecil saja. Paling besar 4,6 SR. Tapi yang perlu diwaspadai dan dikhawatirkan itu sesar selatan. Bahkan ini sudah jadi warning nasional,” ungkap Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Mataram, Agus Riyanto, kepada Radar Lombok saat ditemui di kantornya, Kamis (20/6).

Jalur sesar selatan mulai dari barat Sumatera, Maluku, Lombok, dan terus ke arah timur. Wilayah tersebut masuk zona yang berpotensi tsunami apabila terjadi gempa di laut dengan kedalaman dangkal. Ganasnya sesar selatan sempat meluluhlantakkan Sumba hingga sebagian wilayah NTB pada tahun 1977. “Jadi sekarang sudah lebih dari 40 tahun sejak gempa besar yang mendatangkan tsunami. Kita harus waspada,” ungkap Agus.

Sebagai pejabat BMKG, Agus menegaskan peringatan ini bukan untuk menakut-nakuti warga. Ia harus memberikan informasi agar warga tetap waspada. 

Peran pemerintah daerah sangat penting. Masyarakat harus diberikan edukasi sebaik mungkin. Edukasi inilah yang selama ini masih minim dilakukan pemerintah daerah. “Berdasarkan catatan kita, gempa yang terjadi selalu di sesar utara. Sedangkan yang selatan sunyi, sepi. Tapi tidak ada gempa itu yang kita harus waspadai,” ucap Agus. 

Baca Juga :  Keunikan Hunian Tetap Korban Gempa di Desa Teratak

Apabila sebuah sesar mengeluarkan energi sedikit demi sedikit, itu jauh lebih baik bagi masyarakat. Jangan sampai energi di sesar selatan terus berkumpul dan pada saatnya nanti keluar dengan kekuatan besar. 

Realita yang tidak bisa dibantah, beberapa energi sudah terlepas di wilayah Barat Sumatera. Sedangkan wilayah tengah (Bali dan NTB) masih aman hingga saat ini. “Saya tidak katakan kita menunggu giliran. Tapi energi itu pasti akan keluar. Beberapa sudah terlepas tenaganya di wilayah barat. Mari kita tingkatkan kewaspadaan,” imbaunya. 

Apabila sesar selatan mengeluarkan energi, wilayah Lombok bagian selatan dipastikan terguncang. Bahkan guncangan tersebut sampai Ampenan dan Pulau Sumbawa. “ Sesar ini berpotensi tsunami, sangat bahaya,” kata Agus. 

Kepada seluruh masyarakat, Agus mengimbau untuk tetap tenang. Jangan sampai rasa takut, membuat masyarakat tidak berpikir logis. Misalnya saja mengaitkan gempa yang terjadi belakangan ini karena dibukanya pendakian Rinjani. 

Ditegaskan Agus, gempa beberapa hari lalu sudah diprediksi dan merupakan bagian dari relaksasi. “Sejak gempa 29 Juli 2018, 5 Agustus itu, aktivitas lempeng atau sesar utara Lombok mengalami relaksasi, menuju kestabilan. Tapi bukan berarti tidak ada gempa, tetap ada gempa tapi kekuatannya kecil,” ujarnya. 

Baca Juga :  2.160 Pasang Sepatu Sekolah untuk Anak Korban Gempa

Agus memastikan, masyarakat tidak perlu takut dengan gempa akibat sesar utara Lombok. “Kalau sekarang, hampir semua ahli gempa sepakat bahwa gempa kekuatan besar akan terjadi 40 tahun sampai 45 tahun lagi. Jika ada gempa lagi, paling tinggi ya besarnya sampai 5,3 SR. Butuh 40 tahun lagi bisa gempa dengan kekuatan 7,0 SR,” jelasnya detail. 

Jumlah sesar di NTB awalnya hanya dua saja, yaitu di utara dan di selatan. Namun pada 17 Maret 2019 lalu, ada gempa yang terjadi bukan dari kedua sesar tersebut. Pihak BMKG belum memberikan nama untuk sesar tersebut. “Itu sesar lokal baru yang membujur dari selatan Gunung Rinjani ke Swela. Jadi ada 3 sesar yang sekarang sudah teridentifikasi,” ucapnya. 

Sesar baru tersebut sebenarnya sudah terbentuk ribuan bahkan mungkin jutaan tahun lalu. Namun sebelum-sebelumnya tidak aktif. “ Perlu kajian mendalam untuk mengetahui secara detail sesar lokal baru ini. Dan kita akan tahu ada sesar baru, ya kalau sudah gempa saja,” tutup Agus Riyanto.(zwr)

Komentar Anda