BI Tetapkan Suku Bunga Acuan 4,75 Persen

Prijono (DOK/RADAR LOMBOK)

MATARAM—Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Januari 2017 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) tetap sebesar 4,75 persen dengan suku bunga deposit facility tetap sebesar 4,00 persen dan lending facility tetap sebesar 5,50 persen berlaku efektif sejak 20 Januari 2017.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Barat, Prijono mengatakan, keputusan RDG tersebut sejalan dengan upaya BI menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan dengan tetap mengoptimalkan pemulihan ekonomi domestik di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Setelah mencatat kinerja yang relatif baik selama tahun 2016, prospek perekonomian nasional ke depan diperkirakan tetap membaik, dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang tetap terjaga.

Bank Indonesia tetap mewaspadai sejumlah risiko di 2017, baik yang bersumber dari global, terutama terkait arah kebijakan AS dan Tiongkok serta kenaikan harga minyak dunia, maupun dari dalam negeri terutama terkait dengan dampak penyesuaian administered prices terhadap inflasi.

Untuk itu, Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan pembauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan, dengan tetap mempertimbangkan dukungan bagi optimalisasi pemulihan ekonomi.

Baca Juga :  Mobil Kas Keliling BI Mulai Layani Penukaran Uang Kecil

Selanjutnya, Bank Indonesia akan terus melakukan penguatan koordinasi dengan pemerintah, dengan fokus pada pengendalian inflasi agar tetap berada pada kisaran sasaran dan reformasi structural untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

[postingan number=3 tag=”bi”]

Perekonomian Indonesia pada Triwulan IV 2016 masih sejalan dengan perkiraan. Di tengah realisasi belanja pemerintah yang lebih rendah dari perkiraan sebelumnya, pertumbuhan konsumsi dan investasi tetap kuat. Di sisi eksternal, ekspor meningkat, seiring dengan perbaikan ekonomi negara-negara mitra dagang, dan meningkatnya harga komoditas global. Perbaikan ekspor tersebut diperkirakan akan berlanjut tidak hanya ditopang oleh ekspor komoditas tetapi juga produk manufaktur yang prospeknya terus membaik.

Dengan perkembangan tersebut, untuk keseluruhan tahun 2016, perekonomian nasional diperkirakan tumbuh sekitar 5 persen (yoy). Begitu juga pertumbuhan ekonomi di tahun 2017 diroyeksikan akan tumbuh positif. Pada tahun 2017, fase pemulihan ekonomi diperkirakan terus berlanjut terutama didorong oleh membaiknya kinerja ekspor, dan mulai menggeliatnya investasi yang didukung oleh meningkatnya pembiayaan baik dari kredit perbankan maupun pembiayaan non-bank. Sementara pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan masih cukup stabil.

Inflasi tahun 2016 terkendali pada level yang rendah dan berada di batas bawah kisaran sasaran inflasi 4±1%. Inflasi IHK bulan Desember 2016 tercatat sebesar 0,42% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,47% (mtm), sehingga secara keseluruhan tahun inflasi 2016 tercatat 3,02% (yoy).

Baca Juga :  Kenali Empat Tanaman Endemik yang Terancam Punah di Indonesia

Inflasi yang rendah tersebut didukung oleh inflasi inti yang rendah dan administered prices yang minimal, di tengah inflasi volatile food yang masih meningkat. Pencapaian tersebut didukung oleh kebijakan Bank Indonesia dan koordinasi dengan Pemerintah yang semakin solid, baik di pusat maupun di daerah, dalam mengendalikan inflasi.

Kedepan, upaya pengendalian inflasi akan menghadapi sejumlah risiko yang perlu terus diwaspadai, terutama terkait penyesuaian administered prices sejalan dengan kebijakan lanjutan reformasi subsidi energi oleh Pemerintah, serta risiko kenaikan harga volatile food.

Pertumbuhan kredit November 2016 tercatat sebesar 8,5 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,8 persen (yoy). Selanjutnya, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada November 2016 tercatat sebesar 8,4 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,7 persen (yoy).

Sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi dan dampak pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah dilakukan sebelumnya, pertumbuhan kredit dan DPK diperkirakan lebih baik, masing-masing dalam kisaran 10-12 persen dan 9-11 persen pada tahun 2017. (luk)

Komentar Anda