Bisnis Mendunia Telur Asin Brebes

Tentu kita masih ingat percakapan Presiden Joko Widodo dengan Presiden AS, Donald Trump, yang merekomendasikan Kabupaten Brebes sebagai tempat relokasi pabrik-pabrik investor AS dari China. Pasalnya, Brebes punya lokasi yang strategis. Letaknya tak jauh dari Pelabuhan Cirebon dan Tegal dan terintegrasi langsung dengan Tol Trans Jawa. Upah bagi pekerja di sana juga terbilang kompetitif, berkisar di Rp1.807.614,00 pada 2020. Oleh sebab itu, tak heran jika Brebes dipilih menjadi lokasi yang tepat, hingga pemerintah pun menyiapkan lahan seluas 4000 hektar demi membentuk Kawasan Industri Brebes (KIB).

Tetapi Brebes bukan hanya soal proyek KIB yang digadang-gadang pemerintah bakal menyerap banyak tenaga kerja dengan mendatangkan banyak investor asing. Sebelum KIB menjadi kenyataan, Brebes sudah punya potensi ekonomi dan corak pertumbuhan untuk mewujudkan ketahanan pangan yang berbeda. Salah satunya lewat industri turun temurun pengolahan telur asin.

Telur Asin, Warisan Kuliner Turun Temurun

Bagi masyarakat Brebes, telur asin bukan sekadar produk kuliner, melainkan hasil kombinasi pengetahuan dan keterampilan tradisional, filosofi kegotongroyongan, hingga identitas sosial.

Memang tidak ada catatan sejarah yang pasti kapan telur asin pertama kali diproduksi di Brebes. Masyarakat setempat percaya bahwa keahlian membuat telur asin telah diwarisi secara alamiah dan turun temurun dari leluhur. Pembuatan telur asin bersatu padu secara berkesinambungan dengan penghidupan sebagian masyarakat dari generasi ke generasi.

Orang tua mengajarkan kepada anak, lalu anak mengajarkannya lagi kepada generasi berikutnya. Demikian polanya.

Catatan sejarah menyebutkan bahwa sebagian masyarakat Brebes awalnya berprofesi sebagai petani. Bisnis telur asin hanyalah pekerjaan sampingan setelah pulang dari sawah. Ternyata, pendapatan yang dihasilkan dari produksi telur asin lumayan besar sehingga usaha ini pun semakin diminati dan berkembang dengan pesat.

Baca Juga :  Mengenal Musanif Pemuda Pelopor Pariwisata

Beberapa sumber menyebutkan bahwa sejarah telur asin dimulai dari kebiasaan warga keturunan Tionghoa. Sebagai bekal di perjalanan, mereka biasa mengawetkan makanan dengan cara diasinkan. Beberapa kuliner di Nusantara memang sedikit banyak dipengaruhi oleh kebiasaan dan budaya warga Tionghoa. Tak terkecuali soal teknologi pangan.

Ketahanan Pangan Masa Lalu

Masyarakat Tionghoa mengawetkan telur dengan diasinkan. Telur asin ini digunakan juga sebagai sesaji pada Sejit atau dewa bumi di klenteng-klenteng. Berawal dari sana, seiring berjalannya waktu kemudian telur asin dijadikan masyarakat Tionghoa sebagai bagian dari kekuatan untuk bertahan pada masa transisi pasca-Kemerdekaan.

Setelah revolusi periode 1945 sampai 1950, kondisi ekonomi masih dalam masa transisi. Bagi masyarakat Tionghoa, telur asin telah menjadi bagian yang substansial dalam keberlanjutan ekonomi mereka. Maka pada 1950-an telur asin mulai dijadikan sebagai komoditas komersil.

Awalnya, masyarakat Brebes belum mengenal telur asin. Baru pada tahun 1960, melalui transfer pengetahuan dan teknologi dari warga keturunan Tionghoa, masyarakat pribumi mulai membuat telur asin. Masyarakat pribumi mempelajari cara pembuatan telur asin saat bekerja pada masyarakat Tionghoa. Setelah menyerap ilmunya, masyarakat pribumi membuat sendiri hingga akhirnya terus berkembang sampai sekarang.

Lokasi Strategis yang Dekat Bahan Dasar

Selain rencana pemerintah membentuk KIB, Brebes berada di lokasi yang strategis karena terletak di jalur Daendels atau Pantura. Lokasinya berada di jalur antar provinsi Jakarta-Purwokerto dan Bandung–Tegal–Purwokerto. Brebes juga berada di jalur kereta Jakarta-Semarang. Lokasi yang strategis ini juga menguntungkan bagi pengusaha telur asin Brebes. Mereka bisa dengan mudah memasarkan telur asin ke seluruh wilayah Indonesia. Masyarakat dunia pun bisa menikmati telur asin seiring dengan perkembangan teknologi transportasi.

Baca Juga :  42 Pelaku Usaha Wisata NTB Siapkan Diskon Besar-Besaran

Ada banyak daerah yang jadi pusat telur asin di Brebes. Kelurahan Limbangan Wetan dan Kelurahan Brebes, misalnya. Kedua kelurahan tersebut terletak di daerah perkotaan dan merupakan jalur transit antar wilayah Jawa Barat–Jawa Tengah. Selain itu, Kelurahan Limbangan Wetan dan Kelurahan Brebes juga dekat dengan daerah peternakan itik seperti Randusanga Kulon, Randusanga Wetan, Kaligangsa Wetan dan Kaligangsa Kulon, serta Limbangan Wetan.

Sebagai bagian dari ketahanan pangan masyarakat Brebes, bisnis telur asin cenderung dikelola oleh keluarga. Proses produksi, pemasaran, hingga perekrutan pekerja kebanyakan dilakukan oleh keluarga.

Sampai sekarang, ketika menyebut nama telur asin, Brebes adalah kota pertama yang pertama kali terlintas di kepala. Dan, itu memang terbukti dari catatan Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Brebes pada 2016. Berdasarkan catatan tersebut ada lebih dari 250 produsen di Jawa Tengah yang memproduksi telur asin kurang lebih 2.500 butir per-produsen setiap harinya. Pedagang telur asin yang terdaftar berjumlah hingga 300, dengan penjualan sekitar 12 juta butir per-bulan, atau sekitar 3,6 miliar rupiah per-bulan. Para pengusaha telur asin juga bisa dengan mudah mendapatkan bahan baku. Setidaknya, para peternak itik yang memproduksi telur tersebar di 11 kecamatan dari total 18 kecamatan di Kabupaten Brebes. Lebih dari 5 juta butir telur diproduksi setiap bulan.


Sumber : https://pkn.id/bisnis-mendunia-telur-asin-brebes/

Komentar Anda